1.11.23

Resiliensi dan Self Compassion Pada Mahasiswa

UJIAN SEMESTER PSIKOLIGI INOVASI

RESILIENSI DAN SELF-COMPASSION PADA MAHASISWA 



RIZKI AMELIA SAPUTRI

 

NIM:  21310410035

 

KELAS REGULER

 

DOSEN PENGAMPU: Dr. Dra Arundati Shinta

 

PSIKOLOGI INOVASI

 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Resiliensi adalah kapasitas pribadi yang memungkinkan orang berusaha untuk mengatasi kesulitan, penderitaan atau tantangan (Connor dan Davidson, 2003). Ketahanan dapat membantu seseorang mengatasi kesulitan dan beradaptasi dengan lebih baik (Hou dkk, 2016).Dengan menunjukkan Resiliensi, individu dianggap lebih mampu meningkatkan keterampilan hidup untuk membantunya mengambil keputusan atau keputusan terhadap kehidupan yang dijalaninya (Utami & Helmi, 2017). 

Self Compassion dapat dipahami sebagai kemampuan individu dalam mengelola perasaan yang tidak menyenangkan dan berbelas kasih  ketika mengalami penderitaan, namun tidak  berlebihan (Neff, 2011). Seseorang dengan self-compassion yang baik akan  merasakan kehadiran emosi yang lebih positif, seperti kebahagiaan dan kepercayaan diri (Leary dan Hoyle, 2009).

Mahasiswa yang berada pada masa dewasa awal memiliki karakteristik perkembangan kognitif, yang dianggap mampu mengelola tantangan dunia kampus yang muncul sebagai akibat dari kewajiban tuntutan akademiknya. Proses bertaha dalam tuntutan akademik ini berhubungan dengan persistensi akademik ( Thalib, dkk., 2019). Dan Resiliensi (Reivich & Sahatte, 2002). 

Perkembangan sistem pembelajaran sekarang sudah semakin maju. Perilaku mahasiswa yang baik saat pembelajaran dapat dilakukan dengan mengikuti pembelajaran dengan memiliki aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terbangun selama pemroses pembelajaran. 

Pada masa transisi yang awalnya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka (luring), seketika diubah menjadi daring atau dari rumah karena wabah covid-19. Pada hal tersebut membuat mahasiswa untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru yang awalnya mahasiswa menolak perubahan tersebut karena belajar dari rumah tidak asyik dan membosankan. Sehingga sebagian mahasiswa sudah terbiasa melakukan pembelajaran secara daring karena bisa belajar sambil rebahan, samb nongkrong dan lain-lain. Dan pada akhirnya Pemerintah telah memperbolehkan pembelajaran di lakukan secara tatap mula kembali, dimana mahasiswa sudah nyaman belajar secara daring dan kembali melakukan proses beradaptasi kembali. Berbagai Proses perubahan perilaku baik dalam aspek psikologis, sosial, perubahan aktivitas belajar maupun ekonomi. Hal tersebut tidaklah mudah untuk dihadapi. 

Mahasiswa juga mampu menyesuaikan diri saat dihadapkan pada situasi yang sulit dan menekan. Kemampuan untuk beradaptasi dalam berbagai situasi sulit yang menimpanya disebut dengan Resiliensi (Revich&Shatte,2002). Individu yang Resiliensi bukan berarti  bisa tahan banting dan selalu bebas dari situasi sulit dalam kehidupannya, melainkan ia tetap merasakan emosi-emosi negatif atas situasi sulit tersebut namun memiliki cara yang efektif untuk bangkit dan memperbaiki keadaan psikisnya (Herdiani,2018). 

Resiliensi Self Compassion dalam keadaan akademik dimaknai sebagai suatu kemampuan individu untuk dapat meningkatkan keberhasilan dalam hal pendidikan meskipun sedang mengalami kesulitan dalam bidang akademiknya (Cassidy,2016). Maka dari itu, mahasiswa mampu mengembangkan suatu tergambar dalam karakter perkembangan yang sudah ada pada dirinya. 

 

 

Referensi 

 

Rahayu, Tasya, Agnia., & Ediati, Annastasia. (2021). Self-Compassion dan Resiliensi Pada Mahasiswa Adaotasi Kehiduoan Baru. Jurnal Empati. Volume 10 No. 5. Hal. 362-367. 

Bustam, Zakiah.dkk. (2021). Sense Of Humor, Self Compassion, dan Resiliensi Akademik pada Mahasiswa. Jurnal karakter Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bosowa. Hal: 17-25. 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar