Essai 5
Partisipasi
Lomba Kepenulisan
Septi
Ambarwati
21310410117
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, MA
Psikologi
Inovasi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Menulis merupakan satu aktivitas yang menyenangkan, dan menjadi
salah satu alternatif cara healing
paling mudah dan murah. Dilansir dari berita online, menulis juga dapat meredakan stres
dan terbebas dari tekanan mental melalui teknik realese emosi. Menurut Sunarko,
dkk (2018) terapi aktivitas menulis dapat memberikan pengaruh terhadap depresi,
cemas dan stress, hal tersebut tertuang dalam jurnal penelitian berjudul Pengaruh
“Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Depresi, Cemas,
Dan Stres Pada Remaja. Data penelitian tersebut juga menyebutkan jika terapi
menulis yang dilakukan pada sejumlah remaja di panti rehabilitasi sosial PSMP
Antasena Magelang menunjukan efek terapeutik pada emosional individu serta
memberikan fasilitas bagi individu untuk melakukan penyikapan emosi sekaligus
regulasi.
Ada banyak cara mengasah kemampuan menulis, salah satunya
adalah mengikuti lomba kepenulisan. Pada kesempatan ini, saya pun tertarik
mengikuti lomba kepenulisan cerpen yang diselenggarakan oleh Funbahasa. Lomba tersebut
bertajuk Lomba Menulis Cerpen Nasional 2023. Lomba ini terbuka untuk umum, dan
mengusung tema bebas. Cerpen dengan beragam genre, seperti slice of life,
horror, romance, thriller, dan fantasi. Pada perlombaan ini seluruh
peserta mendapatkan fasilitas diantaranya adalah e-sertifikat nasional, e-book
kiat menulis cerpen, voucher pre-order buku, voucher souvenir, dan 50 cerpen
terbaik nantinya akan dibukukan dalam satu antologi. Kriteria naskah
menggunakan font times roman dengan spasi 1,5, margin normal.
Naskah yang saya ikutkan lomba berjudul Seteru. Genre
Slice of life. Cerpen saya berkisah tentang kondisi mental seorang anak yang
punya luka masa kecil. Ia terlahir dari seorang ibu berperangai kasar. Ia
tumbuh di lingkungan pinggiran kota besar. Ibunya bertahan hidup dengan menjual
diri setelah pengkhianatan ayah kandungnya. Ibunya marah dengan keadaan hingga
sering melampiaskan kemarahan kepada anak lelakinya yang masih berusia belia.
Puncaknya ibunya pergi meninggalkan anaknya yang terkapar bersimbah darah,
beruntung anak itu ditolong oleh tetangga yang baik. Takdir berkata lain setelah puluhan tahun berlalu, ia
dipertemukan lagi dengan ibu kandungnya dalam situasi yang mengejutkan. Ibunya datang
dengan kondisi sangat memprihatinkan. Hal itu membuat si anak lelaki yang sudah
beranjak dewasa itu bingung. Jiwanya berseteru, antara rindu dan dendam. Menerima
ibunya lagi atau tidak.
Cerpen sarat hikmah tersebut adalah gambaran fenomena kehidupan
anak broken home, anak terlantar yang tumbuh dengan luka batin dan
trauma hebat. Seringkali hal tersebut menjadi pemicu anak tersebut menjadi
pelaku tindak kriminal, kekerasan, bullying, narkoba dan penyimpangan perilaku lainnya.
Saya berharap tulisan tersebut bisa menjadi inspirasi dan pengingat bagi siapapun
yang membacanya.
0 komentar:
Posting Komentar