Populasi
perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, Pada WHO Report on
the Global Tobacco Epidemic 2019, prevelensi perokok di Indonesia tahun
2018 pada pria sebesar 62,9% dan wanita 4,8% untuk usia lebih dari 15 tahun,
sedangkan pada usia 13-15 tahun prevelensi perokok pria sebesar 23% dan wanita
2,4%, dimana kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia saat ini tengah
mengalami darurat rokok (World Health Organization, 2019). berbagai upaya untuk mengurangi jumlah perokok
sudah dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi dengan kampanye, sosialisasi
maupun penyuluhan. Para perokok mengetahui adanya bahaya yang ditimbulkan oleh
rokok sehingga memunculkan adanya disonansi, dimana seseorang terlibat dalam
perilaku yang tidak konsisten dengan keyakinan mereka. Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan seorang perokok dengan identitas sebagai berikut;
Inisial : LM
Usia : 21 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Dengan
butir pertanyaan sebagai berikut;
1.
Apa
yang pertama kali terlintas dalam benak narasumber ketika mendengar kata rokok?
2.
Apa
latar belakang yang menyebabkan narasumber merokok?
3.
Apa
yang narasumber harapkan dari merokok?
4.
Apakah
harapan tersebut terwujud ketika merokok?
5.
Apakah
narasumber mengetahui dampak negative dari merokok? Apa saja?
6.
Apakah
narasumber pernah di tentang oleh lingkungan baik keluarga maupun sosial saat
merokok?
7.
Apakah
narasumber pernah berpikir untuk berhenti merokok?
Berikut
adalah jawaban dari narasumber;
1.
Yang
pertama kali terlintas adalah membahayakan dan membuat kecanduan.
2.
Hal
yang melatarbelakangi saya merokok adalah karena saat saya kelas 3 SMA saya
sedang sibuk dan stress menyiapkan kelulusan dan ujian masuk universitas,
disitu saya merasa sangat membutuhkan pengalihan dan pelampiasan, akhirnya saya
mencoba merokok dan menjadi kecanduan sampai sekarang.
3.
Yang
saya harapkan dari merokok adalah untuk mencari ketenangan.
4.
Sejauh
ini terwujud.
5.
Ya,
saya mengetahu dampak negatif dari merokok, beberapa bahaya yang saya ketahui
adalah merusak paru-paru, menyebabkan kecanduan, kanker serta penyakit
mematikan lainnya.
6.
Keluarga
tidak mengetahui kalau saya merokok, hanya beberapa teman dekat yang mengetahui
hal tersebut.
7.
Pernah,
karena saya menyadari bahaya dari merokok tersebut. Bahkan pernah berhenti
beberapa bulan, akan tetapi kemudian saya tidak bisa menahan keinginan merokok
tersebut.
Klein,
Sterk, Elifson (2014) menjelaskan perokok aktif merasa rokok dapat digunakan
untuk relaksasi, mengurangi kegelisahan dalam situasi sosial. Dengan merokok,
mereka memiliki kenikmatan lebih besar saat berada di suatu acara atau pesta.
Hasil dari penelitian menyatakan bahwa persepsi mereka terhadap keuntungan
merokok tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, pendidikan, usia
saat pertama kali membeli rokok, jumlah teman yang merokok, dan kepercayaan
diri mereka (Klein, Sterk, & Elifson, 2014). Narasumber yang penulis wawancarai mengalami disonansi kognitif, Hal tersebut
ditandai dengan narasumber mengetahui adanya efek samping dari merokok yang
akan menganggu kesehatannya terutama di masa yang akan datang, namun masih
tetap melakukan tindakan tersebut.
Referensi
Fadholi, F.,
Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi
Kognitif
Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual
Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(1), 1-14
0 komentar:
Posting Komentar