Kecemasan Pada Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas
Putri Wulandari (19310410067)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
2022
Topik |
Kecemasan,
Lulusan Universitas, Pengangguran Terdidik |
Sumber |
Isnaini, N. S.,
Lestari, R. (2015). Kecemasan pada pengangguran terdidik lulusan universitas.
Jurnal Indigenous. 13(1), 39-50. |
Permasalahan |
Pekerjaan tidak hanya dipandang
sebagai lahan untuk mencari nafkah, namun nilai dan kepuasan yang diperoleh
dari pekerjaan tidak lagi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik, namun
juga kebutuhan psikis dan sosial. Namun, adanya tekanan dari lingkungan dan
kompleksitas lingkungan pekerjaan membuat pemilihan dan pemerolehan pekerjaan
menjadi sulit. Akibatnya mencari kerja
menjadi suatu problem tersendiri bahkan untuk orang dengan latar belakang
pendidikan tinggi sekalipun. Hampir 30 persen lulusan terdidik di Indonesia tidak terserap dunia kerja. Bahkan penyumbang paling dominan pengangguran tersebut adalah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan fakta yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, bahwa dari 8,32 juta orang pengangguran di Indonesia sampai Agustus 2010, ternyata paling banyak didominasi para lulusan sarjana dan diploma yang masing-masing berjumlah 11,92% dan 12,78%. Menganggur itu rawan dengan gangguan fisik dan mental. Para pengangguran cenderung menderita gangguan fisik, emosional; seperti insomnia, kecanduan pada hal-hal tertentu dan memiliki rasa cemas yang berlebihan. |
Tujuan Penelitian |
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh lulusan
universitas yang menganggur dan mengetahui kondisi pengangguran terdidik
lulusan universitas. |
Isi |
Saat
usia dewasa awal, individu diharapkan sudah memiliki pilihan pekerjaan
tertentu. Namun, mencari lapangan pekerjaan justru menjadi hal yang tidak
mudah. Hal ini disebabkan, lajunya pembangunan kurang disertai dengan luasnya
lapangan pekerjaan, padahal pencari kerja justru semakin bertambah. Pekerjaan
berperan penting dalam memberikan indikasi status seseorang di masyarakat, dan
tentu saja dihadapan keluarganya. Oleh karena itu, orang memilih pekerjaan yang
sesuai dan bisa memenuhi kebutuhannya. Sementara penganggur tidak memiliki
kesempatan untuk beraktivitas dan harus terus mencari kegiatan untuk
mempertahankan keaktifannya. Presentase
jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun masih mengalami
peningkatan terutama pada lulusan universitas. Namun, di sisi lain perhatian
maupun tindakan pemerintah untuk menguranginya masih minim dan terbatas. Keadaan menganggur bagi lulusan universitas
dapat menyebabkan efek negatif. Setelah dinyatakan lulus oleh universitas,
sebagian besar individu tidak mengerti apa yang harus dilakukan setelah lulus.
Kondisi tersebut menjadi stressor bagi lulusan universitas, dan akan menimbulkan
kecemasan. Perasaan cemas pada pengangguran ditunjukkan
dengan rasa rendah diri, tidak mempunyai rasa percaya diri, merasa diri selalu
gagal dalam segala hal, antisosial (terutama dengan peer group), menimbulkan
semacam kekhawatiran- kekhawatiran seperti khawatir akan tidak adanya pekerjaan
tetap, khawatir akan keberhasilan memperolah kerja dan khawatir akan kemampuan
menemukan pekerjaan yang sesuai dengannya. Orang menjadi cemas dan merasa
dirinya tidak aman, karena bagaimanapun
juga pekerjaan diperlukan untuk kelangsungan hidup di kemudian hari. |
Metode |
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode kuantitatif dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif
deskriptif Penelitian ini dilakukan di Surakarta, dengan
mengambil subjek alumni di Universitas Muhammadiyah Surakarta baik pria atau wanita
yang belum bekerja, entah karena belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
harapan, berkali-kali mencoba melamar pekerjaan namun gagal ataupun yang
sengaja menganggur. Penelitian ini menggunakan purposive sample, yaitu
penelitian pada sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Penelitian ini menggunakan skala kecemasan TMAS
dan kuesioner terbuka tentang pengangguran terdidik lulusan universitas.
|
Hasil |
Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 responden, dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori sangat cemas sebanyak 0 %, kategori cemas tinggi 0 %, kategori agak cemas 6 % dan tidak cemas 94 %. Jumlah responden yang merasa agak cemas yaitu 6%, 2 diantaranya memiliki kriteria sudah menganggur selama 4 bulan dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kedua responden tersebut masing-masing pernah dua kali mencoba melamar pekerjaan. Satu responden yang lain adalah laki-laki dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, sudah menganggur selama 6 bulan, serta sudah dua kali melamar kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar pengangguran terdidik lulusan universitas tidak mengalami kecemasan dan meyakini bahwa masih banyak kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Berdasarkan data-data yang diperoleh, para lulusan universitas yang masih menganggur tidak mengalami kecemasan terhadap kondisi menganggur, namun justru merasa cemas/khawatir pada saat melamar/mencari pekerjaan. Hal yang paling dikhawatirkan lulusan universitas ketika melamar pekerjaan yaitu ketika interview atau wawancara. Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa ketika proses wawancara, sering merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan dan cenderung takut salah menjawab. Urutan kelahiran dapat menjadi ukuran pada pengangguran terdidik untuk mencari pekerjaan. Data-data tersebut memberikan gambaran nyata bahwa lulusan universitas yang urutan kelahiran dalam keluarganya adalah anak pertama (anak sulung) memiliki kemauan yang lebih besar untuk secepatnya memperoleh pekerjaan, sehingga frekuensi mereka untuk mencari informasi lowongan pekerjaan dan mencoba melamar pekerjaan lebih sering daripada lulusan universitas yang bukan anak pertama. Saat mengalami kegagalan dalam melamar pekerjaan, mayoritas lulusan universitas merasa kecewa dan putus asa karena sangat membutuhkan pekerjaan setelah lulus dari universitas. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menghadapi kegagalan antara lain dengan berusaha di kesempatan yang lain dan melamar pekerjaan di perusahaan lain. Hal inilah yang memberikan kontribusi bagi mereka untuk bangkit dan tidak putus asa untuk mencoba melamar pekerjaan. |
Diskusi |
Banyaknya lulusan universitas yang masih menganggur, disebabkan oleh
beberapa faktor, dalam hal ini meliputi rendahnya soft skill, kurangnya relasi
dan tingginya tingkat ekonomi orang tua yang membuat beberapa pengangguran
menikmati keadaannya yang menganggur dan memiliki keyakinan akan mampu
merubah situasinya menjadi lebih baik. Sebagian besar pengangguran mengalami
depresi, sering melamun atau merenung, merasa putus asa dan mengalami
kecemasan, hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan komunikasi interpersonal,
kemampuan berhubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Sehingga sangat
dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang mampu mengasah soft skill setiap individu
agar lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. |
0 komentar:
Posting Komentar