ESSAY
UTS PSIKOLOGI INOVASI
RESILIENSI
DAN SELF ACCEPTANCE
DEA
KHAIRUN NISA
21310410082
Dosen
pengampu : Dr, Arundati
Shinta, M.A.
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Stoltz
menjelaskan bahwa dengan resilience dapat memberi- tahukan seberapa jauh
individu mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya,
sehingga tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Pribadi yang
resilience/tangguh memiliki moral dan karakter kuat akan mengetahui mana yang
benar dan tidak, apa yang baik dan tidak serta dampak dari perilaku yang mereka
lakukan. Selain itu mereka tetap dapat mengambil keputusan atau melakukan
tindakan secara benar dan tepat. Mereka sadar bahwa tindakan benar tersebut
kadangkala adalah keputusan yang tidak popular, namun pada akhirnya mereka
tidak mudah terpengaruh dan cenderung menjauhi hal-hal yang membahayakan dan
merugikan diri mereka.
Resilience ini
merupakan kemampuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya. Oleh karena itu, resilience dapat
dikembangkan ke arah positif melalui latihan-latihan pengembangan keterampilan
resilience.
Sementara itu
Penerimaan diri adalah proses di mana seseorang menerima dan mengakui dirinya
sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Ini
melibatkan penerimaan dan penghargaan terhadap aspek-aspek identitas, tubuh,
perasaan, dan pengalaman pribadi tanpa penilaian atau penolakan diri sendiri.
Ini adalah langkah penting dalam pengembangan kesejahteraan emosional dan
mental. Karakteristik utama dari penerimaan diri adalah spontanitas dan
tanggung jawab pada self, menerima kualitas kemanusiaannya tanpa menyalahkan
diri sendiri untuk kondisi yang berada di luar kontrolnya. Individu dengan
penerimaan diri yang tinggi tidak peduli akan berapa banyak kelemahan yang
dimilikinya dan justru menjadikan kelemahan tersebut sebagai sumber kekuatan
untuk memaksimalkan kelebihannya (Hurlock, 1978).enurut Kubler-Ross (1969)
sikap penerimaan diri terjadi bila seseorang mampu menghadapi kenyataan
daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak adanya harapan
1. Menurut Jande (2002:19) ada berbagai
macam tanggapan atau sikap terhadap perubahan. Ada yang menerima atau bersikap
positif; ada yang menolak atau bersikap negatif; dan ada yang netral atau tidak
memihak. Hemat penulis, masih ada sikap lain yang kerap kali ada, yakni sikap
acuh tak acuh. Mereka yang menerima pada umumnya melihat perubahan sebagai
sesuatu yang baik sesuatu yang positif dan berguna. Bagi mereka yang menolak,
melihat perubahan sebagai sebagai sesuatu yang mengganggu/terancam. Dari sini
kita bisa tahu penolakan yang umum dilakukan oleh para mahasiswa karena mereka
menilai perubahan tersebut adalah sesuatu hal yang menganggu mereka, seperti
misalanya contoh yang telah diberikan bahwa mahasiswa telah memiiki tugas
kuliah yang berat yang mungkin membuat mereka tidak nyaman lalu kemudian secara
tiba-tiba mereka harus melakukan kegiatan ekstra untuk melakukan perubahan, mungkin
sebagian yang berfikir lebih positif akan lanjut untuk bergerak melakukan
perubahan dan sebagian lagi yang merasa terganggu akan melakukan manipulasi.
2. resiliensi diformulasikan pertama kali
oleh Block dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum
yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat
dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Secara spesifik,
ego-resilience adalah:”... a personality resource that allows individual to
modify their characteristic level and habitual mode of expression of
ego-control as the most adaptively encounter, function in and shape their
immediate and long term environmental context. Resilience menurut definisi
Block merupakan sebuah kepribadian yang membuat individu dapat beradaptasi dan
memodifikasi lingkungannya. Jadi sudah sangat jelas bahwa terjadinya resiliensi
biasanya karena adanya tekanan atau paksaan dimana seseorang mau tidak mau
harus melakukan menyesuaian terhadap kondisi yang dialaminya sekarang.
Perubahan akan terjadi lebih cepat ketika kita memiliki dorongan atau tekanan
yang mengharuskan kita melakukan sesuatu seperti pada film tersebut.
3. Sering kali kita memiliki sikap yang
tidak konsistem atau bahkan melakukan sesuatu karena tuntunan seperti pada
kelas psikologi inovasi yaitu melakukan perubahan dengan rutin berolahraga,
kebanyakan mahasiswa akan melakukan hal tersebut semata-mata karena itu adalah
suatu tugas dari dosen yang memiliki nilai. Namun, karena alasan tersebut pula
para mahasiswa tidak betul-betul melakukan perubahan telanjutnya, mereka hanya
melakukan kegiatan tersebut sampai batas waktu tugas selsai dan selanjutnya
mereka akan kembali pada ebiasaan awalnya lagi. mungkin beberapa akan tetap
melanjutkan perubahan tersebut, namun sebagian besar akan berhenti malakukannya
dan kembali pada kegiatan mereka seperti semula.
4. Tetap
bersedia melakukan perubahan diri karena ketika kita melakukan perubahan kita
secara tidak sadar mendaptkan banyak
sekali keuntungan dan bukan sekedar reward dari atasan atau dari perusahaan,
bisa jadi perubahan diri yang kita lakukan menambah skill kita menambah
kemampuan kita seperti kemampuan berkomunikasi kemampuan mengelola emosi dan
masih banyak yang lain. Tentunya ini sangat amat memberikan keuntungan pada
kita dalam hal lain, seperti kita jadi bisa melakukan manajemen waktu kita
dapat mungkin memiliki kerjaan sampingan dengan skill baru kita atau kita bisa
lebih menjaga kesehatan mental kita agar dapat melakukan sesuatu dengan
maksimal. Jadi reward bukanlah satu-satunya hal yang kita dapatkan dari
perubahan diri, masih banyak hal lainnya yang bisa kita dapatkan dan juga
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
E.C.
Klohnen, (1996). “Conseptual Analysis
and Measurement of The Construct of Ego Resilience”. Journal of Personality and Social Psychology, Volume. 70 (5) :
1067-1079.
Hurlock,
E. (1978). Personality development. Tokyo: McGraw-Hill Publishing Company, Ltd.
Jande,
Karel. 2002. Manajemen Pelatihan Pengelolaan Sekolah. Surabaya:Pearl Surabaya.
Kubler-Ross,
E. (1998). On death and dying (Kematian sebagai bagian kehidupan). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
0 komentar:
Posting Komentar