1.11.23

 ESSAY  UJIAN TENGAH SMESTER (UTS)

PSIKOLOGI INOVASI

 

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Tugas: Essay Ujian Tengah Smester (UTS)

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA

Di susun oleh: Ari Kurniawan, S.Pd, AIFO-P (21310410044)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta



Pertama, perubahan diri sangat sudah sering kita dengar selama ini namun demikian permasalahannya tidak semudah itu untuk melakukan perubahan diri karena terdapat hambatan-hambatan yang muncul dari diri kita. Terdapat penolakan-penolakan atau keengganan untuk melakukan perubahan. Menurut Coach & Frech (1948), belajar kembali membutuhkan waktu lebih lama daripada belajar untuk pertama kali. Sehingga dapat diartikan bahwa keengganan berubah  disebabkan oleh kurangnya motivasi diri, bukan karena tidak adanya ketrampilan pada individu tersebut. Adapun alasan yang mempengaruhi keengganan untuk berubah yaitu kebiasaan, keamanan, faktor ekonomi, rasa takut terhadap segala sesuatu yang asing, kurangnya kewaspadaan tentang perubahan peraturan kerja dan faktor sosial. Kebiasaan yang sudah terbentuk memberikan rasa nyaman dan membuat mereka enggan untuk keluar dari zona tersebut. Keamanan dalam situasi yang dikenal membuat mereka resisten terhadap perubahan yang berpotensi membawa ketidakpastian. Faktor ekonomi dapat menjadi ancaman finansial. Rasa takut terhadap hal yang tidak dikenal dapat membuat mereka enggan untuk mencoba hal baru. Kurangnya kesadaran tentang perubahan peraturan kerja mengakibatkan dia terus bekerja dengan cara yang lama. Faktor sosial seperti tekanan dari teman-teman juga dapat memengaruhi keputusan mereka untuk tidak berubah.

Kedua, pada sisi yang lainnya resilience sangat penting bagi diri kita dalam menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Di sini, dapat kita lihat ada hubungan antara resilience diri saya dengan film berjudul "How to Build Resilience? The Story of the Donkey", keduanya menyoroti pentingnya kemampuan untuk bangkit dari kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sills & Stein (2007), yang menyatakan bahwa resilience merujuk pada kemampuan seseorang untuk tetap berkembang walaupun dihadapkan pada suatu kesulitan. Dalam film tersebut, kita melihat kisah seekor keledai yang terpaksa mencari jalan keluar agar bisa keluar dari dalam sumur. Meskipun ada upaya tindakan tuannya yang akan menguburnya hidup-hidup di dalam sumur tersebut, keledai itu tidak larut dalam kesedihan atau keputusasaan. Sebaliknya, ia terus berjuang, memanfaatkan sumber daya yang ada dan melakukan segala daya upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal ini juga terjadi pada diri saya, sehingga saya harus lebih bersemangat menghadapi segala rintangan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Dengan kata lain, film tersebut ataupun resilience yang saya miliki memiliki pesan agar kita selalu berpikir positif dan yakin bahwa kita akan mampu melalui semua permasalahan yang ada asalkan kita mau bekerja dengan keras dan cerdas.

Ketiga, selain cerdas sebagai mahasiswa kita juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam mengikuti perkuliahan. Seperti halnya saat awal perkuliahan kita sudah sepakat bahwa perkuliahan psikologi inovasi di mulai pukul 15.45 wib, namun kenyataaannya masih saja banyak mahasiswa (termasuk diri saya) yang bergabung terlambat karena berbagai alasan seperti masih kerja, dalam perjalanan ataupun ada situasi yang tidak dapat ditinggalkan. Pada situasi di mana sikap dan perilaku tidak selaras, kemungkinan besar sikap akan mengalami perubahan agar dapat  menyesuaikan dengan perilaku tersebut (Festinger, 1964). Hal lain yang biasa terjadi di kelas adalah mahasiswa tidak semuanya aktif dan sebagian hanya menjadi penonton saja padahal saat di awal perkuliahan sudah tertera jelas dalam kontrak belajar bahwa mahasiswa dituntut aktif dalam perkuliahan dan saat itu semua mahasiswa telah mengamini poin tersebut.

Keempat, agar perubahan-perubahan yang telah dijelaskan di atas dapat terlaksana diperlukan kesediaan untuk mengubah diri tanpa mengharapkan apapun sebagai imbalan. Alasannya sederhana perubahan adalah sebuah bentuk investasi terbaik bagi diri kita yang merupakan langkah konkrit dalam menuju pertumbuhan pribadi yang lebih maju dengan memanfaatkan setiap peluang yang ada. Peluang untuk mengambil langkah maju dalam hidup kita terkadang timbul karena ketidakmampuan atau ketidaksiapan orang lain (Shinta, 2012). Saya percaya bahwa setiap langkah perubahan yang kita ambil akan memiliki dampak positif bagi diri kita. Hal inilah yang mendorong saya untuk terus berkembang dan melakukan perubahan meskipun tanpa ada imbalan eksternal karena saya beranggapan bahwa perubahan sejati berasal dari dalam hati dan jiwa kita sendiri.

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

Coch, L., & French, J. R. (1948). Overcoming resistance to change. Human Relations, 1(4), 512-532. https://doi.org/10.1177/001872674800100408

Festinger, L. (1964). Behavioral support for opinion change. Public Opinion Quarterley, 28(3), 404-417. https://doi.org/10.1086/267263

Shinta, A. (2012). Kesediaan berubah sebagai strategi memperkuat kapasitas diri pribadi. Retrieved from Kupasiana.psikologiup45.com: http://kupasiana.psikologiup45.com/2012/11/kesediaan-berubah-sebagai-strategi.html

Sills, L. C., & Stein, M. B. (2007). Psychometric analysis and refinement of the connor–davidson resilience scale (CD-RISC): Validation of a 10-Item measure of resilience. Journal of Traumatic Stress, 20(6), 1019–1028. https://doi.org/10.1002/jts.20271

 

 

0 komentar:

Posting Komentar