Pengolahan
Sampah Organik
Oleh
: Benediktus Edhiyono / NIM : 21310410147
Dosen
Pengampu : Arundati Shinta
Kelas : Karyawan SP
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Pada
esai ketiga kemarin, saya memilih untuk membuat kompos cair organik karena
disamping pengolahannya tidak terikat waktu, bahan-bahan dari sisa dapur juga
cukup banyak. Dulu perilaku memilah sampah organik dan non-organik sudah
menjadi kebiasaan di keluarga. Sampah-sampah organik ini setelah dipilah kami
masukkan kedalam tanah yang telah digali. Proses pembusukannya sekitar satu
tahun dan belum terkelola dengan baik, selain itu lahan juga terbatas. Akhirnya
setelah mengikuti kuliah praktek Psikologi Lingkungan, saya memutuskan untuk
mengolah sampah organik.
Keputusan
ini berdasarkan pertimbangan yang pertama, mengingat pekerjaan saya yang tidak
mempunyai waktu pasti, bisa sewaktu-waktu ada panggilan pekerjaan mendadak. Kedua,
kebiasaan yang selama ini sudah terbangun tinggal dimaksimalkan saja, Langkah awalnya
yaitu membuat kompos dari sampah organik. Ketiga supaya sampah organik lebih
cepat terurai dan tidak perlu membuat lubang yang banyak di lahan rumah.
Untuk
sampah non-organik yang dipilah berupa botol-botol bekas minuman dan galon sekali
pakai yang kemudian dikumpulkan dan nanti di setiap bulannya pemuda di desa
akan mengambil untuk dijual oleh mereka sebagai pemasukan kas kelompok pemuda
setempat. Ada rencana berdiskusi dengan pemuda yang nantinya dapat mengarahkan
mereka untuk membuat atau bekerja sama dengan pengelola bank sampah. Hal ini
dilakukan agar dapat membentuk perilaku sadar lingkungan secara tidak langsung.
Proses ini akan terus berlanjut karena perilaku ini sudah terbentuk secara
konsisten. Setiap orang yang ada dirumah juga sudah terbiasa membuang sampah
secara terpisah. Lalu kompos cair bisa kami manfaatkan sebagai tambahan pupuk di
kebun salak.
Jika
dikaitkan dengan hirarki prioritas pengelolaan limbah, maka masuk pada prioritas
keempat yaitu recycling atau daur ulang. Meskipun belum memasuki dalam the
most favored option setidaknya kesadaran akan pentingnya mengolah sampah
sudah tertanam. Selain dari pada itu, kebiasaan pada hirarki keempat ini juga
mendorong kesadaran pada tingkatan hirarki yang diatasnya, seperti menggunakan kembali
barang-barang yang sekiranya masih bisa digunakan contohnya plastik kresek. Jadi
setiap berbelanja tidak lupa untuk membawa plastik belanjaan yang lalu. Atau mengurangi
sampah plastik dengan membawa shopping bag ketika berbelanja.
Pengelolaan
sampah baru berjalan pada sampah organik sedangkan sampah plastik bekas bungkus
makanan masih dibakar. Harapannya kedepan saya mampu mengelola sampah palstik
menjadi eco brick. Untuk bekas galon air minum selain sudah dimanfaatkan
oleh pemuda di desa kedepan sebagian akan dijadikan pengganti pot-pot tanaman.
Perilaku
ini juga sebagai pengaplikasian dari nilai-nilai Pancasila. Sila pertama pada Pancasila
berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya kita sebagai umat manusia yang
berketuhanan dan berkeyakinan, maka tidak akan merusak alam ciptaan Tuhan.
Kemudian pada sila kedua Pancasila, menekankan pada sisi kemanusiaan dengan
tekanan keadilan dan keberadaban. Merusak alam dengan membakar hutan, membuang
sampah sembarangan atau mencemari lingkungan sudah jelas tidak menunjukkan
sikap yang beradab, tidak Pancasilais.
Sila
ketiga jelas terhubung dengan sila pertama dan kedua. Bersatu artinya punya
makna saling membutuhkan, terikat dalam satu rangkaian tak terpisahkan. Jika tindakan
kita merusak hubungan dengan pihak lain, kita sudah merusak persatuan tersebut.
Misalnya kita merusak lingkungan, artinya kita sudah mengganggu sesama ciptaan
Tuhan, dan itu jelas merusak persatuan tersebut.
Tanah,
bumi dan kekayaan alam adalah milik bersama, maka kita wajib memperlakukan
dengan bijaksana. Sebagai contoh, ketika manusia akan mendirikan pabrik atau
rumah, harus menyadari bahwa alam sekitar sudah ada dan tidak seharusnya
ditiadakan untuk kepentingan manusia saja, harus selaras dengan makhluk lain
juga. Itulah yang terdapat ada sila keempat Pancasila.
Berbicara
tentang sila ke lima berhubungan dengan keadilan dan kemakmuran. Contoh pembangunan
infrastruktur yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini akan
mengganggu ekosistem atau keseimbangan yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk
hidup. Hutan dibabat habis, pasokan oksigen berkurang atau hutan diganti dengan
lahan sawit, maka akan mematikan sumber-sumber air dan dapat menimbulkan
bencana alam.
Maka
dari penjelasan kelima butir Pancasila tersebut dapat kita maknai bersama bahwa
sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan, sudah seharusnya kita saling menjaga dan
merawat demi keberlangsungan hidup.
Daftar
Pustaka :
- http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/satubumi/article/view/6282
- https://www.kemhan.go.id/renhan/2014/11/20/45-butir-pedoman-penghayatan-dan-pengamalan-pancasila.html
0 komentar:
Posting Komentar