TUGAS
MERINGKAS JURNAL KE 2
Nama |
: |
Zaen
Isnaini |
NIM |
: |
22310420038 |
Mata
Kuliah |
: |
Teknik
Penyusunan Skripsi |
Dosen |
: |
Dr.
Dra. Arundati Shinta, MA |
Topik |
cheating, loss
aversion, moral attitudes, coin flip task |
Sumber |
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0167487020300349 |
Permasalahan |
Penelitian
eksperimen lapangan. Pengaruh perilaku curang, keengganan kehilangan, dan
sikap moral di Vietnam. Bagaimana
insentif moneter mempengaruhi perilaku curang ketika subjek dibingkai dalam
konteks kerugian dengan manipulasi keuangan? Bagaimana pengaruh sikap moral
terhadap perilaku curang? |
Tujuan
Penelitian |
Untuk
menilai kemungkinan kecurangan yang diberikan insentif keuangan yang kecil,
dan bagaimana penghindaran kerugian mempengaruhi kecenderungan kecurangan di
Vietnam? |
Isi |
Menggunakan
coin-flip task dan survei singkat tentang sikap moral di bawah tiga kondisi
untuk menjawab tiga pertanyaan: (i) Apakah orang lebih banyak menipu ketika
ada insentif finansial dibandingkan tanpa insentif? (ii) Apakah mereka merasa
lebih sulit untuk mempertahankan standar etika mereka ketika mereka diberi
sedikit uang? dan (iii) Apakah sikap moral memprediksi perilaku menyontek? |
Metode |
· Insentif dalam
bentuk nilai moneter, untuk hasil ‘Kepala’ adalah 5000 Dong Vietnam (VND) · Subyek
penelitian 149 mahasiswa jurusan perbankan dan keuangan di universitas
Vietnam (dari 19 hingga 23 tahun) · Kuesioner
terdiri dari dua bagian, pertama, faktor sosio-demografis (usia, jenis
kelamin, nilai masuk universitas, dan nilai rata-rata [IPK]) dan kedua,
pertanyaan dalam menyikapi dan menilai perilaku tidak etis (kecurangan) yang
dapat diamati secara langsung dan dari desain eksperimental dari penelitian
sebelumnya. Dalam bentuk skala likert (lima poin, dengan tanggapan mulai
nilai terendah ‘tidak pernah dibenarkan’ dan nilai tertinggi ‘selalu
dibenarkan’). · Desain
eksperimen (coin flip task) terdiri dari tiga perlakuan yakni Control
Treatmen (CT) meminta siswa untuk melempar koin tanpa insentif keuangan.
Treatment 1 (T1) mirip dengan CT, tetapi peserta memiliki kesempatan
memenangkan uang untuk hasil ‘Kepala’. Treatment 2 (T2) memberikan insentif
nilai moneter kepada peserta sebelum melempar koin, jika hasilnya ‘Ekor’,
peserta harus mengembalikan uang ke peneliti. · Kuisioner analisis
dengan ANOVA dan regresi logistik |
Hasil |
· Dengan jumlah
presentase 22,8% laki-laki dan 77,2% perempuan, hasil pertama dari efek
penghindaran kerugian, yakni proporsi “Kepala” dan “Ekor” pada kondisi
kontrol keduanya 50%. Dengan jumlah 86 dari 149 siswa, 57,71% yang melaporkan
“kepala” secara statistik setara dengan 0,5. Maka hipotesis nol diterima (:
proporsi = 0,5) karena ditolak pada tingkat signifikansi 5% (proporsi 0,5,
nilai p 0,05) dalam uji binomial untuk perlakuan kontrol. Yang berarti bahwa
tidak ada perilaku tidak jujur ketika tidak ada insentif finansial. · Untuk uji antara
perbedaan di tiga perlakuan yang berbeda (ANOVA) menunjukkan perbedaan yang
signifikan (p 0,01). Pada Perlakuan 1 dimana terdapat insentif nilai moneter,
proporsi pelaporan ‘Kepala’ adalah 45,65% (21 dari 46), hipotesis nol
diterima (nilai-p = 0,5553). Ternyata subjek Vietnam tidak mungkin mencontek
meskipun mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan hasil dengan berbohong
tentang hasilnya. Hal ini disebakan (bukti kontra-intuitif yang ditemukan),
pertama, insentif moneter mungkin terlalu kecil dan sangat biasa, dan
kecurangan bisa meningkat dengan insentif yang lebih tinggi. Kedua, wanita
lebih sedikit berbuat curang daripada laki-laki (bukti yang cukup kuat oleh
Abeler et al., 2019). · Ketiga, proporsi
pelaporan “Kepala” dalam Perlakuan 2 (memberikan uang kepada peserta sebelum
lemparan koin dan meminta mereka mengembalikannya jika hasilnya adalah
‘Ekor’) adalah 77,5% (38 dari 49). Hipotesis nol ditolak (nilai p 0,001)
tingkat signifikansi 1%. Yakni subjek Vietnam berbuat curang bukan karena
uang (T1), tetapi karena merasa rugi (T2). Dengan memodifikasi prosedur untuk
memberikan insentif finansial di muka dengan sejumlah kecil uang (5000 VND)
sudah cukup untuk memicu keengganan untuk rugi, mendorong orang untuk tidak
jujur ketika ‘Ekor’ adalah hasil sebenarnya. · pengukuran
menggunakan regresi logistic yang dimodifikasi dari Moshagen dan Hilbig
(2017), didapatkan hasil 55% [(0.775 – 0.50)/(1 – 0.50)] dari sampel Vietnam
yang akan menipu jika mereka tidak menang secara sah. Hasil perkiraan 27,5%
(0,775 – 0,5) peserta dalam sampel yang benar-benar curang. Terakhir,
perkiraan proporsi kemenangan tidak sah adalah 35,48% [(0,775 – 0,5)/0,775].
Kedua, dari keyakinan menjadi perilaku. · Secara statistic
tidak ditemukan perbedaan sikap moral terhadap perilaku tidak jujur dari
subjek yang melaporkan ‘Kepala’ dan ‘Ekor’ sebagai hasil. Dari hasil
kuesioner nilai yang lebih tinggi mewakili sikap yang membenarkan perilaku
tidak etis. Ketiga, menggunakan metode regresi untuk menguji hubungan (3
model) antara keengganan kehilangan, sikap moral dan kemungkinan pelaporan
hasil ‘Kepala’. Dengan temuan bahwa penghindaran kerugian adalah faktor yang
paling baik memprediksi kemungkinan pelaporan hasil ‘Kepala’, sedangkan hal
tersebut tidak prediktif dengan menggunakan kuesioner sikap moral. Model ini
memprediksi bahwa subjek dalam domain kerugian. |
Diskusi |
· Apabila individu
diberi uang dan menahannya, mereka mungkin merasa memiliki alasan yang baik
untuk menyimpannya daripada mengembalikannya. Individu cenderung lebih curang
ketika diberi uang di awal percobaan · Ekspresi sikap
moral tampaknya tidak menjadi prediktor yang baik untuk perilaku menyontek |
0 komentar:
Posting Komentar