KEMAJUAN ZAMAN
BERPENGARUH DALAM PERUBAHAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL
Essay
Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi
Meylita
Ayu Herbafalony
NIM
: 21310410084
Kelas
Reguler / Semester 5
Dosen
Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Kemajuan zaman, atau disebut juga
sebagai perkembangan zaman, merujuk pada perubahan, perkembangan, atau evolusi
yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat seiring
berjalannya waktu yang mencakup berbagai bidang seperti teknologi, budaya,
ekonomi, sosial, dll. Dampak yang muncul akibat perubahan memiliki sisi baik
dan buruk. Kemajuan zaman memungkinkan kita untuk memiliki pandangan yang lebih
luas tentang dunia dan mengurangi beban kerja manusia.
Permasalahan yang terjadi yaitu
kemajuan zaman yang mencakup perubahan aturan baru, munculnya masalah yang
belum memiliki solusi, pengenalan peralatan baru, dan kehadiran pemimpin
visioner yang sering kesal melihat ketidakmauan anak buahnya untuk menerima
perubahan dalam organisasi, tidak menunggu kesiapan Anda untuk berubah.
Akibatnya, Anda akan terus menghadapi situasi yang tidak nyaman dan kesehatan
mental Anda dapat terpengaruh. Untuk menjaga kesehatan mental Anda, penting
untuk memiliki ketahanan (resilience),
dan yang paling esensial adalah menerima diri sendiri (self-acceptance) sebagai akar dari proses perubahan yang tak nyaman
tersebut.
Teori keengganan untuk berubah
menurut Coch & French, menjelaskan bahwa proses pembelajaran ulang
memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran awal, bukan karena
kurangnya keterampilan, tetapi karena kurangnya motivasi atau semangat. Hal
tersebut ada hubungannya dengan penolakan dari para mahasiswa untuk berubah
dikarenakan oleh faktor kebiasaan, karena mahasiswa mungkin telah terbiasa
dengan rutinitas dan tata cara yang ada sebelumnya atau sudah merasa nyaman.
Kemudian, dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial, karena jika mahasiswa merasa
bahwa perubahan tidak didukung dengan baik atau bahwa mereka tidak terlibat
dalam proses pengambilan keputusan, ini dapat menyebabkan penolakan.
Wolin dan Wolin (1993)
mendefinisikan resiliensi sebagai usaha untuk mengatasi kesulitan, ketahanan,
meningkatkan diri, tetap kuat di tengah cobaan, dan kemampuan untuk
beradaptasi. Adapun film yang bersangkutan dengan resiliensi yaitu berjudul
“How to build Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience
Dynamic”, film ini menceritakan tentang seekor keledai yang masuk ke dalam
sumur tua yang dalam, namun seorang petani sengaja mengubur keledai tersebut
dengan pasir, ketika sumur sudah diisi dengan pasir, keledai berusaha
menghadapi dengan pintar, sehingga keledai tersebut dapat keluar dari sumur tua
karena tumpukan pasir yang telah dibuatnya. Adapun hubungannya resiliensi pada
organisasi pemaksa pemaksa dengan film tersebut adalah pada konsep ketahanan,
karena ketika seseorang merasa dipaksa untuk berubah, ketahanan dapat membantu
mereka menghadapi perasaan tidak nyaman dan ketidakpastian yang muncul akibat
perubahan tersebut.
Persetujuan untuk mengubah diri yang
pada kenyataannya tidak sesuai dengan perilakunya dapat terbukti pada kelas
Psikologi Inovasi yaitu pada suatu ketika seorang dosen memperintahkan para
mahasiswanya untuk menggunakan sepatu secara terbalik (sepatu kiri digunakan di
kaki kanan, begitupun sebaliknya), yang pada akhirnya banyak para mahasiswa
yang melanggar dan memperbaiki penggunaan sepatunya. Hal ini dikarenakan oleh
beberapa faktor yaitu rasa ketidaknyamanan, merasa aneh, dan melihat dosennya
sendiri memperbaiki penggunaan sepatu tersebut sehingga para mahasiswa
mencontoh perilaku dosen tersebut.
Menurut
teori Instrumental Conditioning oleh Thorndike mengemukakan tindakan khusus akan dipilih sebagai alat
atau sarana untuk mencapai reward
atau hasil yang memuaskan. Pada hukum efek the
law of effect menjelaskan bahwa jika seseorang melakukan suatu tindakan dan
mengalami hasil yang menyenangkan atau memuaskan, mereka cenderung untuk
mengulangi tindakan tersebut. Sebaliknya, jika tindakan tersebut menghasilkan
konsekuensi yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan, maka individu akan
cenderung menghindari atau mengurangi tindakan tersebut. Memang tidak dapat
dipungkiri jika mendapatkan suatu penghargaan/reward ketika sudah berhasil
atas apa yang telah dicapai yaitu perubahan diri menjadi lebih baik akan tumbuh
ambisi untuk berubah. Namun, menurut Saya berubah tanpa adanya reward bukan menjadi suatu masalah,
karena perubahan itu sendiri adalah suatu pencapaian untuk memenuhi nilai-nilai
pribadi yang penting bagi diri Saya, kemudian akan mendapatkan kesempatan untuk
pertumbuhan dan pengembangan pribadi. Selain itu juga, dengan adanya perubahan
di diri Saya maka akan membawa manfaat di massa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, S. P., Salsabila, U. H., Purwanda, I., Ahmad, N.,
& Jaka, C. T. (2021). Urgensi Teknologi Pendidikan Islam Bagi Pesantren
Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman. AL-AUFA: JURNAL PENDIDIKAN DAN
KAJIAN KEISLAMAN, 3(2), 56-64.
Pratiwi, S. A., & Yuliandri, B. S. (2022). Anteseden Dan
Hasil Dari Resiliensi. Motiva: Jurnal Psikologi, 5(1),
8-15.
Hermansyah, H. (2020). Analisis
teori behavioristik (Edward Thordinke) dan implementasinya dalam pembelajaran
SD/MI. Modeling: Jurnal Program Studi PGMI, 7(1),
15-25.
0 komentar:
Posting Komentar