1.11.23

TANAMKAN RESILIENSI UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK

 TANAMKAN RESILIENSI UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK



Ujian Tengah Semester (UTS)

Mata Kuliah Psikologi Inovasi

Oleh:

Alfiantika Prastiwi (21310410094)

Dosen Pengampu:

Dra. Arundati Shinta,M.A

 

Zaman akan selalu berubah dari waktu ke waktu yang akan mengakibatkan perbedaan tingkah laku dan perilaku manusia. Manusia akan mendinamiskan diri terhadap perkembangan yang ada terutama berkaitan dengan kemajuan teknologi ( Erlistiana, Nawangsih, Aziz, Yulianti, & Setiawan, 2022). Perubahan merupakan peralihan dari keadaan sebelumnya yang tindak hanya berupa keadaan tetapi bisa pola pikir, perilaku dan lain sebagainya. Hampir sebagian mahasiwa engan untuk berubah dengan memberikan penolakan terhadap perubahan. Penolakan-penolakan yang dilakukan mahasiswa berhubungan dengan keenganan untuk berubah. Keengangan menurut Coch & French (1960) bahwa belajar kembali (relearning) membutuhkan waktu lama daripada belajar dari awal, yang artinya keengganan akan berubah karena kurangnya motivasi bukan karena tidak memiliki keterampilan. Sedangkan murut Santosa, dkk (2015) dalam ( Laihad, Lengkong, & Saerang, 2019) bahwa resistensi adalah penolakan perubahan umumnya akan terjadi ketika terdapat sesuatu yang mengancam seseorang. Ancaman bisa saja bersifat kenyataan atau hanya sebuah persepsi. Ancaman juga dapat muncul dari pemahaman yang benar atau karena ketidakpahaman atas perubahan. Terdapat faktor dari keengganan yaitu kebiasaan, keamanan, faktor ekonomi, takut pada sesuatu yang asing, faktor sosial, dan kurangnya kewaspadaan terhadap perubahan. Sehingga banyak dari mahasiswa engan untuk berubah dikarenakan bisa saja mahasiswa merasa sudah kebiasan dengan apa yang dilakukan sehingga tidak ada keingginan untuk berubah. Hal ini juga bisa dipenagruhi oleh faktor sosial yang kurang memberikan dukungan dan support sehingga tidak ada perubahan. Lingkungan juga terkadang memberikan pengaruh buruk sehingga individu tidak ada keingginan untuk berubah.

Menurut Connor dan Davidson (2003) dalam (Gina & Fitriani, 2020) resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam menangani stress atau tekanan, serta kemampuan mengatasi kecemasan dan depresi. Resiliensi juga didefinisikan sebagai kapasitas bertahan, mengatur dan mengatasi tantangan hidup dan berhasil dalam mempertahankan meskipun terdapat efek negatif. Terdapat film yang menceritakan sebuah petani dengan seekor keledai, hewan peliharaannya. Keledai tersebut jatuh ke dalam sumur, sang pemiliki berfikir untuk membiarkan saja karena keledai sudah tua. Sang pemilik memanggil teman-temannya untuk mengubur keledai yang ada di dalam sumur. Keledai sudah pasrah dengan hidupnya tetapi saat dikubur dengan tanah keledai malah menjadikan tanah sebagai jalan keluar dari sumur dengan mengumpulkan tanah sampai dia bisa keluar. Hubungan resiliensi dengan film yaitu saat dalam tekanan atau permasalahan keledai memiliki resiliensi untuk menangani permasalahannya dengan cara memanfaatkan tanah sebagai jalan kelaur. Hal tersebut menjadikan sebuah motivasi bahwa ketika mengalami tekanan atau permasalahan penguatan resiliensi dalam diri kita akan menjadikan kita mampu bertahan dalam mengatasi permasalahan.

Dalam perubahan bisa dilakukan dengan hal-hal yang kecil yang sering kita lakukan, seperti saat kelas perubahan yang dilakukan dengan cara belajar kelompok, pembagian tugas, menjadi pemimpin kelompok. Hal ini mampu memberikan perubahan bagi diri dengan merubah hal-hal kecil.  Sebuah perubahan pasti awalnya tidak mengenakkan dan sering kali memikirkan apa yang akan di dapat saat melakukan perubahan tersebut. Reward berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward suatu bentuk penghargaan atau imbalan balas jasa kepada sesorang atau kelompok. Seorang individu ketika diberikan sebuah reward atas apa yang dikerjakan maka akan merasa senang dan bersemangat dalam menjalakan. Tetapi bukan berarti ketika kita tidak diberikan reward maka tidak akan dilakukan. Perubahan diri dengan tidak adanya reward bukan menajdi permasalahan karena dari setiap hal yang dilakukan pasti memiliki manfaat tersendiri. Reward akan didapatkan ketika kita mampu melawan reseintensi dan menjalani perubahan, sehingga kita akan mendapatkan hasil yang menjadi reward berharga bagi diri sendiri.

 


 

References

Erlistiana, D., Nawangsih, N., Aziz, F. A., Yulianti, S., & Setiawan, F. (2022). Penerapan kurikulum dalam menghadapi perkembangan zaman di jawa tengah. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 1-2.

Laihad, R. A., Lengkong, V., & Saerang, R. (2019). Analisis faktor-faktor yang menyebabkan resiliensi dalam proses perubahan organisasi di otoritas jasa keuangan sulawesi utara gorontalo dan maluku utara di manado. Jurnal EMBA,  7(1), 532-534.

Gina, F., & Fitriani, Y. (2020). Validadi 10-item connor-davidson resilience scale (10-item cd-risc) pada ibu bekerja. Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online), 6(1), 50-51.

 

0 komentar:

Posting Komentar