Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Lingkungan
Oleh:
Destiana Dini Safitri
(21310410090)
Kelas Reguler/A
Dosen Pengampu: Dr.
Arundati Shinta, M. A
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
Permasalahan lingkungan
merupakan isu yang tidak bisa dihindari. Saat ini sampah merupakan masalah
lingkungan yang di hadapi masyarakat Indonesia dengan sangat serius. Baik
sampah organik maupun non organik. Memprihatinkannya, masih banyak orang yang
belum memahami cara mengelola sampah dengan baik dan benar sehingga menjadi masalah
bagi lingkungan. Jumlah produksi sampah setiap tahunnya akan bertambah seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pemerintah saat ini telah berupaya dengan
berbagai cara untuk menghadapi masalah sampah tersebut. Namun, sampai saat ini
masih belum dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini karena jumlah sampah yang
ada di Indonesia sangat tinggi. Sehingga pemerintah kesulitan untuk menentukan
cara yang tepat untuk menyelesaikannya.
Dalam
mata kuliah Psikologi Lingkungan kemarin, terdapat tugas yang mengharuskan
mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan mengelola sampah, terdapat empat
alternatif yang dapat dipilih, yaitu before-after, bank sampah, plogging,
dan kompos padat. Saya pribadi memilih untuk melaksanakan kegiatan before-after.
Kegiatan before-after ialah kegiatan membersihkan suatu tempat umum,
seperti taman, halte, lapangan, dan lain-lain. Dari before (tempat yang
belum dibersihkan) yang masih kotor, kemudia after (yang telah
dibersihkan). Kegiatan ini sangat bermanfaat selain untuk mengisi waktu luang
juga untuk melatih kebiasaan kita agar peduli terhadap lingkungan.
Alasan
saya melakukan kegiatan tersebut, karena saya menganggap bahwa dengan melakukan
kegiatan tersebut dapat membuat saya menjadi lebih memperhatikan lingkungan
sekitar, karena terkadang saat ditempat umum saya kurang memperhatikan
kebersihan lingkungannya. Selain itu, saya juga menganggap bahwa kegiatan before-after
sangatlah menarik dan tidak membosankan, serta dapat dilakukan kapan saja,
misal ketika sedang main ke pantai bisa sambal melakukan before-after.
Cara
agar kegiatan before-after yang saya lakukan tetap berlanjut meskipun
saya sudah tidak mengambil mata kuliah Psikologi Lingkungan ialah dengan tetap
konsisten melakukan kegiatan tersebut misalkan seminggu sekali, selain itu bisa
juga dengan menetapkan target seperti misalkan dalam satu minggu harus bisa
melakukan kegiatan tersebut di tempat-tempat yang jarang dibersihkan oleh
petugas kebersihan. Serta menanamkan pada diri sendiri, bahwa kebersihan
lingkungan ialah tanggung jawab kita semua, jika tidak di awali dari sendiri
lalu harus dari mana. Karena di daerah saya, masih ditemukan sampah-sampah yang
dibuang sembarangan di tempat umum misal taman, alun-alun, dan lapangan,
padahal sudah disediakan tempat sampah di sana. Namun, karena masih minimnya
kesadaran masyarakat akan betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
membuat mereka abai terhadap lingkungannya. Padahal dampak negatif dari sampah akan
sangat merugikan masyarakat juga.
Hubungan
antara kegiatan before-after dengan hirarki prioritas pengelolaan limbah
ialah metode dalam pengelolaan sampah yang sudah dikumpulkan dalam kegiatan before-after
bisa menggunakan penerapan enam prioritas pengelolaan limbah. Dalam hirarki
pengelolaan limbah, terdapat enam prioritas mulai dari yang disarankan hingga
langkah yang bisa dilakukan meski kurang disarankan, yakni prevention
(pencegahan), minimization (reduce), menggunakan kembali (reuse),
mendaur ulang limbah (recycling), dan memanfaatkan limbah untuk
keperluan energi (energy recovery). Dari keenam prioritas tersebut,
sanagt berkaitan dengan kegiatan before-after yang saya lakukan karena limbah
yang dikumpulkan diolah dan dikelola dengan menggunakan metode-metode tersebut.
Yang paling sering saya lakukan ialah reuse, reduce, dan recycle. Biasanya
saya membuat kerajinan tangan dari limbah anorganik seperti botol bekas untuk dijadikan
tempat pensil atau pot tanaman, sedotan untuk dijadikan bunga, dan karton serta
koran bekas untuk dijadikan tempat tisu ataupun tempat pensil.
Alasan
saya tidak memilih membuat kompos pada saat itu karena minimnya alat dan bahan
di kost saya. Karena lingkungan kost saya ialah lingkungan padat penduduk
sehingga tidak memiliki tempat yang pas untuk membuat dan menyimpan kompos.
Selain itu, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kompos pun sangat minim.
Maka dari itu, saat itu saya memilih untuk melaksanakan before-after yang
menurut saya tidak menyulitkan dan senang untuk dilakukan.
Daftar Pustaka
Chowdhury, A.H., Mohammad, N., Ul Haque, Md.R. &
Hossain, T. (2014). Developing 3Rs (reduce, reuse and recycle) strategy for
waste management in the urban areas of Bangladesh: Socioeconomic and climate
adoption mitigation option. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology
and Food Technology (IOSR-JESTFT. 8(5), Ver. I, May, pp. 09-18.
Harahap, D.H., Elisa, Nugroho, R.W. & Widyaningsih,
S.S. (2019). Kreativitas dan inovasi pada kegiatan pemanfaatan kembali sampah
(reuse). Dalam A. Shinta (Editor). (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan
aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish. Hal.
39-52.
Taufiq, A. (2015).
Sosialisasi Sampah Organik dan Non Organik serta Pelatihan Kreasi Sampah. Asian
Journal of Innovation and Entrepreneurship (AJIE), 4(01),
68-73.
0 komentar:
Posting Komentar