Disonansi
Kognitif dalam Konteks Pengelolaan Sampah: Kasus Pekerja Pengelola Sampah yang Tidak Mendaur Ulang di
Rumah
Mata Kuliah : Psikologi
Inovasi
Tugas : Esai 3
wawancara Tentang Disonansi Kognitif
Dosen pengampu: Dr.
Arundati shinta, MA
Siti Khasanah (21310410089)
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Disonansi kognitif adalah
fenomena psikologis di mana seseorang mengalami ketidakcocokan antara
keyakinan, nilai-nilai, dan tindakan yang mereka lakukan. Dalam konteks
pengelolaan sampah, disonansi kognitif muncul ketika seseorang yang bekerja di Pengelolaan Sampah, yang secara profesional
berurusan dengan pengolahan sampah, tidak mendaur ulang di rumahnya.
Dalam wawancara, Sabtu, 04 September
dengan pekerja sebagai pengelola dan pemilah sampah di Meces kepada (W) sebagai pemilah sampah mengungkapkan bahwa ia sangat sadar akan
pentingnya daur ulang dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dia bahkan
mencerminkan pengetahuannya tentang dampak negatif dari penolakan terhadap
praktik-praktik ini dalam lingkungan. Namun, (W) juga mengakui bahwa dia sendiri tidak
mengamalkan praktik-praktik ini di rumahnya. Ini mengindikasikan adanya
disonansi kognitif di antara keyakinan dan perilaku subjek.
Fenomena ini adalah disonansi
kognitif yang diajukan oleh Leon Festinger (1957). Ketika seseorang menyadari
ketidakcocokan antara keyakinan dan perilaku mereka, mereka akan merasa tidak
nyaman dan cenderung mencari cara untuk mengurangi disonansi ini. Dalam konteks
pengelolaan sampah, (W) merasa
tidak nyaman karena tahu bahwa seharusnya mendaur ulang di rumah, tetapi tidak melakukannya.
Dalam upaya mengurangi disonansi, (W)
mencari pembenaran,
mersa bersalah.
Teman sejawat dan lingkungan sosial (W) memainkan peran penting
dalam mempengaruhi perilakunya.
Jika di lingkungan pekerjaan
dikelilingi oleh rekan-rekan yang mempraktikkan pengelolaan sampah yang
berkelanjutan, (W) merasa
tekanan sosial untuk mengikuti contoh ini. Namun, ketika kembali ke rumah,
lingkungan sosialnya berbeda, dan tekanan sosial untuk mendaur ulang kurang
terasa.
Ada tiga
proses komunikasi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi
disonansi, yaitu:
1.
Melakukan
perubahan pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah elemen kognitif
lingkungan (merubah keyakinan/kepercayaan, sikap, pendapat), atau merubah elemen
kognitif perilaku (merubah tindakan). Namun, kadangkala perubahan lingkungan
atau perubahan perilaku tidak menurunkan disonansi. Menyikapi kondisi ini
individu akan menghadapkan diri pada cara
2.
Menambahan
beberapa elemen kognitif konsonan baru, dalam hal ini termasuk upaya secara
aktif untuk mencari informasi-informasi
baru.
3.
Menurunkan
arti penting dari elemen-elemen yang
mempunyai hubungan dengan elemen kognitif disonan (trivialization).
Daftar Pustaka:
Festinger, L. (1957). A theory of dissonance
cognitive. Evanston: Row.
Nispawijaya, T. C., & Nasdian, F. T.
(2020). Hubungan Tingkat Partisipasi Dalam Program Bank Sampah Terhadap
Perubahan Perilaku Pengelolaan Sampah. Jurnal Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 4(5), 593-609.
Constantinus, C., Brata, D. W., &
Ardaniyati, L. (2022). Green Leadership: Kepribadian Ekstraversi, Kecerdasan
Lingkungan dan Perilaku Ramah Lingkungan. Psyche 165 Journal,
125-133.
0 komentar:
Posting Komentar