Wawancara
Tentang Disonansi Kognitif
Psikologi
Inovasi
Tugas
3 (Wawancara ttg disonansi kognitif)
Fariha
Aulia Syahda
21310410092
Dosen
Pengampu:
Dr.,
Dra. Arundati Shinta.,MA
Prodi
Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Menurut Festinger
(dalam Sarwono, 1999)
menyebutkan bahwa terdapat
beberapa aspek dari disonansi kognitif yaitu:
1.
Inkonsistensi logis (aspek yang berhubungan dengan
perbedaan keyakinan yang ada pada pola kognitif setiap orang yang menyebabkan
terjadinya kejanggalan)
2.
Nilai budaya (aspek yang berhubungan dengan
nilai-nilai yang dimiliki setiap orang yang mempengaruhi kognitifnya)
3.
Pendapat umum (aspek yang mendefinisikan bahwa
terdapat pendapat si lingkungan dimana seseorang bisa dipengaruhi kognitifnya)
4.
Pengalaman masa
lalu (aspek yang mendefinisikan bahwasannya pengalaman yang dimiliki
seseorang baik secara langsung mengalami kejadian tertentu ataupun tidak
langsung dengan melihat pengalaman orang lain yang bisa mempengaruhi
kognitifnya.
Dalam
hal ini penulis mengaitkan pada perilaku seseorang yang termasuk kategori
perokok aktif dengan menggunakan metode wawancara. Penulis mewawancarai salah
satu subjek berinisial H yang saat ini masih berstatus sebagai Mahasiswa.
Berdasarkan kategori perokok, subjek merupakan kategori perokok yang aktif
karena subjek mengkonsumsi rokok dengan jumlah yang sering. Tujuan dari
wawancara ini ialah supaya penulis memahami pengaruh dari perokok aktif
terhadap disonansi kognitif yang berdampak sulit maju. Berikut lampiran hasil
pertanyaan beserta jawaban dari wawancara yang telah dilakukan dengan menghubungkan
dengan aspek disonansi kognitif.
Pewawancara |
Narasumber |
“Mas, boleh saya tahu pendapat Anda
terkait rokok?” |
“Kalau menurut saya ya mbak, rokok itu
adalah cacahan tembakau yang dilinting dengan kertas khusus. rokok biasanya
dikonsumsi dengan cara membakar lintingan tersebut dan menghirup asapnya.” |
“Kalau masnya sendiri sudah berapa
lama merokok?” |
“Saya aktif merokok
dari kelas 11 SMA , tapi memulai merokok pada kelas 3 SD.” |
“Wah, ternyata sudah lama sekali ya.
Memang menurut mas seberapa penting rokok itu dalam kehidupan sehari-hari?” |
“Kalau bagi saya, rokok itu sebagai
penunjang fokus dan menstabilkan emosi karena pada saat saya merokok, saya
merasakan rileks.” |
“Apakah keinginan merokok ini timbul
atas keinginan sendiri atau dari lingkungan sekitar masnya?” |
“Awalnya sih, penasaran. Melihat orang
pada merokok dan waktu pertama merokok juga diajak oleh teman.” |
“Bahaya apa yang mas ketahui?” |
“Menimbulkan kecanduan, dan mungkin
beberapa gangguan pernafasan” |
“Apakah hal tersebut menggangu
kehidupan sehari hari masnya?” |
“Engga mba, saya selalu berfikiran
positif, kan penyakit timbulnya dari keyakinan.. Pikiran saya hanya buat
rileks pikiran.” |
“Namun, berdasarkan fakta dilapangan
banyak penyakit jantung atau paru-paru yang sumbernya bisa dari rokok, loh
mas. Apakah dengan begitu masih berfikir untuk positif? |
“Iya mba.. Saya ga akan menakuti diri
saya dengan hal tersebut, karena datengnya penyakit juga banyak faktornya.” |
Berdasarkan
kesimpulan wawancara diatas narasumber sudah mengetahui bahaya dari merokok,
namun dari bahaya tersebut dirubah kepada pemikiran yang positif sehingga
dampak bahaya yang ada bisa teralihkan.
References:
Sarwono, S.
W. (1999). Psikologi sosial:
individu dan teori-teori
psikologi sosial (cetakan
kedua). Balai Pustaka: Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar