UJIAN
AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Oleh :
Anisa Zakiatun Nufus (21310410083)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Sampah menjadi permasalahan
yang belum ditemukan solusinya di Indonesia hingga saat ini, karena selain masih
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sampah, Kegiatan daur
ulang sampah yang dilakukan masyarakat sebagai
penghasil sampah maupun
di tingkat kawasan
masih sekitar 5% sehingga
sebagian besar sampah yang ada
langsung dibuang ke Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA)
sementara lahan TPA masih
sangat terbatas. Komposisi sampah yang terdapat di TPA adalah sampah organik sebanyak 70% dan
sampah non organic yaitu sampah plastik sebanyak 14%.
Penelitian
yang dilakukan oleh Jambeck, 2015 menyatakan
bahwa Indonesia masuk dalam
peringkat kedua dunia
setelah Cina sebagai penghasil
sampah plastik di perairan mencapai 187,2
juta ton. Tentu ini bukan
prestasi yang membanggakan. Karena, dari data tersebut membuktikan bahwa belum
adanya pengelolaan sampah yang baik, sehingga laut ikut terdampak oleh adanya
sampah plastik. permasalahan sampah plastik
yang terjadi di Indonesia akan semakin memberikan dampak buruk bagi lingkungan apabila tidak cepat ditangani mengingat sampah
plastik sangat sulit terurai.
Permasalahan
sampah yang terjadi bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja,
melainkan menjadi tanggung jawab bersama, ada berbagai cara yang bisa dilakukan
untuk mengurangi masalah sampah, misalnya
dengan cara melakukan kegiatan before-after dengan membersihkan suatu tempat, bisa dilakukan dilingkungan
tempat tinggal sampai tempat dan fasilitas umum,
mulai mengumpulkan dan menabung sampah di bank sampah, melakukan kegiatan plogging, yang merupakan kegiatan joging sambil memungut sampah disepanjang jalan yang dilewati, membuat kompos padat mandiri,
dan menerapkan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle)
Dari
beberapa cara tersebut, saya melakukan kegiatan before-after untuk membantu
mengurangi permasalahan sampah. Sebagai sasaran kegiatan, saya membersihkan
beberapa tempat dan fasilitas umum yang ada disekitar lingkungan saya, yaitu di
Sleman, Yogyakarta. fasilitas umum yang saya bersihkan adalah tempat wisata
sejarah, embung, area wisata waterboom, hingga stadion.
Menurut
saya, melakukan kegiatan before-after merupakan bentuk kepedulian terhadap
lingkungan, alasan lain mengapa saya melakukan kegiatan before-after karena kegiatan
ini bisa langsung memberikan hasil yang nyata yaitu meningkatkan kebersihan
fasilitas umum. Selain itu, kegiatan before-after juga sekaligus sebagai
kampanye untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga
kebersihan fasilitas umum dan tidak membuang sampah sembarangan.
Kegiatan
before-after juga bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan mebersihkan lebih
banyak lagi tempat atau fasilitas umum, caranya adalah dimulai dari diri
sendiri agar bisa menjadi contoh bagi orang lain dan harus konsisten
melakukannya, bisa dengan diagendakan untuk melakukan kegiatan before-after
berapa kali dalam satu bulan, selanjutnya menurut saya, kegiatan before-afer
bisa menjadi kegiatan yang selain bermanfaat juga menyenangkan apabila mendapat
dukungan dan adanya partisipasi dari masyarakat, dengan demikian kita bisa
membentuk tim dengan teman, atau bahkan dengan masyarakat umum untuk melakukan
kegiatan before-after, dengan tujuan mengajak lebih banyak masyarakat untuk
berpartisipasi dan ikut melakukan kegiatan before-after yang bisa dimulai dari
lingkungan sekitar tempat tinggal.
Dengan
melakukan kegiatan before-after, bisa menjadi salah satu alternatif dalam
mengurangi dan mengendalikan sampah yang ada di Indonesia. Maka dari itu,
pengetahuan masyarakat mengenai penanganan limbah sampah perlu ditingkatkan, masyarakat
juga harus diajak untuk memahami dan melakukan hirarkhi limbah (Chowdhury,
Mohammad, Ul Haque & Hossain, 2014). Hirarkhi limbah adalah langkah-langkah
yang dimulai dari yang paling disarankan hingga yang kurang disarankan. Prioritas pertama yaitu
prevention (pencegahan) yang berarti mencegah terjadinya penumpukan sampah. Prioritas
kedua yaitu minimisation atau reduce, dengan meminimalkan atau mengurangi penumpukan
sampah. Prioritas ketiga yakni reuse atau menggunakan kembali barang untuk
keperluan mendatang. Prioritas keempat yakni recycling, atau mendaur ulang
limbah. Prioritas kelima yakni energy recovery atau memanfaatkan limbah untuk
keperluan energy. Prioritas keenam adalah disposal yakni membuang / memusnahkan
limbah.
Kegiatan
before-after yang saya lakukan merupakan implementasi dari hirarkhi prioritas
pengolahan limbah pada prioritas ke kedua, yaitu minimisation atau reduce, dengan
meminimalkan atau mengurangi penumpukan sampah. Karena kegiatan before-after
merupakan salah satu upaya yang bisa saya lakukan untuk mengurangi penumpukan
sampah yang ada di lingkungan sekitar saya serta penumpukan sampah yang ada di
tempat atau fasilitas umum.
Saya memilih kegiatan before-after karena menurut saya kegiatan ini yang paling menarik dan bisa sekaligus mengajak lebih banyak masyarakat untuk ikut berpartisipasi, walaupun ada beberapa cara lain, seperti membuat kompos, saya tidak melakukan kegiatan membuat kompos dikarenakan membuat kompos memerlukan waktu yang lama untuk merasakan hasilnya, selain itu, pengetahuan saya tentang membuat kompos belum terlalu luas, sehingga saya meminimalisir kegagalan yang bisa saja terjadi, alasan lain saya memilih melakukan kegiatan before-after daripada membuat kompos karena karena kegiatan before-after lebih efektif dilakukan dimana saja, bisa di tempat wisata, seperti pantai, waterboom, taman, bukit, gor, stadion, dan masih banyak lagi, sehingga selain melakukan kegiatan before-after, saya juga bisa sekaligus mengeksplor tempat-tempat tersebut sehingga kegiatan ini menjadi menarik untuk saya.
Daftar Pustaka:
Harahap, D. H., Elisa,
E., Nugroho, R. W., & Widyaningsih, S. S. (2019, December). KREATIVITAS
PADA KEGIATAN PEMANFAATAN KEMBALI SAMPAH (REUSE). In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL LPPM UMP (pp. 477-483).
Purwaningrum, P.
(2016). Upaya mengurangi timbulan sampah plastik di lingkungan. Indonesian
Journal of Urban and Environmental Technology, 8(2), 141-147.
0 komentar:
Posting Komentar