ESSAY UJIAN TENGAH SMESTER (UTS)
PSIKOLOGI INOVASI
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Tugas: Essay Ujian Tengah Smester (UTS)
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA
Di susun oleh: Ari Kurniawan, S.Pd, AIFO-P (21310410044)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pertama, perubahan diri sangat sudah sering kita dengar selama ini
namun demikian permasalahannya tidak semudah itu untuk melakukan perubahan diri
karena terdapat hambatan-hambatan yang muncul dari diri kita. Terdapat penolakan-penolakan
atau keengganan untuk melakukan
perubahan. Menurut Coach &
Frech (1948), belajar kembali membutuhkan waktu lebih lama daripada belajar
untuk pertama kali. Sehingga dapat diartikan bahwa keengganan berubah disebabkan oleh kurangnya motivasi diri,
bukan karena tidak adanya ketrampilan pada individu tersebut. Adapun alasan yang
mempengaruhi keengganan untuk berubah yaitu kebiasaan, keamanan, faktor ekonomi,
rasa takut terhadap segala sesuatu yang asing, kurangnya kewaspadaan tentang
perubahan peraturan kerja dan faktor sosial. Kebiasaan yang sudah terbentuk
memberikan rasa nyaman dan membuat mereka enggan untuk keluar dari zona
tersebut. Keamanan dalam situasi yang dikenal membuat mereka resisten terhadap
perubahan yang berpotensi membawa ketidakpastian. Faktor ekonomi dapat menjadi ancaman
finansial. Rasa takut terhadap hal yang tidak dikenal dapat membuat mereka
enggan untuk mencoba hal baru. Kurangnya kesadaran tentang perubahan peraturan
kerja mengakibatkan dia terus bekerja dengan cara yang lama. Faktor sosial
seperti tekanan dari teman-teman juga dapat memengaruhi keputusan mereka untuk
tidak berubah.
Kedua, pada sisi yang lainnya resilience sangat penting bagi diri kita dalam menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Di sini, dapat kita lihat ada hubungan antara resilience diri saya dengan film berjudul "How to Build Resilience? The Story of the Donkey", keduanya menyoroti pentingnya kemampuan untuk bangkit dari kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sills & Stein (2007), yang menyatakan bahwa resilience merujuk pada kemampuan seseorang untuk tetap berkembang walaupun dihadapkan pada suatu kesulitan. Dalam film tersebut, kita melihat kisah seekor keledai yang terpaksa mencari jalan keluar agar bisa keluar dari dalam sumur. Meskipun ada upaya tindakan tuannya yang akan menguburnya hidup-hidup di dalam sumur tersebut, keledai itu tidak larut dalam kesedihan atau keputusasaan. Sebaliknya, ia terus berjuang, memanfaatkan sumber daya yang ada dan melakukan segala daya upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal ini juga terjadi pada diri saya, sehingga saya harus lebih bersemangat menghadapi segala rintangan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Dengan kata lain, film tersebut ataupun resilience yang saya miliki memiliki pesan agar kita selalu berpikir positif dan yakin bahwa kita akan mampu melalui semua permasalahan yang ada asalkan kita mau bekerja dengan keras dan cerdas.
Ketiga, selain cerdas sebagai mahasiswa
kita juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam mengikuti perkuliahan.
Seperti halnya saat awal perkuliahan kita sudah sepakat bahwa perkuliahan psikologi
inovasi di mulai pukul 15.45 wib, namun kenyataaannya masih saja banyak
mahasiswa (termasuk diri saya) yang bergabung terlambat karena berbagai alasan
seperti masih kerja, dalam perjalanan ataupun ada situasi yang tidak dapat
ditinggalkan. Pada situasi di mana sikap dan perilaku tidak selaras,
kemungkinan besar sikap akan mengalami perubahan agar dapat menyesuaikan dengan perilaku tersebut
(Festinger, 1964). Hal lain yang biasa terjadi di kelas adalah mahasiswa tidak
semuanya aktif dan sebagian hanya menjadi penonton saja padahal saat di awal
perkuliahan sudah tertera jelas dalam kontrak belajar bahwa mahasiswa dituntut
aktif dalam perkuliahan dan saat itu semua mahasiswa telah mengamini poin tersebut.
Keempat, agar perubahan-perubahan yang
telah dijelaskan di atas dapat terlaksana diperlukan kesediaan untuk mengubah
diri tanpa mengharapkan apapun sebagai imbalan. Alasannya sederhana perubahan
adalah sebuah bentuk investasi terbaik bagi diri kita yang merupakan langkah
konkrit dalam menuju pertumbuhan pribadi yang lebih maju dengan memanfaatkan setiap
peluang yang ada. Peluang untuk mengambil langkah maju dalam hidup kita
terkadang timbul karena ketidakmampuan atau ketidaksiapan orang lain (Shinta,
2012). Saya percaya bahwa setiap langkah perubahan yang kita ambil akan
memiliki dampak positif bagi diri kita. Hal inilah yang mendorong saya untuk
terus berkembang dan melakukan perubahan meskipun tanpa ada imbalan eksternal
karena saya beranggapan bahwa perubahan sejati berasal dari dalam hati dan jiwa
kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Coch, L., & French, J. R. (1948). Overcoming
resistance to change. Human Relations, 1(4), 512-532. https://doi.org/10.1177/001872674800100408
Festinger, L. (1964). Behavioral support for opinion
change. Public Opinion Quarterley, 28(3), 404-417. https://doi.org/10.1086/267263
Shinta, A. (2012). Kesediaan berubah sebagai strategi
memperkuat kapasitas diri pribadi. Retrieved from
Kupasiana.psikologiup45.com:
http://kupasiana.psikologiup45.com/2012/11/kesediaan-berubah-sebagai-strategi.html
Sills, L. C., & Stein, M. B. (2007). Psychometric
analysis and refinement of the connor–davidson resilience scale (CD-RISC):
Validation of a 10-Item measure of resilience. Journal of Traumatic
Stress, 20(6), 1019–1028. https://doi.org/10.1002/jts.20271
0 komentar:
Posting Komentar