1.11.23

KEMAJUAN ZAMAN BERPENGARUH DALAM PERUBAHAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL

 

KEMAJUAN ZAMAN BERPENGARUH DALAM PERUBAHAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL

Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

 

Meylita Ayu Herbafalony

NIM : 21310410084

Kelas Reguler / Semester 5

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 



 

            Kemajuan zaman, atau disebut juga sebagai perkembangan zaman, merujuk pada perubahan, perkembangan, atau evolusi yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat seiring berjalannya waktu yang mencakup berbagai bidang seperti teknologi, budaya, ekonomi, sosial, dll. Dampak yang muncul akibat perubahan memiliki sisi baik dan buruk. Kemajuan zaman memungkinkan kita untuk memiliki pandangan yang lebih luas tentang dunia dan mengurangi beban kerja manusia.

            Permasalahan yang terjadi yaitu kemajuan zaman yang mencakup perubahan aturan baru, munculnya masalah yang belum memiliki solusi, pengenalan peralatan baru, dan kehadiran pemimpin visioner yang sering kesal melihat ketidakmauan anak buahnya untuk menerima perubahan dalam organisasi, tidak menunggu kesiapan Anda untuk berubah. Akibatnya, Anda akan terus menghadapi situasi yang tidak nyaman dan kesehatan mental Anda dapat terpengaruh. Untuk menjaga kesehatan mental Anda, penting untuk memiliki ketahanan (resilience), dan yang paling esensial adalah menerima diri sendiri (self-acceptance) sebagai akar dari proses perubahan yang tak nyaman tersebut.

            Teori keengganan untuk berubah menurut Coch & French, menjelaskan bahwa proses pembelajaran ulang memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran awal, bukan karena kurangnya keterampilan, tetapi karena kurangnya motivasi atau semangat. Hal tersebut ada hubungannya dengan penolakan dari para mahasiswa untuk berubah dikarenakan oleh faktor kebiasaan, karena mahasiswa mungkin telah terbiasa dengan rutinitas dan tata cara yang ada sebelumnya atau sudah merasa nyaman. Kemudian, dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial, karena jika mahasiswa merasa bahwa perubahan tidak didukung dengan baik atau bahwa mereka tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan, ini dapat menyebabkan penolakan.

            Wolin dan Wolin (1993) mendefinisikan resiliensi sebagai usaha untuk mengatasi kesulitan, ketahanan, meningkatkan diri, tetap kuat di tengah cobaan, dan kemampuan untuk beradaptasi. Adapun film yang bersangkutan dengan resiliensi yaitu berjudul “How to build Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience Dynamic”, film ini menceritakan tentang seekor keledai yang masuk ke dalam sumur tua yang dalam, namun seorang petani sengaja mengubur keledai tersebut dengan pasir, ketika sumur sudah diisi dengan pasir, keledai berusaha menghadapi dengan pintar, sehingga keledai tersebut dapat keluar dari sumur tua karena tumpukan pasir yang telah dibuatnya. Adapun hubungannya resiliensi pada organisasi pemaksa pemaksa dengan film tersebut adalah pada konsep ketahanan, karena ketika seseorang merasa dipaksa untuk berubah, ketahanan dapat membantu mereka menghadapi perasaan tidak nyaman dan ketidakpastian yang muncul akibat perubahan tersebut.

            Persetujuan untuk mengubah diri yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan perilakunya dapat terbukti pada kelas Psikologi Inovasi yaitu pada suatu ketika seorang dosen memperintahkan para mahasiswanya untuk menggunakan sepatu secara terbalik (sepatu kiri digunakan di kaki kanan, begitupun sebaliknya), yang pada akhirnya banyak para mahasiswa yang melanggar dan memperbaiki penggunaan sepatunya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu rasa ketidaknyamanan, merasa aneh, dan melihat dosennya sendiri memperbaiki penggunaan sepatu tersebut sehingga para mahasiswa mencontoh perilaku dosen tersebut.

            Menurut teori Instrumental Conditioning oleh Thorndike mengemukakan tindakan khusus akan dipilih sebagai alat atau sarana untuk mencapai reward atau hasil yang memuaskan. Pada hukum efek the law of effect menjelaskan bahwa jika seseorang melakukan suatu tindakan dan mengalami hasil yang menyenangkan atau memuaskan, mereka cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Sebaliknya, jika tindakan tersebut menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan, maka individu akan cenderung menghindari atau mengurangi tindakan tersebut. Memang tidak dapat dipungkiri jika mendapatkan suatu penghargaan/reward  ketika sudah berhasil atas apa yang telah dicapai yaitu perubahan diri menjadi lebih baik akan tumbuh ambisi untuk berubah. Namun, menurut Saya berubah tanpa adanya reward bukan menjadi suatu masalah, karena perubahan itu sendiri adalah suatu pencapaian untuk memenuhi nilai-nilai pribadi yang penting bagi diri Saya, kemudian akan mendapatkan kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan pribadi. Selain itu juga, dengan adanya perubahan di diri Saya maka akan membawa manfaat di massa depan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, S. P., Salsabila, U. H., Purwanda, I., Ahmad, N., & Jaka, C. T. (2021). Urgensi Teknologi Pendidikan Islam Bagi Pesantren Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman. AL-AUFA: JURNAL PENDIDIKAN DAN KAJIAN KEISLAMAN3(2), 56-64.

Pratiwi, S. A., & Yuliandri, B. S. (2022). Anteseden Dan Hasil Dari Resiliensi. Motiva: Jurnal Psikologi5(1), 8-15.

Hermansyah, H. (2020). Analisis teori behavioristik (Edward Thordinke) dan implementasinya dalam pembelajaran SD/MI. Modeling: Jurnal Program Studi PGMI7(1), 15-25.

0 komentar:

Posting Komentar