5.10.23

ESSAY 5 PARTISIPASI LOMBA

 

Essai 5

Partisipasi Lomba Kepenulisan



 

Septi Ambarwati

21310410117

 Dosen Pengampu  Dr. Arundati Shinta, MA

Psikologi Inovasi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

            Menulis merupakan satu aktivitas yang menyenangkan, dan menjadi salah satu alternatif cara healing paling mudah dan murah. Dilansir dari  berita online, menulis juga dapat meredakan stres dan terbebas dari tekanan mental melalui teknik realese emosi. Menurut Sunarko, dkk (2018) terapi aktivitas menulis dapat memberikan pengaruh terhadap depresi, cemas dan stress, hal tersebut tertuang dalam jurnal penelitian berjudul Pengaruh “Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Depresi, Cemas, Dan Stres Pada Remaja. Data penelitian tersebut juga menyebutkan jika terapi menulis yang dilakukan pada sejumlah remaja di panti rehabilitasi sosial PSMP Antasena Magelang menunjukan efek terapeutik pada emosional individu serta memberikan fasilitas bagi individu untuk melakukan penyikapan emosi sekaligus regulasi.

            Ada banyak cara mengasah kemampuan menulis, salah satunya adalah mengikuti lomba kepenulisan. Pada kesempatan ini, saya pun tertarik mengikuti lomba kepenulisan cerpen yang diselenggarakan oleh Funbahasa. Lomba tersebut bertajuk Lomba Menulis Cerpen Nasional 2023. Lomba ini terbuka untuk umum, dan mengusung tema bebas. Cerpen dengan beragam genre, seperti slice of life, horror, romance, thriller, dan fantasi. Pada perlombaan ini seluruh peserta mendapatkan fasilitas diantaranya adalah e-sertifikat nasional, e-book kiat menulis cerpen, voucher pre-order buku, voucher souvenir, dan 50 cerpen terbaik nantinya akan dibukukan dalam satu antologi. Kriteria naskah menggunakan font times roman dengan spasi 1,5, margin normal.

            Naskah yang saya ikutkan lomba berjudul Seteru. Genre Slice of life. Cerpen saya berkisah tentang kondisi mental seorang anak yang punya luka masa kecil. Ia terlahir dari seorang ibu berperangai kasar. Ia tumbuh di lingkungan pinggiran kota besar. Ibunya bertahan hidup dengan menjual diri setelah pengkhianatan ayah kandungnya. Ibunya marah dengan keadaan hingga sering melampiaskan kemarahan kepada anak lelakinya yang masih berusia belia. Puncaknya ibunya pergi meninggalkan anaknya yang terkapar bersimbah darah, beruntung anak itu ditolong oleh tetangga yang baik. Takdir berkata lain setelah puluhan tahun berlalu, ia dipertemukan lagi dengan ibu kandungnya dalam situasi yang mengejutkan. Ibunya datang dengan kondisi sangat memprihatinkan. Hal itu membuat si anak lelaki yang sudah beranjak dewasa itu bingung. Jiwanya berseteru, antara rindu dan dendam. Menerima ibunya lagi atau tidak.

            Cerpen sarat hikmah tersebut adalah gambaran fenomena kehidupan anak broken home, anak terlantar yang tumbuh dengan luka batin dan trauma hebat. Seringkali hal tersebut menjadi pemicu anak tersebut menjadi pelaku tindak kriminal, kekerasan, bullying, narkoba dan penyimpangan perilaku lainnya. Saya berharap tulisan tersebut bisa menjadi inspirasi dan pengingat bagi siapapun yang membacanya.

           

 

 

0 komentar:

Posting Komentar