2.11.23

Resistence to Change pada Mahasiswa Psikologi Inovasi

 


Aulia Khoiru Ummatin – 21310410086

Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi 

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Resistence to Change pada Mahasiswa Psikologi Inovasi


Pendahuluan

Mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang sedang menuntut ilmu pada jenjang perguruan tinggi, baik di universitas, institut, atau akademi. Mahasiswa mempunyai peran penting dalam bidang akademik, juga bertanggungjawab dalam mengikuti kebijakan yang berlaku, serta berkontribusi dalam agen perubahan sosial, pengembangan diri dan masyarakat yang positif. Menurut Siallagan (2011) mahasiswa mempunyai tiga peranan penting yang mendasar sebagai agen perubahan sosial, yaitu peran intelektual, peran moral, dan peran sosial. 

Di sisi lain, mahasiswa dihadapkan dengan mata kuliah Psikologi Inovasi yang mengajak mahasiswa untuk bersedia mengubah diri, karena perubahan adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Kalau dipikir-pikir juga, bagaimana kita bisa menjadi agen perubahan sosial jika kita masih belum bisa mengimplementasikan perubahan dalam diri kita sendiri? Padahal, perubahan diri merupakan dasar utama dari pikiran kreatif dan perilaku inovatif untuk menjadi agen perubahan sosial. 

Persoalan umum yang menjadi tantangan mahasiswa saat ini adalah zaman yang semakin berkembang ditandai dengan munculnya peraturan baru, munculnya masalah-masalah baru yang belum diketahui diketahui solusinya, dan munculnya teknologi yang semakin canggih. Sehingga berdampak pada mahasiswa yang akan selalu berada dalam situasi yang tidak nyaman dan kesehatan mental mahasiswa cenderung akan terganggu. Salah satu solusi agar kesehatan mental mahasiswa tetap terjaga, yaitu melakukan resilience. 


Resilience

Resilience (resiliensi) adalah kemampuan individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Individu yang mampu menggunakan kemampuan resiliensi dengan baik, maka individu tersebut akan lebih mudah untuk sukses menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi (Reivich & Shatte, 2002). Connor & Davidson (2003) juga mendefinisikan resiliensi sebagai bangkit kembali. Maka dari itu, sangat penting bagi mahasiswa mempunyai kemampuan resiliensi untuk menjaga kesehatan mentalnya sendiri sebelum menjadi agen perubahan sosial, dan yang paling penting dari proses perubahan diri yang tidak nyaman adalah adanya self-acceptance (penerimaan diri). 

Kebanyakan dari mahasiswa biasanya menunjukkan ketidaksesuaian antara perkataan dan perilaku. Mahasiswa harus sedikit dipaksa di awal untuk melakukan perubahan diri. Fenomena tersebut sejalan dengan film pendek di kanal Youtube yang bertajuk “How to Build Resilience? The Story of The Donkey. From The Resilience Dynamic” yang menceritakan tentang seekor keledai yang terperosok masuk ke dalam sumur dan terjebak berjam-jam di dalamnya. Setelah itu, petani pemilik keledai tersebut memasukkan tanah dan kotoran ke dalam sumur tersebut. Karena terdesak oleh situasi tersebut, keledai mulai mengambil sikap untuk menaiki gundukan tanah dan kotoran tersebut sampai akhirnya keledai bisa keluar dari sumur itu. Hubungan antara resilience dan film pendek tersebut menunjukkan bahwa seringkali individu harus berada dalam situasi yang mendesak terlebih dahulu agar bersedia untuk melakukan perubahan diri dan melakukan inovasi agar keluar dari situasi yang tidak nyaman. 


Resistence to Change

Perlu diketahui bersama bahwa setiap perubahan yang terjadi akan diikuti oleh ketidaknyamanan sehingga timbul perilaku enggan untuk berubah yang dikenal dengan istilah resistance to change. Resistence to Change adalah kecenderungan individu untuk bertahan atau menolak perubahan , tidak menghargai perubahan, dan menunjukkan sikap permusuhan dengan berbagai konteks (Oreg, 2008). Mahasiswa yang melakukan penolakan-penolakan terhadap perubahan diri cenderung akan lebih banyak mengeluh, tidak merasa enjoy ketika melaksanakan aktivitasnya, dan sulit untuk menemukan ide-ide baru karena berfokus pada kebiasaan-kebiasaan lama. Artinya, resistance to change sangat berpengaruh terhadap perilaku inovatif.

Beberapa waktu lalu dalam perkuliahan Psikologi Inovasi, sebelum pembelajaran berlangsung seorang dosen memerintahkan para mahasiswanya untuk melakukan perubahan diri yang cukup aneh, yaitu mengubah cara penggunaan sepatu tidak seperti biasanya, sepatu kanan dipakai di kaki kiri begitupun sebaliknya. Awalnya, para mahasiswa menyetujui hal tersebut dan segera mengubahnya. Namun, ketika pembelajaran sudah berlangsung beberapa menit, sebagian mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan hal tersebut akhirnya mengembalikan posisi sepatu kembali semula seperti pada normalnya. Hal ini merupakan penelitian sederhana seorang dosen untuk membuktikan teori keengganan untuk berubah atau resistance to change pada mahasiswanya. 

Dalam psikologi terdapat teori belajar behavioristik yang diusung oleh Thorndike yang menggunakan stimulus dan respon dalam perubahan perilaku, salah satunya adalah law of effect yang menjelaskan bahwa hubungan stimulus respon yang mendapatkan respon positif akan dilakukan secara berulang, sebaliknya hubungan stimulus respon yang mendapatkan respon negatif, cenderung tidak akan dilakukan kembali. Mahasiswa yang merupakan agen perubahan sosial alih-alih harus bisa menjadi agen perubahan untuk dirinya sendiri seharusnya bersedia melakukan perubahan diri ke arah yang positif secara kontinu tanpa adanya reward atau imbalan. Karena sejatinya, perubahan diri yang positif sudah memberikan reward berupa dampak yang luar biasa bermanfaat untuk diri sendiri, lebih-lebih terhadap sekitarnya. Kalau mahasiswa menunggu mendapatkan reward untuk terus-menerus melakukan perubahan diri yang positif, apakah ketika tidak mendapatkan reward, mahasiswa akan diam di tempat dan tidak melakukan inovasi perubahan diri? Jawabannya tergantung pada individu masing-masing. 



DAFTAR PUSTAKA


Connor, K. M., & Davidson, J. R. (2003). Spirituality, Resilience, and Anger in Survivors of Violent Trauma: A Community Survey. Journal of Traumatic Stress, 16, 487-494.

Oreg, S. (2008). Dispositional Resistance To Change : Measurement Equivalance And The Link To Personal Values Across 17 Nations. Journal Of Applied Psychology, 4(93), 935-944.

Reivich, & Shatte. (2002). Psychosocial Resilience. American Journal of Orthopsychiatry, 57, 316.

Siallagan, D. (2011). Fungsi dan Peranan Mahasiswa. Bengkulu: UNIB.




0 komentar:

Posting Komentar