UJIAN TENGAH SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
NAMA
: IRA PRASTIWI
NIM
: 21310410060
KELAS : SJ
DOSEN
PENGAMPU : DR. ARUNDATI SHINTA, MA
MATA
KULIAH : PSIKOLOGI INOVASI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Manusia merupakan individu yang sulit berubah jika bukan didasari
keinginan dalam dirinya sendiri. Kita bisa memaksa orang lain untuk berubah
tetapi lebih baik adalah harus dari dalam dirinya sendiri. Apa yang kita terima
dari kecil dan berkembang sampai kita dewasa, terbangun menjadi
keyakinan kita, dan kita percaya sebagai hal yang benar. Adapun keyakinan- keyakinan inti (core beliefs) yang tertanam kuat walaupun itu belum tentu benar telah tertanam dalam diri seseorang dan merupakan salah satu faktor manusia sulit berubah.
Kesulitan melakukan perubahan muncul karena manusia tidak mudah untuk mengubah cara berpikir mereka, terutama jika cara berpikir itu terbukti berhasil di masa lampau, selama ini tidak pernah ada masalah, mereka akan tetap menjalankannya dan mereka merasa nyaman dengan itu. Dengan kata lain, mental map yang mereka anut telah membawanya ke dalam zona nyaman (comfort zone).
- Penolakan melakukan perubahan pada mahasiswa berhubungan dengan teori keengganan untuk berubah (Coch & French, 1960) . Individu bersedia berubah hanya pada hal-hal yang sederhana dan hal yang mudah dilakukan, Sebagai mahasiswa, saya sendiri merasa kesulitan melakukan perubahan. Penyebab keengganan untuk berubah juga disebabkan karena ketidakmampuan melihat kebutuhan untuk berubah. Sebagai seorang mahasiswa, tentu saya tahu jika kegiatan olah raga dilakukan secara rutin maka akan berdampak baik bagi tubuh dan yang tidak kalah penting berdampak pada pikiran kreatif dan perilaku inovatif. Tetapi rasa “terpaksa” melakukan itu dengan kata lain hanya karena untuk memperoleh nilai lah yang menghalangi saya sehingga saya perlu mempelajari ulang supaya bisa menghilangkan kebiasaan-kebiasaan jelek tersebut.
- Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan salah satunya dengan paksaan. Teknik ini memberikan ancaman dan menjatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan. Seperti pada film How to build Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience Dynamic. Orang hanya akan mau melakukan perubahan jika dia bisa melihat alasan (reason) mengapa dia harus melakukan suatu perubahan. Konfrontasi merupakan cara untuk “memaksa” seseorang untuk dapat melihat suatu kondisi yang sedang dihadapinya. Manusia terkadang perlu digugah/dibangunkan dengan cara “disentak”.
Dalam hal ini Ketika saya mengerjakan tugas dihari minggu, waktu yang biasa dipakai untuk istirahat, tetapi saya gunakan untuk mengerjakan tugas. Ada rasa nyaman yang harus dikorbankan. Tetapi hal itu dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan melalui dorongan dan paksaan.
Perubahan bisa dibangkitkan jika ada motivasi internal dengan momentum yang cukup besar (seperti musibah yang dialami keledai dalam film) untuk mampu membawa diri bisa melihat kenyataan yang sesungguhnya dalam hal ini mengalami suatu kondisi yang tidak bisa dihindari. Kondisi inilah yang kemudian dapat menumbuhkan suatu kesadaran baru sehingga dapat bangkit kembali (resiliensi) dimana hal itu merupakan hal penting ketika individu membuat suatu keputusan yang sulit dan berat di saat-saat kondisi terdesak.
- Saya masih mengerjakan tugas mendekati detline, tentu saya tahu bahwa hasil kerjanya tidak akan maksimal jika dikerjakan secara mendadak seperti itu. Cara berpikir terbukti membawa atau menempatkan saya pada zona nyaman, karena saya selalu mengacu pada pengalaman yang pernah saya jalani. Saya tahu bahwa kebiasaan itu tidak baik. Seharusnya saya tergerak untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut serta bersikap jujur dengan diri sendiri dan obyektif dalam menilai lebih baik mana antara bekerja secara deadliner atau bekerja secara terencana.
- Meskipun pada kenyataannya perubahan
tidak selalu menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi sesorang, tetapi
jika ingin maju, menjadi lebih baik dan mampu bertahan dalam setiap
tuntutan, maka melakukan perubahan adalah kuncinya. Sehingga saya memilih
berubah meskipun tidak mendapat reward.
Daftar Pustaka :
Handini, A. (2014). Terapi Cognitif-Behavioral untuk Modifikasi Core Belief antara Pasangan dalam Pernikahan.
Apriawal, J. (2022). Resiliensi pada karyawan
yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Jurnal Ilmu Psikologi
dan Kesehatan (SIKONTAN), 1(1), 27-38.
0 komentar:
Posting Komentar