4.12.22

Kunjungan Kuliah Lapangan di TPS Randu Alas Kaliurang

 

Laporan Kuliah Lapangan Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA

Disusun Oleh : Ahmat Ramadanil

NIM : 21310410077

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Berbagai macam aktivitas manusia untuk mensejahteraan hidupnya dengan cara memproduksi barang-barang bekas dari sumberdaya alam yang menghasilkan sesuatu yang berharga dan dapat dikonsumsi dengan baik. Bahan-bahan yang dibuang ini lebih dikenal dengan istilah waste (limbah) yang dalam wujudnya berbentuk padat, cair dan gas (Saraswati, 2001). Ilmu kesehatan lingkungan telah memberikan bahasan/pengertian tentang sampah, Sebagai contoh misalnya sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang dan pada umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), akan tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk di dalamnya). Pusat Pendidikan Nasional Kesehatan RI (1987) juga berpendapat bahwa sampah adalah benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang, yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (tidak termasuk buangan yang bersifat biologis).

Dalam tugas lapangan kali ini kami mengunjungi salah satu Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang terletak di salah satu jalan Kaliurang Yogyakarta. Disana kami langsung dijelaskan tentang cara mengolah sampah dengan baik dan benar. Pak Joko adalah pemandu atau pembawa materi dari TPS yang kami kunjungi. Disini beliau akan menerangkan atau menceritakan tentang tempat pengolahan sampah, sebab di Indonesia ini sudah menjadi masalah yang besar terutama di daerah kerja mengenai problematika sampah.

TPS Randu Alas awalnya adalah tempat pembuangan sampah liar. Warga kampung merasa prihatin akan tumpukan sampah tersebut, untuk menghindari permasalahan itu maka warga kampung Randu Alas mengajukan ke dinas lingkungan hidup untuk dibuatkan tempat pengolahan sampah dan mendapatkan bantuan pada tahun 2015 dan berhasil berjalan lancar pada tahun 2016.

Sampahnya ini ditampilkan karena pada garis besarnya sampah ini ada dua jenisnya, yang pertama sampah anorganik dan yang kedua sampah organik. Sampah anorganik adalah sampah yang buatan pabrik yang biasa di olah kembali seperti kertas, plastik, dan logam. Sedangkan sampah organik adalah sampah daun kering dan sisa makanan. Untuk sampah anorganik nantinya akan dikumpulkan dan di ambil oleh pihak yang berwajib dan akan disetor ke pabrik daur ulang, Sebab di TPS ini Pak Joko menggunakan sistem 3R (reduce, reduce dan recycle). Dalam pembuatan kompos tersebut Pak Joko menggunakan tiga sistem yang biasa dikenal dengan teknik indro, takakura dan takaprungga. Tujuan dari ketiga sistem tersebut adalah untuk memecahkan gas metan dari kompos itu sendiri. Sedangkan masa untuk pembentukan kompos kurang lebih dari 40 hari. Dalam memfermentasikan kompos, Pak Joko menggunakan bakteri yang dapat membantu untuk penguraian dan mempercepat pembusukan.

Untuk sampah yang jenisnya anorganik belum bisa ditangani adalah limbah B3. B3 adalah limbah khusus yang belum bisa ditangai dan juga dari pihak LH belum ada respon khusus dalam penanganan yang berkelanjutan. Berbagai contoh limbah B3 misalnya seperti baterai bekas, lampu rusak, pempes, softek, dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang saya dapatkan, bahwa pengelolaan sampah di TPA tersebut sudah sangat cukup baik. Pengomposan yang dilakukan dengan tiga sistem itu berjalan dengan baik pula.

 

Daftar Pustaka

Winahyu, D., Hartoyo, S., & Syaukat, Y. (2013). Strategi pengelolaan sampah pada tempat pembuangan akhir Bantargebang, Bekasi. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, 5(2).

Harjanti, I. M., & Anggraini, P. (2020). Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (tpa) jatibarang, kota semarang. Jurnal Planologi, 17(2), 185-197.

0 komentar:

Posting Komentar