21.4.23

 

TUGAS MERINGKAS JURNAL KE 2

Nama

:

Zaen Isnaini

NIM

:

22310420038

Mata Kuliah

:

Teknik Penyusunan Skripsi

Dosen

:

Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

 

Topik

cheating, loss aversion, moral attitudes, coin flip task

Sumber

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0167487020300349

Permasalahan

Penelitian eksperimen lapangan. Pengaruh perilaku curang, keengganan kehilangan, dan sikap moral di Vietnam.

Bagaimana insentif moneter mempengaruhi perilaku curang ketika subjek dibingkai dalam konteks kerugian dengan manipulasi keuangan? Bagaimana pengaruh sikap moral terhadap perilaku curang?

Tujuan Penelitian

Untuk menilai kemungkinan kecurangan yang diberikan insentif keuangan yang kecil, dan bagaimana penghindaran kerugian mempengaruhi kecenderungan kecurangan di Vietnam?

Isi

Menggunakan coin-flip task dan survei singkat tentang sikap moral di bawah tiga kondisi untuk menjawab tiga pertanyaan: (i) Apakah orang lebih banyak menipu ketika ada insentif finansial dibandingkan tanpa insentif? (ii) Apakah mereka merasa lebih sulit untuk mempertahankan standar etika mereka ketika mereka diberi sedikit uang? dan (iii) Apakah sikap moral memprediksi perilaku menyontek?

Metode

·       Insentif dalam bentuk nilai moneter, untuk hasil ‘Kepala’ adalah 5000 Dong Vietnam (VND)

·       Subyek penelitian 149 mahasiswa jurusan perbankan dan keuangan di universitas Vietnam (dari 19 hingga 23 tahun)

·       Kuesioner terdiri dari dua bagian, pertama, faktor sosio-demografis (usia, jenis kelamin, nilai masuk universitas, dan nilai rata-rata [IPK]) dan kedua, pertanyaan dalam menyikapi dan menilai perilaku tidak etis (kecurangan) yang dapat diamati secara langsung dan dari desain eksperimental dari penelitian sebelumnya. Dalam bentuk skala likert (lima poin, dengan tanggapan mulai nilai terendah ‘tidak pernah dibenarkan’ dan nilai tertinggi ‘selalu dibenarkan’).

·       Desain eksperimen (coin flip task) terdiri dari tiga perlakuan yakni Control Treatmen (CT) meminta siswa untuk melempar koin tanpa insentif keuangan. Treatment 1 (T1) mirip dengan CT, tetapi peserta memiliki kesempatan memenangkan uang untuk hasil ‘Kepala’. Treatment 2 (T2) memberikan insentif nilai moneter kepada peserta sebelum melempar koin, jika hasilnya ‘Ekor’, peserta harus mengembalikan uang ke peneliti.

·       Kuisioner analisis dengan ANOVA dan regresi logistik

Hasil

·       Dengan jumlah presentase 22,8% laki-laki dan 77,2% perempuan, hasil pertama dari efek penghindaran kerugian, yakni proporsi “Kepala” dan “Ekor” pada kondisi kontrol keduanya 50%. Dengan jumlah 86 dari 149 siswa, 57,71% yang melaporkan “kepala” secara statistik setara dengan 0,5. Maka hipotesis nol diterima (: proporsi = 0,5) karena ditolak pada tingkat signifikansi 5% (proporsi 0,5, nilai p 0,05) dalam uji binomial untuk perlakuan kontrol. Yang berarti bahwa tidak ada perilaku tidak jujur ​​ketika tidak ada insentif finansial.

·       Untuk uji antara perbedaan di tiga perlakuan yang berbeda (ANOVA) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p 0,01). Pada Perlakuan 1 dimana terdapat insentif nilai moneter, proporsi pelaporan ‘Kepala’ adalah 45,65% (21 dari 46), hipotesis nol diterima (nilai-p = 0,5553). Ternyata subjek Vietnam tidak mungkin mencontek meskipun mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan hasil dengan berbohong tentang hasilnya. Hal ini disebakan (bukti kontra-intuitif yang ditemukan), pertama, insentif moneter mungkin terlalu kecil dan sangat biasa, dan kecurangan bisa meningkat dengan insentif yang lebih tinggi. Kedua, wanita lebih sedikit berbuat curang daripada laki-laki (bukti yang cukup kuat oleh Abeler et al., 2019).

·       Ketiga, proporsi pelaporan “Kepala” dalam Perlakuan 2 (memberikan uang kepada peserta sebelum lemparan koin dan meminta mereka mengembalikannya jika hasilnya adalah ‘Ekor’) adalah 77,5% (38 dari 49). Hipotesis nol ditolak (nilai p 0,001) tingkat signifikansi 1%. Yakni subjek Vietnam berbuat curang bukan karena uang (T1), tetapi karena merasa rugi (T2). Dengan memodifikasi prosedur untuk memberikan insentif finansial di muka dengan sejumlah kecil uang (5000 VND) sudah cukup untuk memicu keengganan untuk rugi, mendorong orang untuk tidak jujur ketika ‘Ekor’ adalah hasil sebenarnya.

·       pengukuran menggunakan regresi logistic yang dimodifikasi dari Moshagen dan Hilbig (2017), didapatkan hasil 55% [(0.775 – 0.50)/(1 – 0.50)] dari sampel Vietnam yang akan menipu jika mereka tidak menang secara sah. Hasil perkiraan 27,5% (0,775 – 0,5) peserta dalam sampel yang benar-benar curang. Terakhir, perkiraan proporsi kemenangan tidak sah adalah 35,48% [(0,775 – 0,5)/0,775]. Kedua, dari keyakinan menjadi perilaku.

·       Secara statistic tidak ditemukan perbedaan sikap moral terhadap perilaku tidak jujur dari subjek yang melaporkan ‘Kepala’ dan ‘Ekor’ sebagai hasil. Dari hasil kuesioner nilai yang lebih tinggi mewakili sikap yang membenarkan perilaku tidak etis. Ketiga, menggunakan metode regresi untuk menguji hubungan (3 model) antara keengganan kehilangan, sikap moral dan kemungkinan pelaporan hasil ‘Kepala’. Dengan temuan bahwa penghindaran kerugian adalah faktor yang paling baik memprediksi kemungkinan pelaporan hasil ‘Kepala’, sedangkan hal tersebut tidak prediktif dengan menggunakan kuesioner sikap moral. Model ini memprediksi bahwa subjek dalam domain kerugian.

Diskusi

·       Apabila individu diberi uang dan menahannya, mereka mungkin merasa memiliki alasan yang baik untuk menyimpannya daripada mengembalikannya. Individu cenderung lebih curang ketika diberi uang di awal percobaan

·       Ekspresi sikap moral tampaknya tidak menjadi prediktor yang baik untuk perilaku menyontek

 

0 komentar:

Posting Komentar