2.11.23

Essay UTS Psikologi Inovasi_Bagus Kuncoro

 

Keengganan, Resilience, dan Kemauan Untuk Membangun Perubahan

Essay UTS Psikologi Inovasi (SP & SJ)

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA


Bagus Kuncoro
(21310410018)


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


Perubahan adalah proses yang wajar dan akan selalu berubah. Dalam sebuah perubahan untuk menjadi lebih baik diperlukan proses yang memang harus memerlukan kedisplinan serta motivasi yang harus dilaksanakan. Perubahan diri adalah dasar dari pikiran kreatif dan perilaku inovatif. Mahasiswa dapat dikatakan menjadi agen perubahan yang aktif dalam menciptakan inovasi dan solusi baru dalam beberapa aspek yang terus berkembang ini. Suatu tuntutan kecil perubahan bisa dibilang sederhana, akan tetapi realita yang terjadi mahasiswa jarang yang bersedia mengubah diri dengan suka rela. Dalam suatu perubahan mahasiswa biasanya melakukan penolakan-penolakan dimana penolakan tersebut terdapat hubungan dengan teori keengganan untuk berubah. Rasa keengganan adalah kecenderungan sesorang untuk bertahan atau menolak perubahan, tidak menghargai perubahan,dan menunjukkan sikap permusuhan dengan berbagai konteks. Pada dasarnya individu menolak berubah karena perubahan dianggap sebagai sebuah ancaman pada pola perilaku yang telah melekat dan mereka merasa perubahan akan mengancam rasa keamanan mereka.

Dalam film How to build Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience menunjukkan bagaimana ketahanan muncul dan bagaimana kita semua mempunyai kapasitas untuk menjadi tangguh dengan alat yang tepat. Keledai belajar untuk melepaskannya dan melanjutkan hidup maksudnya bahwa sebenarnya kita semua bisa melakukan ini meskipun itu dengan cara yang sulit. Dalam sebuah perubahan kita terkadang dituntuk untuk keluar dari zona nyaman dan kebiasaan-kebiasaan. Perubahan dalam paksaan merupakan bentuk hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan ini digunakan ketika motivasi dan konsistensi dalam perubahan cukup rendah. Perubahan secara paksa ini biasanya membuat diri menjadi tidak nyaman dan mungkin menganggu kesehatan mental, akan tetapi dalam menyikapi seuatu perubahan manusia memiliki resilience yaitu kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Jadi bisa dikatakan bahwa resilience berhubungan dengan proses perubahan yang dipaksa.

Dalam suatu perubahan biasanya saya akan mengatakan setuju untuk mengubah diri, namun perilaku tidak mencerminkan persetujuan, contoh saja dalam kelas Psikologi Inovasi. Dalam kelas Psikologi Inovasi persetujuan untuk ikut melakukan perbuahan terkadang terjadi karena adanya tuntutan akan perkuliahan dan sebuah nilai. Buktinya adalah saya tahu bahwa ketika kelas dimulai dengan menunjukan tugas yang bisa dikatakan tidak sedikit dan harus konsisten menuntut saya untuk mengerjakan semua tugas sesuai deadline, meskipun posisi yang dari pagi sampai sore harus bekerja dan dalam pengerjaan tugas juga perlu ke warnet karena belum adanya sarana laptop untuk mengunggah tugas. Tuntutan untuk mendapatkan nilai yang baik dan agar tidak ada pengulangan yang nanti membutuhkan waktu dan biaya lebih.

Dalam suatu perubahan diri menurut hukum the low of effect, segala perilaku yang mendapatkan respon positif maka akan diulangi dan bila responnya negative maka perilaku itu tidak perlu diulang lagi. Reward adalah suatu bentuk penghargaan atau imbalan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok karena telah berperilaku baik, melakukan suatu keunggulan atau prestasi dan berhasil melakukan sesuatu. Dalam perubahan diri akan terasa sangat memberi hal postitif ketika terdapat suatu reward, karena telah berhasil mendaptkannya. Lalu apakah bentuk reward harus materi, pujian atau piagam. Menurut saya ketika memang tidak ada reward saya akan tetap bersedia mengubah diri karena satu tujuan positif dan bahwa tidak ada salahnya dengan merubah diri menjadi lebih baik, toh itu demi kebaikan diri.

 

Daftar Pustaka

Tilaar, H.A.R, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar PedagogikTransformatif untuk Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Reivich dan Shatte. (2002). Psychosocial Resilience. American Journal of Orthopsychiatry, 57, 316.


0 komentar:

Posting Komentar