1.12.22

Miris, Sleman Krisis Sampah, Masyarakat Kurang Peduli

Essay 2 Kuliah Lapangan Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

Di susun oleh: Inge Zukhruf Warohmah  (22310420041)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

TPS Randu Alas adalah TPS yang terlahir akibat dari kesadaran beberapa masyarakatnya terhadap pencemaran yang terjadi. Di desa sardonoharjo, ngaglik, sleman, terdapat sebuah pemakaman umum yang didekatnya ada tanah kosong. Awalnya warga membuang sampah sembarangan disana mengakibatkan pencemaran udara dan juga tanah. Beberapa warga akhirnya berinisiatif mengumpulkan dana swadaya masyarakat dan terciptalah TPS Randu Alas yang mana terdapat pohon Randu pesar di dekat TPS sebagai ciri has TPS tersebut. Sekitar tahun 2015  dibentuk dan 2016  diresmikan. Awal  mula berdiri para pengelola merasa kesulitan untuk mensosialisasikan TPS tersebut. Mereka hanya mampu menampung sekitar 30 kk saja tetapi seiring berjalannnya waktu kini kapasitanya sebakin baik dan diperkirakan mampu menampung 200-300 kk.

Secara umum TPS tersebut memilah sampah berdasarkan sampah organic,non organic  dan b3 dari masyarakat kemudian di pilah lagi menjadi beberapa jenis seperti sampah kardus, botol plastok untuk sampah non organic biasanya kan di ambil oleh pengepul setiap 10 hari sekali untuk dibawa ke tempat yang dapat mendaur ulang barang-barang tersebut sementara sampah organic yang bagus biasa di gunakan untuk pakan magkot dan campuran pakan ayam. TPS tersebut memelihara ayam dan ketika sudah besar ayam tersebut dapat di jual sementara telurnya biasa di makan sendiri. Untuk lele juga hamper sama tetapi pemberian pakan lele biasanya menggunakan maggot dari hasil pengembang biakan sendiri di TPS tersebut. Hasil maggot yang surplus biasanya di jual untuk pakan ikan dan burung lalu ketika ada sisa maka akan di keringkan dan di jual kembali. Beberapa sampah organic lainnnya juga digunakan untuk pembuatan eco enzyme maupun pupuk padat dan cair.

Semenjak ditutupnya TPA Piyungan pada tahun 2019 banyak masyarakat yang mengalami kesulitan terutama para pemulu yang diwakilkan oleh asosiasi pemulung dimana pendapatan mereka menurun drastis dan hal ini juga menimbulkan konflik yang tak kunjung selesai antara pengelola TPS maupun pemulung. Untuk para pengelola TPS disana juga sangat meresa kesulitan dalam merekrut tenaga kerja hal ini mungkin karena gaji dibawah umr dan juga resiko kerja yang sangat rentan terinfeksi penyakit mengakibatkan sedikitnya peminat. Akan tetapi semenjak TPA Piyungan ditutup, pemerintah melalui dinas lingkungan muali berbenah untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di jogja sekitarnya salah satunya adalah TPS Randu Alas tersebut. Untuk karyawan yang berkerja disana telah dijamin oleh bpjs kesehatan sehingga meringankan sedikit kekhawatiran para pegawai. Kini masalah yang masih sulut diatasi di TPS tersebu kembali ke dasar pengolahan smpah itu sendiri dimana tidak semua masyarakat anggota TPS sadar akan pengolahan sampah dan masih banyak warga yang mencampurkan sampahnya menjadi satu. Kini tinggal bagaimana peranan kita sebagai mahasiswa psikologi untuk mengatasi masalah tersebut. Karena polemik ini mungkin tidak hanya di alami oleh TPS Randu Alas saja tapi juga tempat pengolahan sampah lainnnya atau bahkan dalam skala rumah tangga.




0 komentar:

Posting Komentar