PSIKOLOGI
LINGKUNGAN
LAPORAN
KULIAH LAPANGAN
Dosen
Pengampu:
Dr.
Arundati Shinta, M.A.
Oleh
:
Meli
Nur Hidayah (21310410085)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Sampah memang menjadi masalah yang
cukup serius karena sampah selalu di hasilkan setiap harinya, dan Indonesia sendiri
jumlah sampah terus bertambah setiap taun nya. Sampai sekarang masalah sampah
belum bisa teratasi, masih banyak sampah yang belum bisa di Kelola dengan
baik,jika masalah sampah terus di biarkan maka akan berdampak negative bagi
lingkungan hidup dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Telah bangak kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah serta telah banyak juga teknologi yang di
kembangkan sebagai upaya penangan sampah, namun masalah nya juga belum bisa
teratasi. Banyak faktor yang menyebabkan masalah sampah di Indonesia salah
satunya adalah kurang kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah
sembarangan.
Oleh sebab itu untuk mempelajari lebih
jauh tentang bagaimana pengelolaan sampah maka di lakukan kuliah lapangan pada
tanggal 28 November 2022 yang di lakukan oleh mahasiswa psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarata. Dalam mata kuliah psikologi lingkungan yang di ampu oleh
dosen Dr. Arundati Shinta, M.A. kami mengunjungi TPST Randu Alas , yang beralamatkan di Candi Karang, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta. Di sana kami di sambut hangat oleh
pekerja TPST Randu Alas, kami di beri materi oleh bapak Tujono selaku wakil
ketua di TPST Randu Alas beliau
menjelaskan mengenai pengelolaan sampah di sana. Pada awalnya TPST Randu Alas
menjadi tempat pembuangan sampah liar, kemudian pak tujono dan rekan rekan nya
mengajukan kepada Lingkungan Hidup untuk di jadikan tempat pembuangan sampah
sekaligus tempat pengolahan sampah, kemudian di resmikan pada tahun 2015. TPST Randu Alas dapat menampung kurang lebih 350 KK (Kepala
Keluarga), nilai yang cukup meningkat dibanding sebelumnya yakni hanya 200 KK
saja. Melakukan pengambilan sampah setiap harinya dengan rotasi area
berbeda-beda merupakan sebuah sistem yang diterapkan di TPS Randu Alas.
Penarikan iuran dilakukan pada tiga kriteria, yaitu rumah tangga biasa, ruang
usaha, dan ruang usaha. Tenaga kerja di TPS Randu Alas mendaptkan gaji minimal
1,5 juta dan memiliki jaminan. Terkait pemilihan sampah, dibedakan menjadi dua
yakni, sampah organik serta sampah anorganik, biasanya sampah
anorganik kebanyakan buatan pabrik, seperti kertas, plastik, dan logam. Sampah
anorganik setelah dipilih akan diambil oleh juragan rosok lalu di serahkan ke
pabrik. Sedangkan organik seperti daun, dan sisa makanan akan dimanfaatkan
untuk membuat kompos dan makanan magot.
Dalam pengelolaan sampah
di TPST Randu Alas tentu saja memiliki kendala, salam satu kendala yang paling
umum adalah kurang nya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, pada awal di
bentuknya Lembaga swadaya masyarakat ini tentu saja telah di lakukan edukasi
untuk memilah sampah agar mempermudah dalam pengelolaan sampah, namun pada
kenyataan nya hal tersebut hanya bertahan selama 3 bulan saja, setelah itu
masyarat Kembali membuang sampah menjadi satu tanpa memilahnya dengan alasan
karena sudah membayar iuran jadi tidak perlu repot repot memilah sampah biar
pekerja TPST yang memilah nya. Hal ini yang membuat pengelolaan sampah menjadi lebih
sulit dan lama.
Dalam pengelolaan
sampah TPST Randu Alas menggunakan system 3R (Reduce, Reuse, & Recycle) atau
mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Penerapannya antara lain:
1. Reduce
(mengurangi)
TPST Randu Alas telah
melakukan edukasi terhadap warga sekitar, untuk mengurangi penggunaan sampah
terutama sampah plasti contoh nya dengan membawa kantong belanja sendiri,
dan melakukan pemilahan sampah sebelum di setor ke TPST, untuk
mempermudah pihak TPST mengolah sampah dan mempercepat prosesnya.
2. Reuse
(menggunakan kembali)
Penggunaan kembali
seperti pada sampah botol dan galon, akan disuplay kepada warga dan bisa
digunakan untuk menanam tanaman. Contoh lainnya adalah pembuatan kompos dari
sampah organik menjadi kompos padat, eco enzyme dan biokonversi yang
dapat digunakan kembali. Kompos padat dapat dijual ke masyarakat, bisa
digunakan untuk pupuk tanaman yang ada di TPST, serta kompos dapat disetorkan
kepada pemerintah daerah untuk pupuk tanaman di taman kota. Lalu eco
enzyme bisa digunakan untuk bakteri fermentasi, pupuk, dan disinfektan untuk
penghilang bau. Selanjutnya adalah pengelolaan sampah buah dan sampah sisa
makanan yang bisa dibuat menjadi biokonversi dan bisa dimanfaatkan sebagai
makanan magot. Karena di TPST Randu alas juga membudidayakan magot yang
nantinya bisa di gunakan sebagai pakan lele.
3. Recycle
(mendaur ulang)
Dengan mendaur ulang dan mengolah sampah
agar bisa menjadi barang yang bermanfaat
Pentingnya kesadaran masyarakat untuk
memilah sampah agar pengelolaan sampah lebih mudah dan efesien di lakukan oleh
pekerja di TPST. Karena mengelola sampah merupakan tanggung jawab semua orang
mengingat sampah juga di hasilkan oleh mereka.
0 komentar:
Posting Komentar