Essay 3 Wawancara tentang Disonansi Kognitif
BAHAYA
ROKOK PADA PEROKOK AKTIF DAN PEROKOK PASIF.
Tiyas
Wulandari
Nim:
21310410108
Kelas
Reguler (A)
Mata
Kuliah Psikologi Inovasi
Dosen
Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Pada
saat ini merokok merupakan suatu tindakaan yang semakin merajalela di
masyarakat. Tindakan merokok sudah seringkali kita temui di berbagai lapisan
masyarakat, bahkan tak jarang kita menjumpai anak dibawah umur merokok. Padahal
rokok memiliki dampak yang sangat bahaya dan mengancam kesehatan. Bahaya
merokok tidak hanya didapatkan individu yang merokok saja, tetapi orang yang
berada dilingkungan perokok dan terkena asap rokok juga turut mendapatkan
dampak dari rokok, salah satunya adalah terkena penyakit paru-paru.
Dalam
perilaku merokok ini terdapat disonansi kognitif, disonansi kognitif terjadi
ketika seseorang menyadari dampak dan bahaya dari perilaku merokok, akan tetapi
mereka tetap melanjutkan kebiasaannya untuk merokok. Disonansi kognitif sendiri
didefinisikan sebagai fenomena psikologis di mana seseorang mengalami konflik
internal antara keyakinan, nilai, atau harapan mereka dengan tindakan atau
keputusan yang mereka ambil. Saya telah melakukan wawancara untuk mengetahui innformasi
tentang disonansi kognitif pada individu yang merokok.
Identitas
Narasumber:
Nama
(inisial) : B P
Usia :
21 tahun
Jenis
kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Hasil
Wawancara:
Pertanyaan |
Jawaban |
Sudah
berapa lama anda merokok? |
Saya
tidak mengingat secara jeelas, tapi kurang lebih sudah 7 tahun. |
Apakah
aktif perokok aktif, biasanya dalam kurun waktu sehari habis berapa pak? |
Yaa
perokok aktif. Dalam sehari saya bisa menghabiskan kurang lebih 1 bungkus. |
Apakah
anda mengetahui bahaya dari merokok? |
Sebenarnya
saya tahu mengenai bahaya merokok, rokok sangat berbahaya untuk kesehatan,
seperti penyakit paru-paru dan jantung. Apalagi jika dikonsusi dengan jumlah yang
banyak dan berjangka panjang, itu sangat membahayakan. |
Anda
kan sudah mengetahui dampak dari merokok, kemudian apa alasan bapak tetap
merokok? |
Sebenernya
saya merokok itu awalnnya hanya coba-coba, karena di lingkungan dan
teman-teman merokok maka saya menjadi tertarik dan ikut merokok. Sampai
akhirnya saya menjadi ketergantungan dengan rokok, meskipun rokok memiliki
dampak yang berbahaya dalam kesehatan tapi terkadang merokok juga membuat
saya tenang dan sudah menjadi kebiasaan bagi saya. |
Adakah
keinginan anda untuk berhenti merokok? |
Beberapa
kali sempat terlintas dipikiran saya untuki berhenti merokok, tapi untuk
sekarang ini saya masih belum bisa berhenti dari kebiasaan tersebut. |
Berdasarkan
hasil waawancara, dapat saya katakan bahwasannya perokok itu memang memiliki
pengetahuan cukup mengenai risiko kesehatan yang akan ditimbulkan dari
kebiasaan merokok. Mereka mengetahui bahwa merokok dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung, kanker, dan penyakit paru-paru. Meskipun mereka menyadari
bahaya tersebut, banyak dari mereka tetap melanjutkan kebiasaan merokok. Padahal
kebiasaan merokok yang dilakukan secara terus menerus dengan mengabaikan bahaya
rokok dapat menyebabkan mereka mengalami masalah kesehatan kedepannya.
Disonansi
kognitif muncul ketika pengetahuan tentang bahaya merokok bertentangan dengan
tindakan merokok yang mereka lakukan. Disonansi kognitif pada perokok dapat
memiliki dampak serius, mereka cenderung tidak memperhatika dampak dari
merokok, sehingga itu dapat menghambat perubahan perilaku yang
positif, mereka akan kesulitan untuk berhenti merokok. Selain itu, mereka juga
perlu mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau bahkan bantuan
profesional untuk membantu mereka mengatasi konflik internal mereka dan
mengambil langkah-langkah positif menuju kehidupan yang bebas dari rokok.
Mengurangi disonansi kognitif pada perokok bukan hanya penting untuk kesehatan
mereka sendiri, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan
memperpanjang harapan hidup.
Referensi:
Fadholi,
F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020).
Disonansi Kognitif Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual
Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(1), 1-14.
0 komentar:
Posting Komentar