11.10.23

Disonansi Kognitif Terhadap Perokok

 Wawancara Pada Seorang Perokok Tentang Disonansi Kognitif


Oleh: Humairah Natsir

21310410042

Program Studi Psikologi 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

2023




Essay ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan mata kuliah Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu Ibu Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.


Konsep teori disonansi kognitif terdiri dari dua hal, yaitu disonansi dan kognitif. Disonansi berarti konflik, inkonsistensi atau tidak konsisten. Dan kognitif berarti elemen  yang terdiri dari sikap, persepsi, pengetahuan, dan keyakinan. (Littlejohn, Karen, & Oetzel, 2017). Gagasan dari teori ini yaitu setiap individu mempunyai atau membawa elemen-elemen kognitif, di mana setiap elemen tidak terisolasi, tetapi berhubungan satu sama lain. 

Menurut Festinger (1957), pengalaman tidak menyenangkan merupakan akibat dari disonansi kognitif kemungkinan besar dialami oleh perokok karena perilaku mereka bertentangan dengan fakta mereka mengenai dampak merokok bagi kesehatan. Besarnya disonansi yang terjadi berfungsi sebagai tekanan yang besar bagi perokok untuk mereduksi disonansi yang terjadi. Berdasarkan data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Nasional (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018), prevalensi nasional perokok tahun 2018 adalah 28,8%. 

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan subjek berinisial BIP, berusia 23 tahun, dengan jenjang pendidikan terakhir SMP, subjek berasal dari Kuningan Jawa Barat. Subjek sempat duduk di bangku SMA hingga kelas dia namun tidak tamat. Pertama kali subjek mencoba rokok di usia 17 tahun tepatnya saat ia duduk di bangku kelas satu. Awal Subjek mencoba rokok karena ikutan teman. Di mana lingkungan sekitaranya cenderung perokok, baik di lingkungan rumah dan tempat kerjanya. Adapun reaksi pertama yang dirasakan saat merokok adalah sesak dan batuk. Subjek merasa manfaat dari merokok adalah tenang dan lebih rileks. Sedangkan saat ia tidak merokok, subjek merasa gelisah, mulut asam, merasa ada yang kurang dan pikiran tidak tenang. Bapak subjek perokok, namun pernah melarang subjek merokok bahkan memarahinya. Subjek juga pernah dilarang merokok dengan kerabatnya. Saat subjek merokok dengan teman yang tidak perokok, reaksi teman subjek biasa saja dan tidak melarang. Subjek tahu dampak bahaya merokok dari bungkus rokok itu sendiri dan penyampaian teman-teman. Bahkan subjek pernah sakit sesak dada dan napas karena merokok. Subjek mengakui memiliki motivasi untuk berhenti karena uang rokok bisa ditabung dan demi kesehatannya. Subjek sudah mencoba untuk berhenti namun tidak bisa, subjek mengatakan rasa candu dati rokok lebih kuat dari motivasi dan pengetahuannya tentang dampak merokok. 

Intervensi kesehatan adalah salah satu cara agar membuat perokok mengalami disonansi kognitif. Namun, kebanyakan perokok meremehkan risiko kesehatan yang perlu dilakukan. Dalam studi Fotuhi dkk, (2011) menyebutkan pencegahan rasionalisasi perokok akan  memotivasi mereka untuk berhenti merokok karena jika jalur reduksi disonansi yaitu rasionalisasi ini dihentikan, maka perokok bisa mengurangi disonansi yang terjadi dengan mengubah perilaku. Perokok remaja pasti mengalami disonansi kognitif ketika merokok, seperti pengabaian nasihat orangtua dan pengetahuan akan bahaya merokok terhadap kesehatan. Jika mampu untuk mengatasi perilaku kompensasi dan rasionalisasi pada perokok remaja, maka kemungkinan terjadi peningkatan persepsi remaja perokok tentang kerentanan diri sendiri tentang risiko kesehatan akibat dari merokok. 

Rujukan:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (2018). Kementerian Kesehatan RI: Jakata. 

Festinger, L. A. (1957). Theory of Cognitive Dissonance. Illinois: Row and PetersonPeterson. 

Fotuhi, Omid, Geoffrey T Fong, Mark P Zanna, Ron Borland, Hua-Hie Yong, & K Michael Cummings. (2011). "Patterns of Cognitive Dissonance-Reducing Beliefs among Smokers: A Longitudinal Analysis from the International Tobacco Control (Itc) Four Country Survey." British Medical Journal: Tobacco Control. https://doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2011-050139.

Littlejohn, Stephen, A Foss Karen, & John G Oetzel. (2017). Theories of Human Communication (11th Edition). Boston: McGraw Hill. 

Suatan, Alexandra Tatgyana & Irwansyah. (2021). Studi Review Sistematis: Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dan Upaya Reduksinya pada Perokok Remaja. Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi. 5, (1) 72-82.

0 komentar:

Posting Komentar