4.12.22

Laporan Kuliah Lapangan di TPST Randu Alas

 

 

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

Dosen Pengampu:

Dr. Arundati Shinta, M.A.

Oleh :

Meli Nur Hidayah (21310410085)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA



 

Sampah memang menjadi masalah yang cukup serius karena sampah selalu di hasilkan setiap harinya, dan Indonesia sendiri jumlah sampah terus bertambah setiap taun nya. Sampai sekarang masalah sampah belum bisa teratasi, masih banyak sampah yang belum bisa di Kelola dengan baik,jika masalah sampah terus di biarkan maka akan berdampak negative bagi lingkungan hidup dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Telah bangak kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah serta telah banyak juga teknologi yang di kembangkan sebagai upaya penangan sampah, namun masalah nya juga belum bisa teratasi. Banyak faktor yang menyebabkan masalah sampah di Indonesia salah satunya adalah kurang kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Oleh sebab itu untuk mempelajari lebih jauh tentang bagaimana pengelolaan sampah maka di lakukan kuliah lapangan pada tanggal 28 November 2022 yang di lakukan oleh mahasiswa psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarata. Dalam mata kuliah psikologi lingkungan yang di ampu oleh dosen Dr. Arundati Shinta, M.A. kami mengunjungi TPST Randu Alas , yang beralamatkan di Candi Karang, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Di sana kami di sambut hangat oleh pekerja TPST Randu Alas, kami di beri materi oleh bapak Tujono selaku wakil ketua di TPST Randu Alas  beliau menjelaskan mengenai pengelolaan sampah di sana. Pada awalnya TPST Randu Alas menjadi tempat pembuangan sampah liar, kemudian pak tujono dan rekan rekan nya mengajukan kepada Lingkungan Hidup untuk di jadikan tempat pembuangan sampah sekaligus tempat pengolahan sampah, kemudian di resmikan pada tahun 2015. TPST Randu Alas dapat menampung kurang lebih 350 KK (Kepala Keluarga), nilai yang cukup meningkat dibanding sebelumnya yakni hanya 200 KK saja. Melakukan pengambilan sampah setiap harinya dengan rotasi area berbeda-beda merupakan sebuah sistem yang diterapkan di TPS Randu Alas. Penarikan iuran dilakukan pada tiga kriteria, yaitu rumah tangga biasa, ruang usaha, dan ruang usaha. Tenaga kerja di TPS Randu Alas mendaptkan gaji minimal 1,5 juta dan memiliki jaminan. Terkait pemilihan sampah, dibedakan menjadi dua yakni, sampah organik serta sampah anorganik,  biasanya sampah anorganik kebanyakan buatan pabrik, seperti kertas, plastik, dan logam. Sampah anorganik setelah dipilih akan diambil oleh juragan rosok lalu di serahkan ke pabrik. Sedangkan organik seperti daun, dan sisa makanan akan dimanfaatkan untuk membuat kompos dan makanan magot.

Dalam pengelolaan sampah di TPST Randu Alas tentu saja memiliki kendala, salam satu kendala yang paling umum adalah kurang nya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, pada awal di bentuknya Lembaga swadaya masyarakat ini tentu saja telah di lakukan edukasi untuk memilah sampah agar mempermudah dalam pengelolaan sampah, namun pada kenyataan nya hal tersebut hanya bertahan selama 3 bulan saja, setelah itu masyarat Kembali membuang sampah menjadi satu tanpa memilahnya dengan alasan karena sudah membayar iuran jadi tidak perlu repot repot memilah sampah biar pekerja TPST yang memilah nya. Hal ini yang membuat pengelolaan sampah menjadi lebih sulit dan lama.

Dalam pengelolaan sampah TPST Randu Alas menggunakan system 3R (Reduce, Reuse, & Recycle) atau mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Penerapannya antara lain:

1.     Reduce (mengurangi)

TPST Randu Alas telah melakukan edukasi terhadap warga sekitar, untuk mengurangi penggunaan sampah terutama sampah plasti contoh nya dengan membawa kantong belanja sendiri,  dan melakukan pemilahan sampah sebelum di setor ke TPST, untuk mempermudah pihak TPST mengolah sampah dan mempercepat prosesnya.

2.     Reuse (menggunakan kembali)

Penggunaan kembali seperti pada sampah botol dan galon, akan disuplay kepada warga dan bisa digunakan untuk menanam tanaman. Contoh lainnya adalah pembuatan kompos dari sampah organik menjadi kompos padat, eco enzyme dan  biokonversi yang dapat digunakan kembali. Kompos padat dapat dijual ke masyarakat, bisa digunakan untuk pupuk tanaman yang ada di TPST, serta kompos dapat disetorkan kepada pemerintah daerah untuk pupuk tanaman di taman kota. Lalu eco  enzyme bisa digunakan untuk bakteri fermentasi, pupuk, dan disinfektan untuk penghilang bau. Selanjutnya adalah pengelolaan sampah buah dan sampah sisa makanan yang bisa dibuat menjadi biokonversi dan bisa dimanfaatkan sebagai makanan magot. Karena di TPST Randu alas juga membudidayakan magot yang nantinya bisa di gunakan sebagai pakan lele.

3.     Recycle (mendaur ulang)

       Dengan mendaur ulang dan mengolah sampah agar bisa menjadi barang yang bermanfaat

Pentingnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah agar pengelolaan sampah lebih mudah dan efesien di lakukan oleh pekerja di TPST. Karena mengelola sampah merupakan tanggung jawab semua orang mengingat sampah juga di hasilkan oleh mereka.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar