Disonansi Kognitif dalam Perilaku Perokok yang
Sadar akan Bahaya Merokok
oleh
Aulia Khoiru Ummatin (21310410086)
Psikologi Inovasi – Tugas ke 3: Wawancara
tentang Disonansi Kognitif
Dosen Pengampu: Dra. Arundati Shinta, MA.
Identitas Interviewee
Nama :
DHP
Jabatan :
Mahasiswa
Di sebuah lingkungan yang semakin sadar akan
risiko dan dampak merokok terhadap kesehatan, masih ada beberapa individu yang
terlibat dalam merokok, meskipun mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang
bahaya merokok. Perilaku semacam ini menggambarkan apa yang disebut sebagai
disonansi kognitif, yaitu suatu keadaan dimana seseorang memiliki keyakinan
atau pengetahuan yang bertentangan dengan perilakunya, dan individu yang
seperti ini sangat menarik menjadi subjek untuk diwawancarai.
Sebelum itu, kita perlu memahami apa yang
dimaksud dengan disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah ketidakcocokan
antara keyakinan dan Tindakan seseorang. Seseorang yang sadar akan bahaya
merokok, tetapi terus merokok, mengalami disonansi kognitif (Festinger, 1957).
Beberapa waktu yang lalu, kami melakukan
wawancara dengan individu yang memiliki pengalaman tentang disonansi kognitif
dan wawancara ini adalah Langkah pertama untuk memahami fenomena ini secara
lebih mendalam. Ketika kami mewawancarai seorang perokok yang memiliki
pengetahuan tentang bahaya merokok, subjek menjelaskan bagaimana subjek ini
menyadari risikonya. Subjek mengetahui tentang penyakit paru-paru, kanker, dan
penyakit jantung yang ditimbulkan akibat bahaya merokok. Namun, subjek tetap
melanjutkan perilaku merokok tersebut.
Subjek menyatakan beberapa alasan untuk
mendukung perilakunya yang sesuai dengan disonansi kognitif. Salah satunya
adalah dalam rokok terdapat adiksi nikotin. Nikotin adalah zat adiktif yang
ditemukan dalam rokok, dan setiap kali subjek merokok, nikotin tersebut akan
mempengaruhi otak, menciptakan kebutuhan untuk merokok lagi. Bahkan ketika
subjek tahu bahwa merokok ini berbahaya, dorongan adiktif ini seringkali lebih
kuat daripada pengetahuan subjek tentang risikomya.
Selain itu, ada faktor psikologis yang
mendukung peran subjek dalam disonansi kognitif. Subjek yang terus merokok
mengandalkan rokok sebagai alat untuk mengatasi stress, kecemasan, atau masalah
emosional lainnya. Subjek merasa bahwa merokok memberikan kenyamanan dan
ketenangan sementara, meskipun subjek tahu jika konsekuensinya jangka Panjang.
Kesadaran tentang bahaya merokok bukanlah
jaminan bahwa seseorang akan berhenti merokok. Disonansi kognitif adalah bentuk
ketidakcocokan antara pengetahuan dan perilaku, dan ini adalah fenomena yang
kompleks. Agar kita dapat membantu individu-individu ini mengatasi disonansi
kognitif mereka dan berhenti merokok, kita perlu melakukan pendekatan yang
holistik. Hal ini dapat melibatkan dukungan psikologis, strategi pengendalian
dorongan, dan pendidikan yang lebih mendalam tentang bahaya merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Festinger, L. (1957). A Theory of Cognitive
Dissonance. Stanford University Press.
0 komentar:
Posting Komentar