Disonansi Kognitif Pada Perokok Aktif
Nama : Nurul Mawaddah
NIM : 21310410028
Psikologi Inovasi
Esai 3 : Wawancara tentang disonansi kognitif
Dosen Pengampu : Dra. Arundati Shinta, M.A.
Persentase perokok aktif
di Indonesia terus meningkat. Wakil Menteri Kesehatan mengungkapkan, saat ini
jumlah perokok aktif di Indonesia menjadi yang terbanyak ketiga di dunia.
Berbagai kampanye anti rokok telah dilakukan oleh pemerintah dan organisasi
untuk mengurangi angka perokok yang dapat berdampak bagi kesehatan. Pemerintah
juga sudah membentuk regulasi utama yang secara khusus mengatur pengendalian
masalah merokokPara perokok mengetahui adanya bahaya yang ditimbulkan oleh
rokok sehingga memunculkan adanya disonansi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa subjek yang melakukan perilaku merokok
yaitu sebagai berikut:
Subjek pertama dengan inisial R mengatakan bahwa :
“Aku biasanya kalau lagi sama temen-temen ya ngobrol, dudukan santai
gitulah. Yang paling gak bisa aku tinggalin ya ngerokok harus diselingi itu
soalnya biar gimana ya kan kalau sama temen-temen Cuma sekedar ngobrol aja gak
enak gitu lho mbak kayak ada yang kurang jadi ya seringnya sambil ngerokok di
gazebo yang rame banyak temennya. Ngobrol sama yang lain jadi gak kerasa kadang
juga bisa habis 3 batang rokok ya tergantung situasinya juga sih ya. Kalau yang
di obrolin enak nyambung kan ya makin banyak aku ngerokoknya. Gitu sih”
Sedangkan subjek kedua dengan inisial MA dalam wawancara
mengatakan bahwa :
“Kalau saya sih misal udah sama temen-temen ya ngobrol bercanda gitu
biasanya duduk di gazebo. Nah kalo di gazebo itu seringnya ngobrol sambil
ngerokok mbak. Karna kalo gak ngerokok apalagi lagi ngobrol sama temen gitu
rasanya kaya ada yang kurang gitu mbak. Saya juga kan orangnya gak terlalu pede
jadi kalo ngobrol di depan orang ya sambil ngerokok biar gak terlalu keliatan
gitu gak pedenya. Kadang sih saya ngerokok bisa sampe 4 batang kalo lagi pengen
banget kadang malah sehari bisa habis satu bungkus. Semisal ada kuliah setelah
itu ya ke gazebo lagi buat ngerokok lagi gitu mbak”.
Adapun wawancara terhadap subjek R dan MA memiliki perilaku merokok yang tinggi karena dalam sehari mampu
menghabiskan satu bungkus rokok. Situasi yang terjadi saat perilaku merokok
berlangsung membuat mahasiswa mampu menghabiskan banyak batang rokok untuk
dihisap.
Dari wawancara diatas juga dapat dikatakan bahwa subjek memiliki kepercayaan diri yang rendah karena subjek tersebut mengatakan ketika subjek sedang berada diantara teman-temannya subjek merasa tidak percaya diri. Menurut subjek, ketika sedang mengobrol tetapi tidak merokok rasanya apa yang diobrolin tidak nyambung.
0 komentar:
Posting Komentar