PENTINGNYA RESILIENCE DAN
SELF-ACCEPTANCE DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN ZAMAN
Essay
Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi
Tiyas Wulandari
NIM :
21310410108
Kelas
Reguler / Semester 5
Dosen
Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakart
Seiring
berkembangnya zaman saat ini, membuat manusia harus menyesuaikan diri dengan
perubahan yang ada. Proses pengubahan diri seringkali melibatkan upaya individu
untuk mengubah aspek-aspek tertentu dari diri mereka, entah itu perilaku,
pikiran, atau emosi, dengan tujuan mencapai pertumbuhan pribadi dan
kesejahteraan psikologis (kesehatan mental). Problemnya, kemajuan jaman
(yang ditandai dengan: munculnya peraturan baru, munculnya masalah-masalah baru
yang belum diketahui solusinya, munculnya peralatan baru, munculnya pemimpin
visioner yang sering marah bila melihat anak buahnya selalu menolak perubahan
dalam organisasi), tidak pernah menunggu kesiapan anak buah untuk berubah.
Dampaknya, kita akan selalu berada dalam situasi yang tidak nyaman dan kesehatan
mental terganggu.
Dalam
menghadapi perubahan yang serba cepat dan tidak terduga ini, perlu ada konsep resilience
dan self-acceptance. Menurut Grotberg (1999) dalam (Anwar, 2019) Resilience
adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika
menghadapi rintangan dan hambatan. Dengan demikian, mahasiswa perlu mengembangkan
resilience untuk menjaga kesehatan mental mereka. Selain itu,
Self-acceptance atau penerimaan diri juga diperlukan, karena memahami dan
menerima diri sendiri dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan dan keengganan
terhadap perubahan (Neff, 2003).
Tindakan resilience
dapat kita amati dalam film "How to Build Resilience? The Story of the
Donkey". Film tersebut menceritakan tentang seekor keledai yang terjebak
dalam sumur. Meskipun awalnya keledai tersebut merasa tidak nyaman dan dalam
situasi sulit, keledai akhirnya berhasil keluar dari sumur dengan menggunakan
tanah yang dilemparkan ke dalam sumur dijadikan pijakan untuk melompat ke atas.
Kisah ini mencerminkan prinsip resilience, di mana keledai tersebut
menunjukkan ketangguhan mental dan kemampuan untuk mengatasi tantangan yang
sulit. Resilience pada individu ada kaitannya dengan konteks pemaksaan
untuk mengubah diri. Dalam keadaan yang sulit, individu harus segara
beradaptasi dengan memaksa diri untuk berubah agar bisa mencari cara untuk
menghadapi tantangan yang ada. Dengan adanya dorongan/paksaan kita juga harus
menjadikan kesulitan sebagai pelajaran dan kesempatan untuk belajar dan
berkembang. Selain itu, saat menghadapi perubahan yang dipaksa individu akan
memiliki kemampuan untuk bengkit kembali dan mencoba lagi. Dengan resilience
individu dapat membantu menghadapi perubahan yang dipaksa. Dalam situasi sulit,
resilience memungkinkan individu untuk tetap teguh, mengambil keputusan
bijaksana, dan belajar dari pengalaman, sehingga mereka dapat keluar dari
situasi tidak nyaman dengan kuat dan lebih bijaksana.
Perilaku
mahasiswa terhadap perubahan dalam konteks mata kuliah Psikologi Inovasi dapat
dianalisis dengan teori keengganan untuk berubah, khususnya dalam menghadapi
perubahan yang cepat dan diluar kebiasaan. Hal tersebut dibuktikan dengan
pengubahan posisi sepatu. Saat dosen menanyakan apakah mahasiswa bersedia
melakukan sebuah perubahan, sebagian mahasiswa langsung menjawab bersedia.
Namun, setelah dosen memerintahkan mahasiswa untuk menganti posisi sepatu
menjadi kebalikannya kanan-kiri, mahasiswa yang semula bersedia tidak lansung
melakukannya. Ada beberapa mahasiswa yang harus dipakasa untuk melakukan
perubahan itu. Hal tersebut sudah membuktikan bahwasannya perilaku mahasiswa
tidak mencerminkan persetujuannnya.
The Law of
Effect
merupakan konsep dalam psikologi yang menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan
oleh individu yang mendapatkan konsekuensi positif akan cenderung diulang,
sedangkan perilaku yang mendapat konsekuensi negatif akan cenderung dihindari.
Dari konsep tersebut, maka orang cenderung melakukan tindakan jika mendapatkan
imbalan (reward). Keputusan untuk mengubah diri tanpa mendapatkan imbalan
(reward) dari pimpinan tempat kerja adalah situasi yang kompleks. Menurut saya
perubahan diri tanpa adanya reward bukankah masalah besar, karena dengan
perubahan diri yang positif akan meningkatkan keterampilan pribadi. Jika
individu memahami nilai dari perubahan, proses mengubah diri dapat menjadi
pembelajaran yang berharga meskipun tidak diberi imbalan eksternal.
Daftar Pustaka
Anwar, H. S. (2019). Resilience pada Generasi Millennial dalam Berwirausaha
di Kota Surabaya.
In Proceeding National Conference
Psikologi UMG 2018, 1(1). 205-229.
Neff, K. D. (2003). The development and validation of a scale to
measure self-compassion. Self and
Identity, 2(3), 223-250.
0 komentar:
Posting Komentar