Nama : Rizki Ika Rahmawati
NIM : 23310420054
Kelas : A1
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Tugas : Esai 3 ( Wawancara )
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Profil Narasumber
Nama : Ibu SR
Pekerjaan : PNS
Pelaksanaan Wawancara
Tempat : Rumah Narasumber
Hari, Tanggal : Minggu, 15 Oktober 2023
Waktu : 09.00-09.45 WIB
PENDAHULUAN
Disonansi kognitif merupakan sebuah
istilah dalam psikologi yang mengacu pada ketidaksesuaian ataupun ketegangan
antara keyakinan, sikap, dan nilai seseorang dengan tindakan ataupun pemikiran
yang bertentangan. Menurut Festinger, disonansi kognitif meliputi aspek-aspek,
yaitu inkonsistensi logis, nilai budaya, pendapat umum, dan pengalaman masa
lalu.
Inkonsistensi logis adalah adanya
perbedaan antara keyakinan atau pola pikir individu, yang menyebabkan adanya
ketidaksesuaian. Nilai budaya adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh seseorang
yang berpengaruh terhadap pola pikir individu. Pendapat umum adalah munculnya
pendapat yang berasal dari lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap
pola pikir individu. Pengalaman masa lalu adalah sebuah pengalaman yang pernah
terjadi, akan memberikan pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung
terhadap pola pikir individu dimasa sekarang.
Permasalahan yang terjadi pada masyarakat
dalam penanggulangan sampah, yaitu muncul dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal, yaitu adanya inkonsistensi dari pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat dan faktor eksternal, yaitu belum maksimalnya peran pemerintah dalam
penanggulangan sampah, dan nilai budaya yang berkembang dimasyarakat.
Faktor-faktor tersebut, tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat
dalam mengatasi persoalan sampah.
ISI WAWANCARA
Berdasarkan dari hasil wawancara,
narasumber menyatakan bahwa dirinya juga merasakan keprihatinan terhadap
permasalahan sampah yang terjadi saat ini. Disisi lain, narasumber menyatakan
bahwa dirinya belum dapat sepenuhnya menerapkan perilaku pengelolaan sampah
pada kehidupan sehari-hari. Narasumber, menyatakan hal tersebut dikarenakan
oleh kurangnya pengetahuan narasumber mengenai cara mendaur ulang sampah yang
baik dan benar, hal ini disebabkan oleh tidak adanya penyuluhan atau
sosialisasi di lingkungan tempat tinggal narasumber. Selain itu, faktor
kesibukan narasumber yang harus bekerja di kantor, sehingga kurang adanya waktu
dan tenaga, kemudian kurangnya sarana dan prasarana untuk dapat melakukan daur
ulang sampah di rumah.
Narasumber menyatakan, bahwa di lingkungan sosial narasumber juga belum dapat secara konsisten untuk disiplin dalam memilah sampah, sehingga mendorong perilaku narasumber juga menjadi enggan untuk melakukan pemilahan sampah. Narasumber juga menambahkan bahwa peran pemerintah sangat diperlukan dalam penanggulangan permasalahan sampah ini, namun menurut narasumber peran dari pemerintah belum dirasakan dapat maksimal dalam penanggulangan sampah ini, dimana masih banyak terdapat sampah yang terbengkalai di pinggir jalan Kota Yogyakarta, sehingga dari hal tersebut membuat pemandangan kota menjadi kurang menarik dan indah.
PENUTUP
Pada dasarnya, masyarakat telah memiliki
pengetahuan mengenai kondisi sampah yang terjadi saat ini dan bentuk upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun disisi lain,
masyarakat belum memiliki kesadaran penuhsss untuk dapat menerapkan secara
konsisten dari pengetahuan yang telah dimilikinya tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Untuk dapat mengatasi disonansi kognitif, terkait permasalahan sampah diperlukan upaya edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai dampak negatif dari sampah. Peran pemerintah juga diperlukan dalam pembangunan infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan sampah, penyediaan tempat pembuangan sampah yang mudah diakses, dan program daur ulang yang efektif.
0 komentar:
Posting Komentar