7.10.23

Essay 3: wawancara tentang disonansi kognitif: disonansi kognitif dari perilaku merokok


Disonansi Kognitif Dari Perilaku Merokok

Ulvi Isnaini 21310410103

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta.,MA

Psikologi Inovasi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Teori disonansi kognitif merupakan teori yang menjelaskan konflik yang muncul dalam pikiran seseorang ketika terjadi ketidaksesuaian antara ideologi kognitif dengan sikap dan perilaku. Menurut teori ini, ketidakcocokan ini menimbulkan ketegangan psikologis yang tidak menyenangkan yang dikenal dengan disonansi kognitif.

Teori disonansi kognitif (DCT) atau teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan perasaan tidak nyaman yang dialami seseorang ketika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diketahuinya atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinannya sendiri. Teori ini ditemukan oleh Leon Festinger pada tahun 1957 dan disonansi sendiri berarti ketidakseimbangan, berbeda dengan harmoni yang berarti keseimbangan.

Ternyata perilaku disonansi kognitif sering dilakukan oleh para perokok. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan seorang perokok aktif yang berinisial AS dan TA, didapatkan jawaban bahwa AS  mencoba merokok pertama kali saat masih duduk di bangku SMP kelas VII, sedangkan TA mencoba merokok sejak masih menempuh pendidikan sekolah dasar . Motif keduanya mencoba untuk merokok adalah karena faktor lingkungan, seperti banyaknya teman yang sudah merokok, diajak teman untuk mencoba merokok, dan gengsi pada teman-temannya jika tidak merokok. Keduanya juga mencoba merokok pertama kali dengan cara bersembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh orang tuanya saat mereka merokok.

Perilaku disonansi dapat ketahui dari jawaban saat ditanya tentang mengapa tidak berhenti merokok saat mereka sudah mengetahui dampak dari bahaya merokok. Mereka mengatakan bahwa mereka mengetahui bahaya merokok namun mereka tidak bisa berhenti merokok karena rasa kecanduan yang dihasilkan dari mengkonsumsi rokok dalam jangka panjang. Mereka pernah mencoba untuk berhenti merokok karena mereka merasa bahwa jika mereka tidak merokok maka mereka bisa menyisihkan uang mereka untuk keperluan yang lain, namun usaha untuk berhenti merokok gagal karena rasa candu yang tidak tertahankan akibat dari konsumsi rokok terus menerus. AS mengaku bahwa ia pernah mencoba berhenti merokok selama tiga hari namun akhirnya kembali lagi merokok, sedangkan TA mengaku bahwa ia berhenti merokok selama sekolah di pesantren.

AS dan TA mengatakan bahwa mereka tidak pernah mencoba untuk melarang seseorang untuk merokok bahkan AS mengatakan bahwa ia pernah mengajak temannya untuk mencoba merokok, sedangkan TA mengatakan bahwa ia tidak pernah mencoba untuk melarang atau mengajak seseorang untuk merokok namun jika ia berada didekat temannya ia menyediakan rokok untuk temannya yang ingin merokok. Di sisi lain AS dan TA mengatakan ia tidak akan merokok atau berhenti sejenak untuk tidak merokok ketika mereka berada di lingkungan yang orang disekitarnya tidak merokok atau tempat yang dilarang untuk merokok.

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan disonansi kognitif dapat terlihat dimana AS dan TA mengetahui dampak berbahaya dari merokok namun mereka tetap mengkonsumsi rokok bahkan mereka mengajak atau menyediakan rokok untuk orang lain agar orang lain juga dapat merokok.

Referensi

Byilmukomunikasi. 2023. "Apa Itu Teori Disonansi Kognitif?- Sejarah Dan Penerapannya Dalam Ilmu Komunikasi ". https://komunikasi.unhas.ac.id/apa-itu-teori-disonansi-kognitif-mengenal-sejarah-penelitian-penting-dan-penerapannya-dalam-ilmu-komunikasi/. diakses 07 Oktober 2023.

Amalia, A. M. C. 2022. "Cognitive Dissonance Teory Part 1". https://binus.ac.id/malang/public-relations/2022/04/14/cognitive-dissonance-theory-part-i/. diakses tanggal 07 Oktober 2023.


0 komentar:

Posting Komentar