Disonansi Kognitif Dari Perilaku Merokok
Ulvi Isnaini
21310410103
Dosen Pengampu: Dr.,
Dra. Arundati Shinta.,MA
Psikologi Inovasi
Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta

Teori disonansi kognitif (DCT) atau teori disonansi kognitif
adalah teori yang menjelaskan perasaan tidak nyaman yang dialami seseorang ketika melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diketahuinya atau mempunyai
pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinannya
sendiri. Teori ini ditemukan oleh Leon Festinger pada tahun 1957 dan disonansi
sendiri berarti ketidakseimbangan, berbeda
dengan harmoni yang berarti keseimbangan.
Ternyata perilaku
disonansi kognitif sering dilakukan oleh para perokok. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan seorang perokok aktif yang berinisial AS dan TA,
didapatkan jawaban bahwa AS mencoba
merokok pertama kali saat masih duduk di bangku SMP kelas VII, sedangkan TA
mencoba merokok sejak masih menempuh pendidikan sekolah dasar . Motif keduanya
mencoba untuk merokok adalah karena faktor lingkungan, seperti banyaknya teman
yang sudah merokok, diajak teman untuk mencoba merokok, dan gengsi pada
teman-temannya jika tidak merokok. Keduanya juga mencoba merokok pertama kali
dengan cara bersembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh orang tuanya saat
mereka merokok.
Perilaku disonansi dapat ketahui dari jawaban saat ditanya tentang mengapa
tidak berhenti merokok saat mereka sudah mengetahui dampak dari bahaya merokok.
Mereka mengatakan bahwa mereka mengetahui bahaya merokok namun mereka tidak
bisa berhenti merokok karena rasa kecanduan yang dihasilkan dari mengkonsumsi
rokok dalam jangka panjang. Mereka pernah mencoba untuk berhenti merokok karena
mereka merasa bahwa jika mereka tidak merokok maka mereka bisa menyisihkan uang
mereka untuk keperluan yang lain, namun usaha untuk berhenti merokok gagal
karena rasa candu yang tidak tertahankan akibat dari konsumsi rokok terus
menerus. AS mengaku bahwa ia pernah mencoba berhenti merokok selama tiga hari namun
akhirnya kembali lagi merokok, sedangkan TA mengaku bahwa ia berhenti merokok
selama sekolah di pesantren.
AS dan TA mengatakan bahwa mereka tidak pernah mencoba untuk melarang
seseorang untuk merokok bahkan AS mengatakan bahwa ia pernah mengajak temannya
untuk mencoba merokok, sedangkan TA mengatakan bahwa ia tidak pernah mencoba untuk
melarang atau mengajak seseorang untuk merokok namun jika ia berada didekat
temannya ia menyediakan rokok untuk temannya yang ingin merokok. Di sisi lain
AS dan TA mengatakan ia tidak akan merokok atau berhenti sejenak untuk tidak
merokok ketika mereka berada di lingkungan yang orang disekitarnya tidak
merokok atau tempat yang dilarang untuk merokok.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan disonansi
kognitif dapat terlihat dimana AS dan TA mengetahui dampak berbahaya dari
merokok namun mereka tetap mengkonsumsi rokok bahkan mereka mengajak atau
menyediakan rokok untuk orang lain agar orang lain juga dapat merokok.
Referensi
Byilmukomunikasi. 2023. "Apa Itu Teori Disonansi Kognitif?- Sejarah Dan Penerapannya Dalam Ilmu Komunikasi ". https://komunikasi.unhas.ac.id/apa-itu-teori-disonansi-kognitif-mengenal-sejarah-penelitian-penting-dan-penerapannya-dalam-ilmu-komunikasi/. diakses 07 Oktober 2023.
Amalia, A. M. C. 2022. "Cognitive Dissonance Teory Part 1". https://binus.ac.id/malang/public-relations/2022/04/14/cognitive-dissonance-theory-part-i/. diakses tanggal 07 Oktober 2023.
0 komentar:
Posting Komentar