11.10.23

essay 3: Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

 

Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

Psikologi Inovasi

Tugas 3 (Wawancara ttg disonansi kognitif)

Fariha Aulia Syahda

21310410092

Dosen Pengampu:

Dr., Dra. Arundati Shinta.,MA

Prodi Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta



Menurut Festinger  (dalam  Sarwono,  1999)  menyebutkan  bahwa terdapat beberapa  aspek  dari disonansi  kognitif yaitu:

1.      Inkonsistensi  logis (aspek yang berhubungan dengan perbedaan keyakinan yang ada pada pola kognitif setiap orang yang menyebabkan terjadinya kejanggalan)

2.      Nilai  budaya (aspek yang berhubungan dengan nilai-nilai yang dimiliki setiap orang yang mempengaruhi kognitifnya)

3.      Pendapat  umum (aspek yang mendefinisikan bahwa terdapat pendapat si lingkungan dimana seseorang bisa dipengaruhi kognitifnya)

4.      Pengalaman  masa  lalu (aspek yang mendefinisikan bahwasannya pengalaman yang dimiliki seseorang baik secara langsung mengalami kejadian tertentu ataupun tidak langsung dengan melihat pengalaman orang lain yang bisa mempengaruhi kognitifnya.

Dalam hal ini penulis mengaitkan pada perilaku seseorang yang termasuk kategori perokok aktif dengan menggunakan metode wawancara. Penulis mewawancarai salah satu subjek berinisial H yang saat ini masih berstatus sebagai Mahasiswa. Berdasarkan kategori perokok, subjek merupakan kategori perokok yang aktif karena subjek mengkonsumsi rokok dengan jumlah yang sering. Tujuan dari wawancara ini ialah supaya penulis memahami pengaruh dari perokok aktif terhadap disonansi kognitif yang berdampak sulit maju. Berikut lampiran hasil pertanyaan beserta jawaban dari wawancara yang telah dilakukan dengan menghubungkan dengan aspek disonansi kognitif.

Pewawancara

Narasumber

“Mas, boleh saya tahu pendapat Anda terkait rokok?”

“Kalau menurut saya ya mbak, rokok itu adalah cacahan tembakau yang dilinting dengan kertas khusus. rokok biasanya dikonsumsi dengan cara membakar lintingan tersebut dan menghirup asapnya.”

“Kalau masnya sendiri sudah berapa lama merokok?”

“Saya aktif merokok dari kelas 11 SMA , tapi memulai merokok pada kelas 3 SD.”

“Wah, ternyata sudah lama sekali ya. Memang menurut mas seberapa penting rokok itu dalam kehidupan sehari-hari?”

“Kalau bagi saya, rokok itu sebagai penunjang fokus dan menstabilkan emosi karena pada saat saya merokok, saya merasakan rileks.”

“Apakah keinginan merokok ini timbul atas keinginan sendiri atau dari lingkungan sekitar masnya?”

“Awalnya sih, penasaran. Melihat orang pada merokok dan waktu pertama merokok juga diajak oleh teman.”

“Bahaya apa yang mas ketahui?”

“Menimbulkan kecanduan, dan mungkin beberapa gangguan pernafasan”

“Apakah hal tersebut menggangu kehidupan sehari hari masnya?”

“Engga mba, saya selalu berfikiran positif, kan penyakit timbulnya dari keyakinan.. Pikiran saya hanya buat rileks pikiran.”

“Namun, berdasarkan fakta dilapangan banyak penyakit jantung atau paru-paru yang sumbernya bisa dari rokok, loh mas. Apakah dengan begitu masih berfikir untuk positif?

“Iya mba.. Saya ga akan menakuti diri saya dengan hal tersebut, karena datengnya penyakit juga banyak faktornya.”

Berdasarkan kesimpulan wawancara diatas narasumber sudah mengetahui bahaya dari merokok, namun dari bahaya tersebut dirubah kepada pemikiran yang positif sehingga dampak bahaya yang ada bisa teralihkan.  

References:

Sarwono,  S.  W.  (1999). Psikologi  sosial:  individu  dan  teori-teori  psikologi  sosial (cetakan kedua). Balai Pustaka: Jakarta

 

0 komentar:

Posting Komentar