Esai 3 Wawancara tentang Disonansi Kognitif
Clarita
Savdurin
Nim:
21310410031
Kelas
Reguler A
Mata
Kuliah Psikologi Inovasi
Dosen
Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan
psikologis yang muncul ketika seseorang memiliki dua atau lebih keyakinan,
nilai, atau sikap yang saling bertentangan atau tidak sesuai. Ini menciptakan
kebingungan atau tekanan mental karena orang cenderung menginginkan konsistensi
dalam pandangan dan perilaku mereka. Contoh sederhana dari disonansi kognitif
adalah ketika seseorang merokok meskipun mereka tahu bahwa merokok berbahaya
bagi kesehatan. Konflik antara pengetahuan bahwa merokok berbahaya dan tindakan
merokok menciptakan disonansi kognitif.Menurut laporan WHO tentang Epidemi
Rokok Global tahun 2019, persentase perokok di Indonesia pada tahun 2018 adalah
62,9% untuk pria dan 4,8% untuk wanita yang berusia di atas 15 tahun. Sedangkan
pada kelompok usia 13-15 tahun, persentase perokok pria adalah 23% dan wanita
adalah 2,4%. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang menghadapi masalah
serius terkait rokok saat ini (World Health Organization, 2019). Untuk
mengatasi disonansi kognitif, orang cenderung melakukan berbagai strategi,
seperti mengubah keyakinan atau tindakan mereka, mencari informasi tambahan
untuk mendukung keyakinan yang ada, atau mencoba meminimalkan pentingnya
konflik tersebut.
Untuk mengetahui informasi lebih
lanjut tentang Disonansi Kognitif pada seorang perokok, maka saya telah
melakukan wawancara pada laki-laki berumur 21 tahun, sebut saja A.R. yang
merupakan seorang perokok aktif. Berikut beberapa pertanyaan wawancara yang
telah saya lakukan.
1.
Apa alasan Anda mulai merokok? |
Karena
lingkungan pertemanan saya |
2.
Bagaimana kebiasaan merokok Anda mempengaruhi kesehatan Anda? |
Saya
pernah beberapa kali ketika sakit merasakan sesak di dada dan juga batuk |
3.
Apakah Anda pernah mencoba berhenti merokok sebelumnya? Jika ya, apa yang
membuat Anda kembali merokok? |
Saya
tidak pernah berhenti, saya berhenti merokok mungkin hanya di saat saya tidak
memiliki uang untuk membeli rokok |
4.
Bagaimana merokok mempengaruhi hubungan Anda dengan orang-orang di sekitar
Anda, terutama mereka yang tidak merokok? |
Saya
kadang harus menjauh dari keluarga atau orang di dalam rumah karena mereka
tidak suka asap rokok |
5.
Apakah anda tahu bahaya merokok. |
Ya,
saya cukup tau bagaimana bahaya merokok bagi kesehatan. Berbagai macam
penyakit telah disebabkan oleh kebiasaan merokok |
6.
Apakah Anda memiliki strategi atau usaha untuk berhenti merokok di masa
depan? |
Sepertinya
belum, karena saat ini saya ketika banyak pikiran maka akan berusaha
menghibur diri dengan merokok |
Pada kasus seorang perokok,
disonansi kognitif terjadi ketika seseorang menyadari bahwa merokok berisiko
dan berpotensi merugikan kesehatannya, namun tetap melanjutkan kebiasaan
merokok. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, perokok berinisial A.R. ini tahu
bagaimana dampak merokok terhadap kesehatannya, tapi dia tetap memilih untuk
melakukannya dan menganggap bahwa kebiasaannya itu adalah cara dia untuk
menghibur dirinya. Dalam teori disonansi kognitif, orang cenderung mencari
konsistensi antara keyakinan dan tindakan mereka. Dalam hal merokok, seseorang
mungkin memiliki pengetahuan yang kuat tentang dampak negatif merokok terhadap
kesehatan, seperti risiko penyakit jantung, kanker, dan gangguan pernapasan.
Namun, mereka juga mungkin menghadapi tekanan sosial atau ketergantungan fisik
terhadap nikotin, yang membuat mereka sulit untuk menghentikan kebiasaan
tersebut.
Sehingga yang dapat dilakukan oleh
perokok untuk dapat mengurangi kebiasaannya adalah pertama, penting untuk
memahami bahwa disonansi kognitif adalah ketidakselarasan antara keyakinan atau
nilai-nilai seseorang dengan perilaku yang sebenarnya dilakukan. Dalam konteks
perokok, ini berarti seseorang mungkin menyadari dampak negatif merokok pada
kesehatan mereka, namun mereka tetap melanjutkan kebiasaan tersebut. Meningkatkan
pemahaman tentang dampak buruk merokok pada kesehatan dapat membantu mengurangi
disonansi kognitif.
Referensi:
Fadholi, F., Prisanto, G. F.,
Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi
Kognitif Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi
Universitas Negeri Padang), 11(1), 1. https://doi.org/10.24036/rapun.v11i1.108039
0 komentar:
Posting Komentar