2.11.23

Perubahan, Keengganan, dan Resilience: Membangun Kesadaran pada Psikologi Inovasi

Perubahan, Keengganan, dan Resilience: Membangun Kesadaran pada Psikologi Inovasi

Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi



Refiskha Salsa Billa

NIM : 21310410095

Kelas Reguler / Semester 5

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan. Ini adalah kenyataan yang diakui oleh mata kuliah Psikologi Inovasi, yang mengajak mahasiswa untuk bersedia mengubah diri. Namun, perubahan seringkali sulit diterima oleh mahasiswa, baik yang bekerja sebagai karyawan maupun mahasiswa reguler. Mereka menghadapi keengganan untuk berubah, yang sebagian besar dapat dipahami melalui berbagai teori psikologi.

Mahasiswa karyawan, yang sudah menjalani kehidupan yang sulit, sering menolak perubahan karena mereka percaya bahwa perubahan yang sudah mereka jalani dalam bentuk kuliah dan tugas-tugas akademis sudah merupakan perubahan yang cukup besar. Bagi mereka, bekerja dan menghadiri kuliah merupakan pencapaian besar, dan inovasi dalam diri mereka dianggap kurang relevan. Mahasiswa reguler, di sisi lain, merasa terbebani oleh tugas-tugas yang mereka anggap tidak relevan dengan psikologi, membuat mereka berada dalam tahap kontemplasi perubahan.

Dalam konteks teori psikologi, penolakan perubahan ini dapat dikaitkan dengan Teori Keengganan untuk Berubah atau Transtheoretical Model. Teori ini mengidentifikasi tahap-tahap perubahan perilaku, termasuk tahap prakontemplasi (tidak mempertimbangkan perubahan) dan tahap kontemplasi (mempertimbangkan perubahan) [Prochaska, DiClemente, & Norcross, 1992].

Ketika individu menolak perubahan dan tidak mampu beradaptasi, dampaknya dapat merusak kesehatan mental mereka. Perubahan yang tidak diterima atau tidak dihadapi dengan baik dapat memicu stres dan kecemasan. Dalam kasus ini, kekuatan resilience atau ketahanan menjadi kunci. Resilience adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tumbuh dalam menghadapi kesulitan dan perubahan [Rutter, 1987]. Kesehatan mental yang baik memerlukan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan perubahan.

Sebuah analogi yang menarik adalah yang tergambar dalam film "The Resilience Dynamic" yang menggambarkan perjuangan seekor keledai untuk menghadapi situasi yang tidak nyaman. Film ini menggambarkan pentingnya resiliencedalam menghadapi ketidaknyamanan dan perubahan. Bagian akar dari proses pengubahan diri yang tidak nyaman adalah self-acceptance, yaitu menerima kenyataan bahwa perubahan diperlukan.

Kesenjangan antara persetujuan dan perilaku sering terjadi dalam konteks perubahan. Mahasiswa seringkali setuju untuk mengubah diri tetapi perilaku mereka tidak mencerminkan persetujuan itu. Dalam mata kuliah Psikologi Inovasi, bukti dari kesenjangan ini adalah penolakan untuk berpartisipasi secara sukarela dalam kegiatan perubahan diri yang diajukan. Ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan mereka. Contoh yang terjadi di kelas Psikologi Inovasi pada saat saya memberanikan diri untuk membentuk sebuah kelompok tanpa adanya dorongan dari mahasiswa lainnya, dan itu mengindikasikan perubahan diri. 

Ketika individu sadar akan perlunya perubahan dan bersedia untuk melakukannya, pertanyaan tentang imbalan muncul. Dalam banyak kasus, terutama dalam konteks organisasi, perubahan seringkali tidak diikuti oleh imbalan eksternal. Namun, menurut Hukum Efek (the law of effect), perilaku yang mendapatkan respon positif cenderung diulang [Deci & Ryan, 1985]. Dalam hal ini, individu mungkin menghadapi dilema apakah mereka harus menerima perubahan meskipun tidak ada reward yang dijanjikan atau menolak berubah karena kurangnya pengakuan.

Dalam menghadapi situasi ini, penting untuk memahami bahwa perubahan itu sendiri dapat menjadi imbalan. Ketika seseorang merasa bahwa perubahan tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka, imbalan internal, seperti rasa pencapaian, kepuasan diri, dan perkembangan pribadi, dapat menjadi motivasi yang cukup. Dalam banyak kasus, orang yang mampu mengatasi ketidaknyamanan perubahan tanpa harus selalu mengandalkan imbalan eksternal akan mampu mencapai pertumbuhan yang lebih signifikan.

Mata kuliah Psikologi Inovasi menghadapi tantangan dalam mengajak mahasiswa untuk bersedia mengubah diri. Keengganan untuk berubah adalah reaksi umum, dan teori-teori psikologi seperti Teori Keengganan untuk Berubah dapat menjelaskan fenomena ini. Resilience dan self-acceptance menjadi penting dalam mengatasi perubahan yang tidak nyaman. Terkadang, individu harus mengubah diri bahkan tanpa imbalan eksternal, mengandalkan motivasi internal dan keinginan untuk pertumbuhan pribadi.

Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk beradaptasi dan menerima perubahan adalah keterampilan yang sangat berharga. Pengetahuan tentang teori-teori psikologi ini dapat membantu individu menghadapi perubahan dengan lebih baik dan memahami pentingnya resilience dan imbalan internal dalam proses perubahan.

Daftar Pustaka

Prochaska, J. O., DiClemente, C. C., & Norcross, J. C. (1992). Psychology of Change and Transition. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 60(5), 974-986.

Rutter, M. (1987). Resilience in the Face of Adversity: Protective Factors and Resistance to Psychopathology. British Journal of Psychiatry, 147(6), 598-611.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic Motivation and Self-Determination in Exercise and Sport. Journal of Sport & Exercise Psychology, 7(3), 354-366.

 

0 komentar:

Posting Komentar