2.12.22

KUNJUNGAN MAHASISWA PSIKOLOGI KE TPS RANDU ALAS SEBAGAI KULIAH LAPANGAN KE 2

 



Di Susun Oleh :

Lisa Devita Saripi/ 21310410106

Kelas Reguler

Dosen pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

Psikologi

Fakultas psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Pada hari selasa tanggal 29 November 2022,  mahasiswa psikologi Angkatan 21 kelas karyawan dan regular  berkunjung ke TPS Randu Alas sebagai bentuk kuliah lapangan dari mata kuliah psikologi lingkungan. TPS Randu Alas ini terletak di Candi Karang, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 5558, TPS ini di buka mulai pukul 08.00-16.00 WIB mulai dari hari senin sampai dengan sabtu. Kunjungan kemarin kami sempat berbincang dengan pak kujono sebagai wakil pengurus TPS tersebut. Didalam perbincangan kami, pak kunjono menjelaskan begitu banyak tentang TPS Randu Alas ini, maka dari apa yang saya ketahui tentang TPS Randu Alas akan saya tuliskan melalui essay ini.

TPS Randu Alas adalah tempat pengolahan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat dan pembuatan pupuk kompos serta pengembangan maggot. Di TPS Randu Alas mereka mengelolah bahan anorganik seperti daun, rumput, dll. Adapun pengelolahan sampah organik seperti sampah rumah tangga akan di olah menjadi pakan maggot. Tidak hanya itu di TPS ini juga membuat Mol sendiri yang berfungsi untuk membantu mempercepat fermentasi dari daun menjadi kompos padat, kalau dipasaran seperti E4. Kandungan didalamnya menggunakan bakteri. Di dalam pengelolahannya TPS ini menggunakan SOP dalam 1 minggu akan dibalik, dalam 1 bulan akan matang dan membutuhkan waktu 10 hari untuk selesai. Serta kondisi kompos yang baik ada dalam keadaan lembab.

Di dalam TPS ini memiliki total enam karyawan/SDM dalam pengelolahannya yang  masih sangat minim hal ini dikarenkana mereka hanya bertahan selama 3 bulan saja serta tidak semua orang mau berkecimpung di dunia persampahan sehingga memerlukan usaha yang ekstra. Untuk karyawan yang bekerja. di TPS ini mendapatkan jaminan BPJS dari DLH setempat, pekerja juga mendapatkan gaji pokok 1,5 juta akan tetapi sesuai cara kerjanya dan seberapa berat pekerjaanya. untuk jam kerjanya akan di mulai pada pukul 08.00 pagi dilanjutkan dengan istirahat pada jam 12.00 dan dilanjutkan sampai jam 16.00 berhenti. Gaji yang di berikan kepada karyawan didapatkan dari iuran pelanggan yang mana diambil seminggu dua kali, dengan menarik restribusi untuk area pemanfaatan sekitar 30 ribu, TPS mengkriterikannya menjadi rumah tangga biasa (yang di isi oleh 5 penghuni), rumah tangga usaha (warung), dan tempat usaha (alfamart, indomaret, dll). Pengambilan sampah di tempat usaha lebih menguntungkan karena banyak sampah kering yang mana 90% masuk ke rongsokkan, kalau sampah rumahan 40% sampah organik. Adapun Hasil komposnya akan di beli warga sekitar atau dengan cara disetorkan ke DLH untuk dialokasikan sebagai pupuk taman-tama kota.

 Tempat ini sangat sangat terkenal di kalangan pelajar, TPS ini pernah dikunjungi oleh mahasiswa dari UII, UGM, IPB, ITB, Atma Jaya, dan Janabadra. Karena tempat ini menjadi tempat edukasi dan laboratorium. pernah juga sering ke smk untuk pendampingans sosialisasi mereka juga pernah ke sekolahan salah satunya pondok Miftahul Majjah dengan menerapkan 3R. pernah juga ke SMK untuk pendampingan. Tidak hanya itu TPS ini sering sebagai tempat KKN yang mana hasil dari KKN itu sendiri difungsikan menjadi tempat sosialisasi dalam memilah sampah yang baik. Adapun pendekatannya terhadap masyarakat sekitar mendapatkan pro kontra karena hal ini di dasari oleh tata letak yang berada di pedesaan sehingga masyarakat takut apabila terjadi penyebaran penyakit. Maka dari itu Langkah yang tepat dari TPS ini adalah mensosialisasikan sampah mana saja yang masuk dalam sistem 3r dan untuk menghilangkan bau mereka menggunakan ecoenzym, ecolindy yang terbuat dari bahan lindi sampah. Awal ide ini berasal dari sunah rasul yang mengatakan bahwa sebelah sayap lalat mampu menjadi racun dan sebelahnya mamu menetralkan racun. Serta ada ide untuk mengatasinya menggunakan katalis yang masih dirahasiakan bahannya. Hal berat yang dirasakan TPS  dalam bersosialisasi oleh warga adalah merubah pola pikir. Warga masih kurang keterlibatan dalam pengelolahan sampah karena masih ada kendala dengan menggunakan tokoh masyarakta dan menggunakan anak muda untuk budidaya lele, maggot dan ternak lainnya.



0 komentar:

Posting Komentar