1.12.22

MERINGKAS JURNAL PENELITIAN

 

Pemahaman Guru Tentang Penanganan Sampah dan Penerapannya di Lingkungan Sekolah

Exwati Miatari (19310410030)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

2022

Topik

Penanganan sampah dan penerapannya di lingkungan sekolah

Sumber

Purnomo, E., D. (2022). Pemahaman Guru Tentang Penanganan Sampah dan Penerapannya di Lingkungan Sekolah. Jurnal Basicedu. 6(3),3503-3513.

Permasalahan

Permasalahan sampah telah menjadi isu global yang dianggap penting dan menjadi salah satu target dalam pembahasan SDGs (Sustainable Development Goals). Permasalahan sampah juga berkaitan dengan adanya pertambahan penduduk dan pendapatan rumah tangga masyarakat. Isu tentang sampah dapat ditinjau dari sisi positif dan negatif yaitu, sampah bernilai positif apabila dapat bernilai ekonomi dengan ditangani dengan bijak dan berdampak buruk apabila tidak dapat ditangani dengan baik. Pendidikan dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter terutama cinta terhadap lingkungan. Secara praktis, pendidikan memang tidak dapat memperbaiki lingkungan yang telah rusak. Namun, dengan adanya penanaman nilai dan penguatan lingkungan yang baik maka hal tersebut akan meminimalisir adanya tonjakan penimbunan sampah yang terjadi di setiap tahunnya.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemahaman guru tentang penanganan sampah dan penerapannya pada pembelajaran di Sekolah

Isi

·         Masalah sampah yang memiliki keterkaitan terhadap penambahan adanya jumlah penduduk mengakibatkan lonjakan sampah dengan  adanya variasi pola konsumsi yang berimbas pada jumlah dan karakteristik sampah. Keterlibatan guru dalam lingkungan sekolah sebagai upaya penanganan permasalahan lingkungan memberikan dampak besar terhadap pengetahuan dan perilaku siswa.

·         Berdasarkan keterangan Sekretaris Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Mahmud Kausaha menyampaikan sampah di Kota Ternate dalam sehari mencapai 100 ton per hari atau 559 kubik, sedangkan rata-rata sampah yang diangkut petugas 362 kubik atau sekitar 65 ton per hari. Kecamatan Ternate selatan memiliki potensi peningkatan jumlah sampah per-harinya karena merupakan wilayah pusat pendidikan dan destinasi wisata. Sekolah dasar negeri 58 terletak pada desa lokasi wisata Pantai Kastela kecamatan Ternate Selatan pemahaman tentang dampak sampah plastik terhadap lingkungan sangat penting mengingat tingginya sampah plastik di lokasi pantai dan pemukiman.

·         Berdasarkan data survey Nasional dari KLHK menyatakan bahwa sekitar 2,5% responden menjelaskan bahwa mendapatkan pengetahuan tentang peduli lingkungan sehingga dapat disimpulkan sekolah belum memberikan andil secara maksimal dalam menanamkan nilai-nilai peduli lingkungan di Masyarakat. Pada tahun 2006, Kementerian Lingkungan Hidup mencanangkan program sekolah adiwiyata yaitu program yang bertujuan mendorong dan membentuk sekolah yang dapat melakukan upaya untuk pelestarian lingkungan

·         Kementerian Lingkungan Hidup juga bekerjasama dengan Menteri Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Surat Keputusan Nomor: Kep.07/MENLH/06/2005 dan Nomor: 05/VI/KB/2005 pada tahun 2010 yang diperuntukkan bagi dinas pendidikan di seluruh Indonesia. Secara garis besar berisi tentang himbauan perwujudan pendidikan lingkungan hidup mulai dari tingkat SD sampai SMA yang terintegrasi dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Pada tahun 2013, pemerintah bahkan mengintegrasikan 18 karakter bangsa salah satunya karakter cinta lingkungan ke dalam kurikulum 2013. Harapannya, pemahaman guru tentang pelestarian lingkungan telah memadai di sekolah dengan adanya penerapan kebijakan-kebijakan tersebut.

Metode

·         Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Oktober-Desember di sekolah negeri 58 Kecamatan Pulau Ternate, Kelurahan Kastela. Waktu penelitian terhitung sejak observasi awal di lapangan yang meliputi pengamatan lingkungan di Kelurahan Kastela dan sekolah. Penentuan waktu pengambilan data kepada sampel penelitian di sekolah berdasarkan kesepakatan dari pihak sekolah.

·         Sampel pada penelitian ini adalah 10 orang tenaga pendidik, 3 orang tenaga kependidikan dan 9 orang siswa di SD Negeri 58 Kota Ternate. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi teknik yaitu observasi, wawancara, dan penggunaan kuesioner. Wawancara dilakukan secara terbuka/tidak terstruktur kepada seluruh sampel.

·         Wawancara yang dilakukan dengan tenaga kependidikan dan siswa meliputi pertanyaan tentang keterlibatan sekolah dalam penanganan sampah, konfirmasi fasilitas yang dimiliki sekolah, instruksi yang disampaikan guru, dan peran guru terhadap penanganan sampah di sekolah. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang kredibel.

Hasil

·         Pemahaman guru yang berkaitan dengan lingkungan hidup terutama pada penanganan sampah masih rendah. Guru juga masih belum mengetahui pengertian langsung dari sampah organic dan anorganik namun masih memahami jika menggunakan sampah basah dan kering. Rendahnya pemahaman ini diduga karena faktor kesulitan guru dalam membagi waktu. Kesibukan guru terhadap tugas pokok untuk mengajarkan bidangnya telah menyita banyak waktu sehingga persoalan lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab WAKASEK.

·         Masih sulitnya integrasi karakter cinta lingkungan terutama tentang penanganan sampah cukup sulit dilakukan karena siswa memiliki pemahaman dasar yang telah terbentuk dari lingkungan keluarga. Kemudian pada kurikulum sekolah dasar, tidak ada pembahasan khusus yang berkaitan langsung dengan penanganan sampah plastik sehingga pada penerapannya guru dan pihak sekolah perlu bekerja sama untuk mewujudkan generasi masa depan yang cinta terhadap lingkungan. Perilaku guru juga dapat mencerminkan kepada siswa terkait pembuangan sampah yang dilakukan guru di sungai dan membakar sampah mencerminkan rendahnya pemahaman terkait permasalahan lingkungan.

·         Kegiatan keseharian beberapa point zero-waste dari 3R telah dilaksanakan seperti; memanfaatkan barang bekas untuk digunakan kembali, memanfaatkan sampah sebagai pupuk tanaman dan meminimalisir pemakaian produk sekali pakai. Pada aktivitas lain seperti membuang sampah ke sungai, memilah sampah plastik dan melakukan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) cukup tinggi.

Diskusi

·         Pemahaman terhadap guru dalam pengelolaan sampah sangatlah penting dalam upaya peningkatan nilai karakter terhadap siswa, mengingat bahwa pendidikan pada sekolah merupakan salah satu wadah terbaik dalam pembentukan karakter generasi yang akan mendatang.

·         Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya guru dalam pemahaman memahami ataupun memilah sampah yaitu kurangnya guru untuk bisa membagi waktunya dengan kesibukan dibidangnya yang menyita waktu sehingga kurang memahami terkait pengelolaan sampah dengan baik,pemahaman terkait permasalahan sampah yang masih kurang.

·         Diperukannya dukungan sekolah untuk mendukung pembentukan karakter dalam keperdulian lingkungan, terkait kebijakan sekolah dan fasilitas yang memadai seperti adanya tempat sampah yang terpisah atau sesuai dengan jenis-jenis sampah (reduce, reuse, recycle).

 



0 komentar:

Posting Komentar