1.11.23

PENTINGNYA RESILIENCE DAN SELF-ACCEPTANCE DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN ZAMAN

 

PENTINGNYA RESILIENCE DAN SELF-ACCEPTANCE DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN ZAMAN

Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

Tiyas Wulandari

NIM : 21310410108

Kelas Reguler / Semester 5

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakart


Seiring berkembangnya zaman saat ini, membuat manusia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Proses pengubahan diri seringkali melibatkan upaya individu untuk mengubah aspek-aspek tertentu dari diri mereka, entah itu perilaku, pikiran, atau emosi, dengan tujuan mencapai pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan psikologis (kesehatan mental). Problemnya, kemajuan jaman (yang ditandai dengan: munculnya peraturan baru, munculnya masalah-masalah baru yang belum diketahui solusinya, munculnya peralatan baru, munculnya pemimpin visioner yang sering marah bila melihat anak buahnya selalu menolak perubahan dalam organisasi), tidak pernah menunggu kesiapan anak buah untuk berubah. Dampaknya, kita akan selalu berada dalam situasi yang tidak nyaman dan kesehatan mental terganggu.

Dalam menghadapi perubahan yang serba cepat dan tidak terduga ini, perlu ada konsep resilience dan self-acceptance. Menurut Grotberg (1999) dalam (Anwar, 2019) Resilience adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika menghadapi rintangan dan hambatan. Dengan demikian, mahasiswa perlu mengembangkan resilience untuk menjaga kesehatan mental mereka. Selain itu, Self-acceptance atau penerimaan diri juga diperlukan, karena memahami dan menerima diri sendiri dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan dan keengganan terhadap perubahan (Neff, 2003).

Tindakan resilience dapat kita amati dalam film "How to Build Resilience? The Story of the Donkey". Film tersebut menceritakan tentang seekor keledai yang terjebak dalam sumur. Meskipun awalnya keledai tersebut merasa tidak nyaman dan dalam situasi sulit, keledai akhirnya berhasil keluar dari sumur dengan menggunakan tanah yang dilemparkan ke dalam sumur dijadikan pijakan untuk melompat ke atas. Kisah ini mencerminkan prinsip resilience, di mana keledai tersebut menunjukkan ketangguhan mental dan kemampuan untuk mengatasi tantangan yang sulit. Resilience pada individu ada kaitannya dengan konteks pemaksaan untuk mengubah diri. Dalam keadaan yang sulit, individu harus segara beradaptasi dengan memaksa diri untuk berubah agar bisa mencari cara untuk menghadapi tantangan yang ada. Dengan adanya dorongan/paksaan kita juga harus menjadikan kesulitan sebagai pelajaran dan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Selain itu, saat menghadapi perubahan yang dipaksa individu akan memiliki kemampuan untuk bengkit kembali dan mencoba lagi. Dengan resilience individu dapat membantu menghadapi perubahan yang dipaksa. Dalam situasi sulit, resilience memungkinkan individu untuk tetap teguh, mengambil keputusan bijaksana, dan belajar dari pengalaman, sehingga mereka dapat keluar dari situasi tidak nyaman dengan kuat dan lebih bijaksana.

Perilaku mahasiswa terhadap perubahan dalam konteks mata kuliah Psikologi Inovasi dapat dianalisis dengan teori keengganan untuk berubah, khususnya dalam menghadapi perubahan yang cepat dan diluar kebiasaan. Hal tersebut dibuktikan dengan pengubahan posisi sepatu. Saat dosen menanyakan apakah mahasiswa bersedia melakukan sebuah perubahan, sebagian mahasiswa langsung menjawab bersedia. Namun, setelah dosen memerintahkan mahasiswa untuk menganti posisi sepatu menjadi kebalikannya kanan-kiri, mahasiswa yang semula bersedia tidak lansung melakukannya. Ada beberapa mahasiswa yang harus dipakasa untuk melakukan perubahan itu. Hal tersebut sudah membuktikan bahwasannya perilaku mahasiswa tidak mencerminkan persetujuannnya.

The Law of Effect merupakan konsep dalam psikologi yang menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh individu yang mendapatkan konsekuensi positif akan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang mendapat konsekuensi negatif akan cenderung dihindari. Dari konsep tersebut, maka orang cenderung melakukan tindakan jika mendapatkan imbalan (reward). Keputusan untuk mengubah diri tanpa mendapatkan imbalan (reward) dari pimpinan tempat kerja adalah situasi yang kompleks. Menurut saya perubahan diri tanpa adanya reward bukankah masalah besar, karena dengan perubahan diri yang positif akan meningkatkan keterampilan pribadi. Jika individu memahami nilai dari perubahan, proses mengubah diri dapat menjadi pembelajaran yang berharga meskipun tidak diberi imbalan eksternal.

 

Daftar Pustaka

Anwar, H. S. (2019). Resilience pada Generasi Millennial dalam Berwirausaha di Kota Surabaya.

In Proceeding National Conference Psikologi UMG 2018, 1(1). 205-229.

 

Neff, K. D. (2003). The development and validation of a scale to measure self-compassion. Self and

Identity, 2(3), 223-250.

0 komentar:

Posting Komentar