11.10.23

Essay 3 Disonasi kognitif

 

Disonansi Kognitif dalam Konteks Pengelolaan Sampah: Kasus Pekerja Pengelola Sampah yang Tidak Mendaur Ulang di Rumah

 

     Mata Kuliah     : Psikologi Inovasi

     Tugas                : Esai 3 wawancara Tentang Disonansi Kognitif

      Dosen pengampu: Dr. Arundati shinta, MA




Siti Khasanah (21310410089)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 

Disonansi kognitif adalah fenomena psikologis di mana seseorang mengalami ketidakcocokan antara keyakinan, nilai-nilai, dan tindakan yang mereka lakukan. Dalam konteks pengelolaan sampah, disonansi kognitif muncul ketika seseorang yang bekerja di Pengelolaan Sampah, yang secara profesional berurusan dengan pengolahan sampah, tidak mendaur ulang di rumahnya.

Dalam wawancara, Sabtu, 04 September dengan pekerja sebagai pengelola dan pemilah sampah di Meces kepada (W) sebagai pemilah sampah mengungkapkan bahwa ia sangat sadar akan pentingnya daur ulang dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dia bahkan mencerminkan pengetahuannya tentang dampak negatif dari penolakan terhadap praktik-praktik ini dalam lingkungan. Namun, (W) juga mengakui bahwa dia sendiri tidak mengamalkan praktik-praktik ini di rumahnya. Ini mengindikasikan adanya disonansi kognitif di antara keyakinan dan perilaku subjek.

Fenomena ini adalah disonansi kognitif yang diajukan oleh Leon Festinger (1957). Ketika seseorang menyadari ketidakcocokan antara keyakinan dan perilaku mereka, mereka akan merasa tidak nyaman dan cenderung mencari cara untuk mengurangi disonansi ini. Dalam konteks pengelolaan sampah, (W) merasa tidak nyaman karena tahu bahwa seharusnya mendaur ulang di rumah, tetapi tidak melakukannya. Dalam upaya mengurangi disonansi, (W) mencari pembenaran, mersa bersalah.

Teman sejawat dan lingkungan sosial (W) memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilakunya. Jika di lingkungan pekerjaan dikelilingi oleh rekan-rekan yang mempraktikkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, (W) merasa tekanan sosial untuk mengikuti contoh ini. Namun, ketika kembali ke rumah, lingkungan sosialnya berbeda, dan tekanan sosial untuk mendaur ulang kurang terasa.

Ada tiga proses komunikasi yang dapat dilakukan untuk

mengurangi disonansi, yaitu:

1.     Melakukan perubahan pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah elemen kognitif ling­kungan (merubah keyakinan/kepercayaan, sikap, pendapat), atau merubah elemen kognitif peri­laku (merubah tindakan). Namun, kadangkala perubahan lingkungan atau perubahan perilaku tidak menurunkan disonansi. Menyikapi kondisi ini individu akan menghadapkan diri pada cara

2.     Menambahan beberapa elemen kognitif konsonan baru, dalam hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari informasi-informasi baru.

3.     Menurunkan arti penting dari elemen-elemen yang mempunyai hubungan dengan elemen kognitif disonan (trivialization).

 

 

 

Daftar Pustaka:

 

Festinger, L. (1957). A theory of dissonance cognitive. Evanston: Row.

Nispawijaya, T. C., & Nasdian, F. T. (2020). Hubungan Tingkat Partisipasi Dalam Program Bank Sampah Terhadap Perubahan Perilaku Pengelolaan Sampah. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM]4(5), 593-609.

Constantinus, C., Brata, D. W., & Ardaniyati, L. (2022). Green Leadership: Kepribadian Ekstraversi, Kecerdasan Lingkungan dan Perilaku Ramah Lingkungan. Psyche 165 Journal, 125-133.

0 komentar:

Posting Komentar