14.12.22

Pengolahan Sampah Daun Kering Sebagai Kompos

 Essay 3 Psikologi lingkungan

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

Di susun oleh: Inge Zukhruf Warohmah  (22310420041)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Sampah adalah masalah yang tidak kunjung selesai sejak dulu. Selama manusia masih ada maka sampah akan menjadi barang yang selalu ada pula. Ada banyak sekali jenis sampah yang dapat kita kelompok, dengan peelompokan jenis sampah atau penilaian sampah ini kita dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Prilaku 3R adalah reduce, reuce dan recycle. Masing masing prilaku tersebut dapat mengurangi masalah yang di timbulkan oleh sampah. Salah satunya adalah recycle yaitu mendaur ulang sampah menjadi barang yang berguna. Ada banyak barang sampah yang bisa kita recycle salah satunya adalah sampah organik yang berasal dari daun kering. Didaerah perkotaan sampah daun kering dapat menjadi kendala yang harus diperhatikan. Walaupun sampah daun kering dapat terurai dengan sendirinya tapi itu membutuhkan waktu yang sangat lama dan jika di biarkan menumpuk dapat menjadi masalah sosial seperti penyumbatan saluran air, mengurangi kersan kebersihan di suatu tempat, tidak nyaman dipandang, dll.

Warga perkotaan biasanya membuang sampah daun kering ke tempat sampah sehingga menimbulkan penumpukan sampah yg banyak. Sementara warga pedesaan biasanya hanya membuang begitu saja sampah daun kering tau membakarnya sehingga menimbulkan polusi udara. Untuk mengatasi masalah tersebut kita bisa mengubahnya menjadi kompos daun kering dengan bebagai metode yang ada. Menurut Budiharjo (2006), pupuk organik atau merupakan hasil perombakan bahan organik secara terkontrol oleh jasad renik. Proses pengmposan relatif lama sekitar 6-12 bulan. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan penambahan bioaktivator yang merupakan konsorsium mikroba. Dalam percobaan kali ini saya menggunakan em4 sebagai bahan pempercepat pengomposan.

Saya telah melakukan percobaan pembuatan pupuk kompos daun kering ini selama satu bulan lebih. Pada tanggal 12 Oktober 2022 saya memulai pembuatan kompos daun kering tersebut. Alat dan  bahan yang saya butuhkan antara lain:

1. Daun kering kurang lebih 1 kg

2. Larutan air em4 kurang lebih 500 ml

3. Gula Jawa merah 2 sendok makan

4. Bubuk gergaji kurang lebih 250 gram

5. Dedak atau bekatul kurang lebih 250 gram

5. Serabut daun kelapa secukupnya

6. Kertas kardus bekas 2 lembar

7. Pisau dan telenan

8. Semprotan 

9. Pot plastik ukuran 40 cm

Pertama cacah daun kering hingga halus, semakin kecil cacahan daun nya semakin cepat pula proses pengomposan. Kemudian satu tutup botol em4 dilarutkan kedalam 1 liter air biasa, disini saya hanya menggunakan secukupnya kurang lebih hingga dapat kelembapan yang di inginkan. Campur juga gula merah sebagai bahan makan mikroba. Setelah daun kering semuanya di cacah kemudian dicampur dengan bekatul dan bubuk gergaji. Disini saya menggunakan bubu gergasi yang tidak terlalu lembut sehingga besarannya hampir sama dengan lebar potongan daun kering. Setelah sebua bahan kering di campurkan kemudian di semprot dengan air larutan yang sebelumnya saya buat tadi. Sebenarnya tidak harus menggunakan semprotan jadi hanya di campur biasa dengan tangan atau sendok saja sudah cukup, hanya saja untuk hasil yang lebih rata pengunaan semprotan dianjurkan. Setalah didapat kelembaban yang sesuai, ditandai dengan tektur cacahan daun kering yang jika mana kita genggam adonan tersebut tidak mudah berceceran. Setelah itu pot yang sebelumnya sudah saya siapka di isi dengan serabut kelapa yang kemudian dilapisi lagi dengan kertas kardus. Hal ini  diharapkan berfungsi sebagai tempat penyerapan air Lindi yang nanti dihasilkan kebudian barulah setelah itu ditaruh adonan daun kering yang tadi telah saya buat diatasnya. Barulah setah itu di tutup tidak usah terlalu rapat dan di simpan di tempat yang kering tidak terkena sinar matahari langsung.

Proses pengomposan saya lakukan hingga tangga 23 November 2022, kurang lebih 7 Minggu sudah berlalu. Pada tiga hari pertama ketika saya mengadukan kompos tersebut masih terlihat basah karena hujan yang terus terusan. Kemudian setelah itu 4 hari berikutnya saya lupa tidak mengaduk kompos tersebut sehingga ada sedikit tumbuh jamur di pinggiran kompos. Hal kini mungkin karena keadaan yang lembab dan suhu yang agak hangat dari proses mikroorganisme yang ada di kompos menimbulkan jamur. Setelah itu saya melakukan pengaduan setiap dua hari sekali dan hasilnya kompos perlahan mengering.

Pada Minggu ketujuh kompos sudah cukup kering dan beberapa  daun telah lapuk tatapi ada beberapa yang masih cukup keras. Hal ini mungkin disebabkan karena pada awal pencacahan daun kering tidak semuanya daun benar-benar kering, ada daun yang masih menguning jadi proses pengomposan menjadi tidak seragam. Pada tanggal 23 November bobot keseluruhan kompos juga sudah semakin ringan yaitu hanya 950 g. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya massa kompos yang mengalami penyusutan dan juga air yang banyak menguap. Selain itu,  ada perubahan warna menjadi semakin gelap menghitam pada cacahan daun kering tersebut, bentuknya juga sudah tidak tampak seperti daun lagi walau ada beberapa yang masih berbentuk daun karena proses pengomposan yang kurang merata.


Daftar pustaka

Budihardjo, M.A.(2006). Studi potensi pengomposan sampah kota sebagai salah satu alternative pengelolaan sampah di TPA dengan menggunakan aktifator EM4. Jurnal Presipitasi. Hal 25-30.

0 komentar:

Posting Komentar