WAWANCARA
DISONASI KOGNITIF
PSIKOLOGI
INOVASI (Essay 3)
Semester
Ganjil T.A 2023/2024
Oleh
:
Alita
Dwi Nur’Aini (21310410080)
Kelas
A (Reguler)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Dosen
Pengampu:
Dr.
Arundati Shinta, M.A.
Disonansi Kognitif
Perokok Aktif di Indonesia adalah fenomena di mana para perokok aktif mengalami
ketidaksesuaian antara perilaku merokok mereka dan keyakinan mereka tentang
bahaya rokok. Meskipun mereka menyadari risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok,
mereka menambahkan elemen kognitif baru seperti informasi bahwa merokok tidak
memiliki dampak langsung terhadap kesehatan mereka dan bahwa rokok merupakan
penyumbang pendapatan ekonomi terbesar di Indonesia. Hal ini memberikan
pembenaran bagi perilaku merokok mereka dan mengurangi pengaruh kampanye
anti-rokok terhadap mereka.
Meskipun mereka menyadari
adanya efek samping merokok yang berbahaya bagi kesehatan, mereka tetap
melanjutkan kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan oleh penyangkalan elemen kognitif
terhadap elemen perilaku, di mana mereka mencari pembenaran dan informasi baru
yang mendukung perilaku merokok mereka. Mereka beranggapan bahwa manfaat yang
mereka rasakan saat ini, seperti rasa tenang dan fokus dalam bekerja, lebih
penting daripada risiko jangka panjang yang mungkin terjadi.
Dalam konteks
tersebut saya berkesempatan untuk
melakukan wawancara dengan salah satu narasumber yang menjadi perokok aktif.
Dengan identitas sebagai berikut ;
Inisial : DB
Usia : 20thn
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Berikut adalah Pertanyaan
yang saya tanyakan dan jawaban narasumber ;
Pewawancara (P):
Selamat pagi! Terima kasih telah bersedia untuk diwawancarai. Apakah Anda
bersedia berbicara tentang kebiasaan merokok Anda?
Perokok Aktif (PA):
Ya, tentu. Sama-sama.
P:
Pertama-tama, apa yang membuat Anda memulai merokok?
PA:
Saya mulai merokok di usia remaja. Pada saat itu, teman-teman sebaya banyak
yang melakukannya, dan rasanya seperti suatu cara untuk menjadi bagian dari kelompok.
P:
Apakah Anda menyadari risiko kesehatan yang terkait dengan merokok saat Anda
mulai?
PA:
Ya, tentu. Saya tahu merokok tidak baik untuk kesehatan. Tetapi, pada saat itu,
rasanya seperti risiko jangka panjang yang terasa jauh.
P:
Bagaimana Anda menjelaskan perasaan Anda tentang merokok dan kesadaran akan
risiko kesehatan yang terkait?
PA:
Sejujurnya, kadang-kadang saya merasa bersalah. Saya tahu rokok dapat merusak
paru-paru dan menyebabkan kanker, tapi setiap kali saya mencoba berhenti, saya
merasa seperti kehilangan sesuatu yang menyenangkan.
P:
Apakah Anda pernah mencoba berhenti merokok?
PA:
Ya, beberapa kali. Tapi selalu gagal. Saya merasa frustrasi dan terkadang
merasa bahwa saya tidak memiliki cukup dukungan.
P:
Apakah Anda memiliki rencana untuk berhenti merokok di masa depan?
PA:
Ya, saya berencana. Saya tahu ini penting untuk kesehatan saya. Saya mungkin
perlu mencari bantuan profesional atau dukungan dari teman-teman dan keluarga.
P:
Terima kasih banyak atas keterbukaan Anda. Saya harap Anda dapat mencapai
tujuan berhenti merokok Anda.
Wawancara dengan DB,
perokok aktif berusia 20 tahun, menyoroti disonansi kognitif dalam kebiasaannya
merokok. Meskipun ia tahu risiko kesehatan, seperti kanker dan kerusakan
paru-paru, DB mencari pembenaran dengan merasakan kehilangan kesenangan saat
mencoba berhenti. Upayanya berhenti selalu gagal, dan stres menjadi faktor
kunci untuk melanjutkan merokok. Elemen kognitif baru, seperti pandangan bahwa
rokok tidak langsung berdampak pada kesehatan dan berkontribusi pada ekonomi,
memberikan pembenaran tambahan. Wawancara ini mencerminkan kompleksitas
disonansi kognitif di antara perokok aktif, di mana pengetahuan risiko
kesehatan tidak selalu sejalan dengan perilaku, dan upaya mencari pembenaran
dapat menjadi hambatan dalam berhenti merokok.
Referensi
Fadholi,
F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020).
Disonansi Kognitif Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual
Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(1), 1-14.
Achadi,
A. (2008). Regulasi Pengendalian Masalah Rokok di Indonesia. Kesmas: National Public Health Journal, 2(4),
161. https://doi.org/10.21109/kesmas.v2i4. 259
0 komentar:
Posting Komentar