Essay 2 Kuliah Lapangan Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, MA
Di susun oleh: Inge Zukhruf Warohmah (22310420041)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
TPS Randu Alas adalah TPS yang terlahir akibat dari
kesadaran beberapa masyarakatnya terhadap pencemaran yang terjadi. Di desa
sardonoharjo, ngaglik, sleman, terdapat sebuah pemakaman umum yang didekatnya
ada tanah kosong. Awalnya warga membuang sampah sembarangan disana
mengakibatkan pencemaran udara dan juga tanah. Beberapa warga akhirnya berinisiatif
mengumpulkan dana swadaya masyarakat dan terciptalah TPS Randu Alas yang mana
terdapat pohon Randu pesar di dekat TPS sebagai ciri has TPS tersebut. Sekitar tahun
2015 dibentuk dan 2016 diresmikan. Awal mula berdiri para pengelola merasa kesulitan
untuk mensosialisasikan TPS tersebut. Mereka hanya mampu menampung sekitar 30
kk saja tetapi seiring berjalannnya waktu kini kapasitanya sebakin baik dan
diperkirakan mampu menampung 200-300 kk.
Secara umum TPS tersebut memilah sampah berdasarkan sampah organic,non
organic dan b3 dari masyarakat kemudian
di pilah lagi menjadi beberapa jenis seperti sampah kardus, botol plastok untuk
sampah non organic biasanya kan di ambil oleh pengepul setiap 10 hari sekali
untuk dibawa ke tempat yang dapat mendaur ulang barang-barang tersebut
sementara sampah organic yang bagus biasa di gunakan untuk pakan magkot dan campuran
pakan ayam. TPS tersebut memelihara ayam dan ketika sudah besar ayam tersebut
dapat di jual sementara telurnya biasa di makan sendiri. Untuk lele juga hamper
sama tetapi pemberian pakan lele biasanya menggunakan maggot dari hasil pengembang
biakan sendiri di TPS tersebut. Hasil maggot yang surplus biasanya di jual
untuk pakan ikan dan burung lalu ketika ada sisa maka akan di keringkan dan di
jual kembali. Beberapa sampah organic lainnnya juga digunakan untuk pembuatan
eco enzyme maupun pupuk padat dan cair.
Semenjak ditutupnya TPA Piyungan pada tahun 2019 banyak
masyarakat yang mengalami kesulitan terutama para pemulu yang diwakilkan oleh
asosiasi pemulung dimana pendapatan mereka menurun drastis dan hal ini juga menimbulkan
konflik yang tak kunjung selesai antara pengelola TPS maupun pemulung. Untuk para
pengelola TPS disana juga sangat meresa kesulitan dalam merekrut tenaga kerja
hal ini mungkin karena gaji dibawah umr dan juga resiko kerja yang sangat
rentan terinfeksi penyakit mengakibatkan sedikitnya peminat. Akan tetapi
semenjak TPA Piyungan ditutup, pemerintah melalui dinas lingkungan muali
berbenah untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di jogja sekitarnya salah
satunya adalah TPS Randu Alas tersebut. Untuk karyawan yang berkerja disana
telah dijamin oleh bpjs kesehatan sehingga meringankan sedikit kekhawatiran
para pegawai. Kini masalah yang masih sulut diatasi di TPS tersebu kembali ke
dasar pengolahan smpah itu sendiri dimana tidak semua masyarakat anggota TPS
sadar akan pengolahan sampah dan masih banyak warga yang mencampurkan sampahnya
menjadi satu. Kini tinggal bagaimana peranan kita sebagai mahasiswa psikologi untuk
mengatasi masalah tersebut. Karena polemik ini mungkin tidak hanya di alami
oleh TPS Randu Alas saja tapi juga tempat pengolahan sampah lainnnya atau
bahkan dalam skala rumah tangga.
0 komentar:
Posting Komentar