Mata Kuliah:
Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M. A
Oleh:
Destiana Dini
Safitri (21310410090)
Kelas A/Reguler
Fakultas Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Saat
ini, telah terjadi banyak perubahan seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin maju. Perubahan-perubahan tersebut, membuat diri kita mau tidak mau
juga harus berubah mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada. Walaupun
pasti ada beberapa kesulitan dalam proses perubahan diri tersebut, baik dari
faktor internal maupun eksternal. Dalam perubahan diri terdapat resiliensi yang
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menangani/mengatasi
stress atau tekanan, serta dapat mengatasi kecemasan dan juga depresi (Connor,
2003). Salah satunya yaitu mahasiswa yang harus merasakan perubahan yang
mungkin tidak nyaman bagi diri mereka. Dalam situasi tersebut, mau tidak mau,
mahasiswa harus melakukan perubahan diri agar sama dengan yang lain sehingga
tidak akan dikucilkan oleh orang lain. Agar kesehatan mental mahasiswa tidak
terganggu, maka mahasiswa membutuhkan self-acceptance.
Penolakan-penolakan yang muncul dari mahasiswa tersebut
tentu memiliki hubungan dengan teori-teori keengganan untuk berubah, salah
satunya yaitu teori Coch & French yang mengatakan bahwa belajar kembali (relearning)
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada saat belajar untuk pertama kalinya,
yang berarti seorang individu enggan berubah karena faktor kurangnya motivasi
dalam dirinya, bukan karena tidak memiliki keterampilan.
Pada realitanya, biasanya seseorang akan mengatakan
setuju untuk berubah, namun sebaliknya perilakunya tidak menunjukkan hal
tersebut. Seseorang memang harus dipaksa untuk melakukan perubahan diri,
akibatnya kesehatan mentalnya akan terganggu. Untuk mengatasi hal tersebut
tentunya kita harus memiliki kemampuan resiliensi agar kesehatan mental tidak
terganggu. Resiliensi pada sebuah organisasi pemaksa memiliki hubungan dengan
film yang berjudul How to build Resilience? The Story of the Donkey. From
The Resilience Dynamic, yakni ketika kita bisa menerima keadaan yang
terjadi, maka kita akan cepat menyesuaikan diri dan akan menemukan solusi untuk
keadaan yang tengah dialami. Seperti yang terjadi pada keledai tersebut, pada
awalnya ia merasa kebingungan, namun semakin lama ia bisa menerima keadaan yang
sedang menimpanya, dan akhirnya ia menemukan cara untuk keluar dari sumur
tersebut. Begitu pula yang terjadi pada diri kita, jika kita bisa menerima keadaan
dan melakukan perubahan diri maka kita akan bisa mengatasi keadaan tersebut,
namun sebaliknya jika kita tidak bisa menerima keadaan dan tidak mau melakukan
perubahan diri maka kita akan terus terjebak dalam keadaan tersebut.
Bukti nyata bahwa seseorang biasanya mengatakan setuju
untuk melakukan perubahan diri namun perilakunya tidak menunjukkan hal tersebut
yakni pada saat berada di kelas Psikologi Inovasi. Ketika dosen memerintahkan
salah satu mahasiswa untuk memimpin pembagian kelompok, hampir semua mahasiswa
enggan mengajukan dirinya. Masih ditemukan fenomena saling mendorong teman agar
mereka saja yang mengajukan dirinya. Walaupun pada akhirnya mahasiswa yang
mengajukan dirinya secara suka rela, masih banyak mahasiswa lain yang masih
enggan untuk mengajukan diri, contoh tersebut merupakan salah satu perubahan
diri dari hal kecil. Ketika pada satu pertemuan sudah ada mahasiswa yang
melakukan perubahan diri, pada pertemuan berikutnya barulah ada mahasiswa lain
yang mau melakukan perubahan diri tersebut.
Terkadang seseorang mau untuk melakukan perubahan diri
karena ada reward. Ketika tidak ada reward, maka seseorang akan
enggan melakukan perubahan diri padahal seharusnya seseorang bisa melakukan
perubahan diri tersebut walaupun tanpa reward. Jika menurut hukum the
law of effect, maka seseorang akan mengulang kembali apa yang sudah dia
lakukan jika mendapatkan respon positif, sebaliknya jika tidak mendapatkan
respon positif maka seseorang akan enggan untuk melakukan kembali. Jika saya
pribadi, akan memilih untuk melakukan perubahan diri walupun tidak diberi reward,
karena menurut saya perubahan diri harus diawali dari diri sendiri, tidak harus
menunggu diberi reward. Pada zaman ini yang sudah banyak sekali
mengalami perubahan, kita tentunya harus melakukan resiliensi agar kesehatan
mental kita tetap terjaga. Mungkin jika diberi reward saya akan lebih
sering dan semangat untuk melakukan perubahan diri, namun tanpa reward pun
saya tetap akan melakukan perubahan diri karena demi kebaikan diri saya juga.
Daftar Pustaka
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T.
(2003). Development of a new resilience scale: The Connor-Davidson Resilience
Scale (CD-RISC). Depression and Anxiety. 18. 76-82.
0 komentar:
Posting Komentar