Pemahaman
Guru Tentang Penanganan Sampah dan Penerapannya di Lingkungan Sekolah
Exwati Miatari (19310410030)
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
2022
Topik |
Penanganan
sampah dan penerapannya di lingkungan sekolah |
Sumber |
Purnomo, E., D.
(2022). Pemahaman Guru Tentang Penanganan Sampah dan Penerapannya di
Lingkungan Sekolah. Jurnal Basicedu. 6(3),3503-3513. |
Permasalahan |
Permasalahan
sampah telah menjadi isu global yang dianggap penting dan menjadi salah satu
target dalam pembahasan SDGs (Sustainable Development Goals). Permasalahan sampah
juga berkaitan dengan adanya pertambahan penduduk dan pendapatan rumah tangga
masyarakat. Isu tentang sampah dapat ditinjau dari sisi positif dan negatif yaitu,
sampah bernilai positif apabila dapat bernilai ekonomi dengan ditangani
dengan bijak dan berdampak buruk apabila tidak dapat ditangani dengan baik. Pendidikan
dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai
karakter terutama cinta terhadap lingkungan. Secara praktis, pendidikan
memang tidak dapat memperbaiki lingkungan yang telah rusak. Namun, dengan
adanya penanaman nilai dan penguatan lingkungan yang baik maka hal tersebut
akan meminimalisir adanya tonjakan penimbunan sampah yang terjadi di setiap
tahunnya. |
Tujuan
Penelitian |
Untuk mengetahui
pemahaman guru tentang penanganan sampah dan penerapannya pada pembelajaran
di Sekolah |
Isi |
·
Masalah sampah yang memiliki keterkaitan terhadap
penambahan adanya jumlah penduduk mengakibatkan lonjakan sampah dengan adanya variasi pola konsumsi yang berimbas
pada jumlah dan karakteristik sampah. Keterlibatan guru dalam lingkungan
sekolah sebagai upaya penanganan permasalahan lingkungan memberikan dampak
besar terhadap pengetahuan dan perilaku siswa. ·
Berdasarkan keterangan Sekretaris Dinas Kebersihan
dan Lingkungan Hidup, Mahmud Kausaha menyampaikan sampah di Kota Ternate
dalam sehari mencapai 100 ton per hari atau 559 kubik, sedangkan rata-rata
sampah yang diangkut petugas 362 kubik atau sekitar 65 ton per hari. Kecamatan
Ternate selatan memiliki potensi peningkatan jumlah sampah per-harinya karena
merupakan wilayah pusat pendidikan dan destinasi wisata. Sekolah dasar negeri
58 terletak pada desa lokasi wisata Pantai Kastela kecamatan Ternate Selatan
pemahaman tentang dampak sampah plastik terhadap lingkungan sangat penting
mengingat tingginya sampah plastik di lokasi pantai dan pemukiman. ·
Berdasarkan data survey Nasional dari KLHK
menyatakan bahwa sekitar 2,5% responden menjelaskan bahwa mendapatkan
pengetahuan tentang peduli lingkungan sehingga dapat disimpulkan sekolah
belum memberikan andil secara maksimal dalam menanamkan nilai-nilai peduli
lingkungan di Masyarakat. Pada tahun 2006, Kementerian Lingkungan Hidup
mencanangkan program sekolah adiwiyata yaitu program yang bertujuan mendorong
dan membentuk sekolah yang dapat melakukan upaya untuk pelestarian lingkungan ·
Kementerian Lingkungan Hidup juga bekerjasama dengan
Menteri Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Surat Keputusan Nomor:
Kep.07/MENLH/06/2005 dan Nomor: 05/VI/KB/2005 pada tahun 2010 yang
diperuntukkan bagi dinas pendidikan di seluruh Indonesia. Secara garis besar
berisi tentang himbauan perwujudan pendidikan lingkungan hidup mulai dari
tingkat SD sampai SMA yang terintegrasi dalam kegiatan kurikuler maupun
ekstrakurikuler. Pada tahun 2013, pemerintah bahkan mengintegrasikan 18 karakter
bangsa salah satunya karakter cinta lingkungan ke dalam kurikulum 2013.
Harapannya, pemahaman guru tentang pelestarian lingkungan telah memadai di
sekolah dengan adanya penerapan kebijakan-kebijakan tersebut. |
Metode |
·
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian
ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Oktober-Desember di sekolah negeri
58 Kecamatan Pulau Ternate, Kelurahan Kastela. Waktu penelitian terhitung
sejak observasi awal di lapangan yang meliputi pengamatan lingkungan di
Kelurahan Kastela dan sekolah. Penentuan waktu pengambilan data kepada sampel
penelitian di sekolah berdasarkan kesepakatan dari pihak sekolah. ·
Sampel pada penelitian ini adalah 10 orang tenaga
pendidik, 3 orang tenaga kependidikan dan 9 orang siswa di SD Negeri 58 Kota
Ternate. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi teknik yaitu observasi,
wawancara, dan penggunaan kuesioner. Wawancara dilakukan secara terbuka/tidak
terstruktur kepada seluruh sampel. ·
Wawancara yang dilakukan dengan tenaga kependidikan dan
siswa meliputi pertanyaan tentang keterlibatan sekolah dalam penanganan
sampah, konfirmasi fasilitas yang dimiliki sekolah, instruksi yang
disampaikan guru, dan peran guru terhadap penanganan sampah di sekolah. Hal
ini bertujuan untuk mendapatkan data yang kredibel. |
Hasil |
·
Pemahaman guru yang berkaitan dengan lingkungan
hidup terutama pada penanganan sampah masih rendah. Guru juga masih belum
mengetahui pengertian langsung dari sampah organic dan anorganik namun masih
memahami jika menggunakan sampah basah dan kering. Rendahnya pemahaman ini
diduga karena faktor kesulitan guru dalam membagi waktu. Kesibukan guru
terhadap tugas pokok untuk mengajarkan bidangnya telah menyita banyak waktu
sehingga persoalan lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab WAKASEK. ·
Masih sulitnya integrasi karakter cinta lingkungan
terutama tentang penanganan sampah cukup sulit dilakukan karena siswa
memiliki pemahaman dasar yang telah terbentuk dari lingkungan keluarga. Kemudian
pada kurikulum sekolah dasar, tidak ada pembahasan khusus yang berkaitan
langsung dengan penanganan sampah plastik sehingga pada penerapannya guru dan
pihak sekolah perlu bekerja sama untuk mewujudkan generasi masa depan yang
cinta terhadap lingkungan. Perilaku guru juga dapat mencerminkan kepada siswa
terkait pembuangan sampah yang dilakukan guru di sungai dan membakar sampah
mencerminkan rendahnya pemahaman terkait permasalahan lingkungan. ·
Kegiatan keseharian beberapa point zero-waste dari
3R telah dilaksanakan seperti; memanfaatkan barang bekas untuk digunakan
kembali, memanfaatkan sampah sebagai pupuk tanaman dan meminimalisir
pemakaian produk sekali pakai. Pada aktivitas lain seperti membuang sampah ke
sungai, memilah sampah plastik dan melakukan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)
cukup tinggi. |
Diskusi |
·
Pemahaman terhadap guru dalam pengelolaan sampah
sangatlah penting dalam upaya peningkatan nilai karakter terhadap siswa,
mengingat bahwa pendidikan pada sekolah merupakan salah satu wadah terbaik
dalam pembentukan karakter generasi yang akan mendatang. ·
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya guru dalam
pemahaman memahami ataupun memilah sampah yaitu kurangnya guru untuk bisa
membagi waktunya dengan kesibukan dibidangnya yang menyita waktu sehingga
kurang memahami terkait pengelolaan sampah dengan baik,pemahaman terkait
permasalahan sampah yang masih kurang. ·
Diperukannya dukungan sekolah untuk mendukung
pembentukan karakter dalam keperdulian lingkungan, terkait kebijakan sekolah
dan fasilitas yang memadai seperti adanya tempat sampah yang terpisah atau
sesuai dengan jenis-jenis sampah (reduce, reuse, recycle). |
0 komentar:
Posting Komentar