MENGIKUTI LOMBA PUISI DALAM RANGKA
MEMPERINGATI HARI SUMPAH
PEMUDA
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Tugas: Partisipasi Lomba (Essay 5)
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA
Di susun oleh: Ari Kurniawan, S.Pd, AIFO-P (21310410044)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Saya berpartisipasi dalam dua lomba menulis puisi yang
diadakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan
@lomba_sastra di instagram. Lomba pertama adalah lomba menulis puisi di FKM UI
dengan tema semangat sumpah pemuda dalam kesehatan masyarakat, tenggat lomba
tanggal 2 sampai 22 oktober 2023. Puisi yang saya tulis untuk lomba ini
berjudul "Keluar dari Sebuah Belenggu". Lomba kedua adalah lomba
menulis puisi di @lomba_sastra dengan tema "Sepi," dan puisi saya
berjudul "Sepi dalam Keheningan Malam," dengan tenggat lomba tanggal
26 oktober 2023.
Puisi pertama, yang berjudul ”Keluar dari Sebuah
Belenggu," mencerminkan perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat dalam mencapai kesehatan yang baik. Puisi ini menggambarkan bahwa
kesehatan sering dianggap sebagai sesuatu yang mudah diperoleh namun
kenyataannya tidak selalu demikian, terutama bagi mereka yang berasal dari
kalangan kelas bawah. Puisi ini mengilustrasikan betapa kerasnya upaya yang
harus dilakukan oleh mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Lebih
jauh, puisi ini menyoroti ketidaksetaraan dalam akses kesehatan, di mana tidak
semua kalangan masyarakat dapat menikmati kesehatan dengan baik. Hal ini
disebabkan oleh berbagai hambatan dan rintangan yang perlu diatasi. Puisi ini
menekankan pentingnya kerja sama dalam mengatasi tantangan ini dan mewujudkan
kesehatan masyarakat yang diidamkan. Kesehatan masyarakat bukan hanya tanggung
jawab individu, melainkan tanggung jawab bersama yang harus ditingkatkan
mutunya. Puisi ini mengingatkan kita bahwa kesehatan masyarakat adalah sesuatu
yang perlu diwujudkan secara nyata dan bukan hanya slogan semata. Sangat penting
kesehatan masyarakat dapat dinikmati oleh semua lapisan golongan masyarakat tak
terkecuali golongan kelas bawah. Puisi ini juga menekankan persatuan dalam
menghadapi masalah kesehatan masyarakat dan menggarisbawahi betapa pentingnya
berjuang bersama-sama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Melalui kerja
sama dan usaha bersama, diharapkan kesehatan masyarakat dapat terus meningkat
dan menjadi suatu realitas yang nyata, bukan hanya sekadar abstraksi. Puisi ini
mengingatkan kita bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu, dan kita
semua perlu bekerja bersama untuk menjadikannya kenyataan.
Puisi kedua, "Sepi dalam Keheningan Malam,"
membawa pembaca ke dalam gambaran malam yang sunyi dan hening, di mana sepi
adalah elemen yang mendominasi suasana. Dalam deskripsi langit yang gelap
dengan bintang-bintang berkelip-kelip, penulis mencoba menggambarkan suasana atmosfer
yang tenang dan mendalam pada situasi tersebut. Bait pertama, menggambarkan
perasaan kesepia di mana hati yang sunyi menerima kedatangan sebuah rindu yang
mendalam. Namun, rindu tersebut seperti tak terwujud dan hanya meninggalkan sebuah
kekosongan perasaan. Bait kedua, menciptakan gambaran tentang sepi yang menjadi
pelukis kenangan yang telah ditinggalkan. Ini mencerminkan bahwa dalam
keheningan, kenangan tetap abadi dalam jiwa. Suara angin yang lembut hanya
menambah kesan sepi yang mendalam, seperti pelukan penuh nostalgia. Bait ketiga,
memperlihatkan bahwa dalam pelukan sunyi, individu menemukan diri mereka
sendiri dan mendengarkan getaran hati yang terpendam. Sepi dijelaskan sebagai
teman yang memungkinkan komunikasi yang tak terucap dalam keheningan. Dalam
keheningan inilah hikmah dan kedamaian ditemukan. Kesimpulan puisi ini adalah
bahwa malam yang sunyi dan sepi mengajarkan pada arti sebuah makna. Ketenangan
malam dan sepi membawa mereka untuk menemukan diri mereka dalam kedamaian yang
mendalam. Keseluruhan puisi menciptakan gambaran yang indah dan mendalam
tentang hubungan antara sepi, malam, dan pencarian makna dalam kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar