1.12.22

MERINGKAS JURNAL PENELITIAN SEBAGAI REFERENSI PENELITIAN SSK PIO

 Kecemasan Pada Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas

Putri Wulandari (19310410067)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

2022



Topik

Kecemasan, Lulusan Universitas, Pengangguran Terdidik

Sumber

Isnaini, N. S., Lestari, R. (2015). Kecemasan pada pengangguran terdidik lulusan universitas. Jurnal Indigenous. 13(1), 39-50.

Permasalahan

Pekerjaan tidak hanya dipandang sebagai lahan untuk mencari nafkah, namun nilai dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan tidak lagi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik, namun juga kebutuhan psikis dan sosial. Namun, adanya tekanan dari lingkungan dan kompleksitas lingkungan pekerjaan membuat pemilihan dan pemerolehan pekerjaan menjadi sulit.  Akibatnya mencari kerja menjadi suatu problem tersendiri bahkan untuk orang dengan latar belakang pendidikan tinggi sekalipun.
Hampir 30 persen lulusan terdidik di Indonesia tidak terserap dunia kerja. Bahkan penyumbang paling dominan pengangguran tersebut adalah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan fakta yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, bahwa dari 8,32 juta orang pengangguran di Indonesia sampai Agustus 2010, ternyata paling banyak didominasi para lulusan sarjana dan diploma yang masing-masing berjumlah 11,92% dan 12,78%. Menganggur itu rawan dengan gangguan fisik dan mental. Para pengangguran cenderung menderita gangguan fisik, emosional; seperti insomnia, kecanduan pada hal-hal tertentu dan memiliki rasa cemas yang berlebihan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh lulusan universitas yang menganggur dan mengetahui kondisi pengangguran terdidik lulusan universitas.

Isi

Saat usia dewasa awal, individu diharapkan sudah memiliki pilihan pekerjaan tertentu. Namun, mencari lapangan pekerjaan justru menjadi hal yang tidak mudah. Hal ini disebabkan, lajunya pembangunan kurang disertai dengan luasnya lapangan pekerjaan, padahal pencari kerja justru semakin bertambah. Pekerjaan berperan penting dalam memberikan indikasi status seseorang di masyarakat, dan tentu saja dihadapan keluarganya. Oleh karena itu, orang memilih pekerjaan yang sesuai dan bisa memenuhi kebutuhannya. Sementara penganggur tidak memiliki kesempatan untuk beraktivitas dan harus terus mencari kegiatan untuk mempertahankan keaktifannya. 
Presentase jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun masih mengalami peningkatan terutama pada lulusan universitas. Namun, di sisi lain perhatian maupun tindakan pemerintah untuk menguranginya masih minim dan terbatas.
Keadaan menganggur bagi lulusan universitas dapat menyebabkan efek negatif. Setelah dinyatakan lulus oleh universitas, sebagian besar individu tidak mengerti apa yang harus dilakukan setelah lulus. Kondisi tersebut menjadi stressor bagi lulusan universitas, dan akan menimbulkan kecemasan.
Perasaan cemas pada pengangguran ditunjukkan dengan rasa rendah diri, tidak mempunyai rasa percaya diri, merasa diri selalu gagal dalam segala hal, antisosial (terutama dengan peer group), menimbulkan semacam kekhawatiran- kekhawatiran seperti khawatir akan tidak adanya pekerjaan tetap, khawatir akan keberhasilan memperolah kerja dan khawatir akan kemampuan menemukan pekerjaan yang sesuai dengannya. Orang menjadi cemas dan merasa dirinya tidak aman, karena  bagaimanapun juga pekerjaan diperlukan untuk kelangsungan hidup di kemudian hari.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif deskriptif
Penelitian ini dilakukan di Surakarta, dengan mengambil subjek alumni di Universitas Muhammadiyah Surakarta baik pria atau wanita yang belum bekerja, entah karena belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan, berkali-kali mencoba melamar pekerjaan namun gagal ataupun yang sengaja menganggur. Penelitian ini menggunakan purposive sample, yaitu penelitian pada sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan skala kecemasan TMAS dan kuesioner terbuka tentang pengangguran terdidik lulusan universitas.

Hasil

Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 responden, dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori sangat cemas sebanyak 0 %, kategori cemas tinggi 0 %, kategori agak cemas 6 % dan tidak cemas 94 %. Jumlah responden yang merasa agak cemas yaitu 6%, 2 diantaranya memiliki kriteria sudah menganggur selama 4 bulan dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kedua responden tersebut masing-masing pernah dua kali mencoba melamar pekerjaan. Satu responden yang lain adalah laki-laki dan merupakan anak  pertama dari tiga bersaudara, sudah menganggur selama 6 bulan, serta sudah dua kali melamar kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar pengangguran terdidik lulusan universitas tidak mengalami kecemasan dan meyakini bahwa masih banyak kesempatan untuk memperoleh pekerjaan.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, para lulusan universitas yang masih menganggur tidak mengalami kecemasan terhadap kondisi menganggur, namun justru merasa cemas/khawatir pada saat melamar/mencari pekerjaan. Hal yang paling dikhawatirkan lulusan universitas ketika melamar pekerjaan yaitu ketika interview atau wawancara. Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa ketika proses wawancara, sering merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan dan cenderung takut salah menjawab.

Urutan kelahiran dapat menjadi ukuran pada pengangguran terdidik untuk mencari pekerjaan. Data-data tersebut memberikan gambaran nyata bahwa lulusan universitas yang urutan kelahiran dalam keluarganya adalah anak pertama (anak sulung) memiliki kemauan yang lebih besar untuk secepatnya memperoleh pekerjaan, sehingga frekuensi mereka untuk mencari informasi lowongan pekerjaan dan mencoba melamar pekerjaan lebih sering daripada lulusan universitas yang bukan anak pertama.

Saat mengalami kegagalan dalam melamar pekerjaan, mayoritas lulusan universitas merasa kecewa dan putus asa karena sangat membutuhkan pekerjaan setelah lulus dari universitas. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menghadapi kegagalan antara lain dengan berusaha di kesempatan yang lain dan melamar pekerjaan di perusahaan lain. Hal inilah yang memberikan kontribusi bagi mereka untuk bangkit dan tidak putus asa untuk mencoba melamar pekerjaan.

Diskusi

Banyaknya lulusan universitas yang masih menganggur, disebabkan oleh beberapa faktor, dalam hal ini meliputi rendahnya soft skill, kurangnya relasi dan tingginya tingkat ekonomi orang tua yang membuat beberapa pengangguran menikmati keadaannya yang menganggur dan memiliki keyakinan akan mampu merubah situasinya menjadi lebih baik. Sebagian besar pengangguran mengalami depresi, sering melamun atau merenung, merasa putus asa dan mengalami kecemasan, hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan komunikasi interpersonal, kemampuan berhubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Sehingga sangat dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang mampu mengasah soft skill setiap individu agar lebih siap dalam menghadapi dunia kerja.


0 komentar:

Posting Komentar