4.12.22

KULIAH LAPANGAN KUNJUNGAN KE TPST 3R RANDU ALAS

 

KULIAH LAPANGAN KUNJUNGAN KE TPST RANDU ALAS 

Essay Laporan Psikologi Lingkungan

Tiyas Wulandari (21310410108)

Dosen: Dr. Dra. Arundati Shinta

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


Pada hari Senin, tanggal 28 November 2022, mahasiswa psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta telah melakukan kuliah lapangan di TPST 3R Randu Alas. TPST tersebut beralamatkan di dusun Candikarang Rt.03 Rw.09, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman. Berdasarkan kunjungan tersebut saya dapat melaporkan hal sebagai berikut

Di Indonesia sampah menjadi masalah yang besar terutama di daerah Yogyakarta. Hal tersebut  terjadi karena kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah masih sangat rendah. Semakin bertambahnya jumlah sampah, TPA yang ada di Yogyakarta dinilai sudah over capacity karena TPA di 5 kabupaten/kota menjadi satu di TPA Piyungan ,sehingga memunculkan masalah di seluruh wilayah di Yogyakarta seperti sampah yang menumpuk di pinggir jalan. Dalam mengatasi masalah ini pemerintah membuat sebuah kebijakan yaitu dengan membentuk suatu TPST.

TPST dapat diartikan sebagai tempat pengolahan sampah terpadu, jadi sampah yang dihasilkan dari perilaku manusia tidak cuma cuma dibuang, akan tapi diolah. Seperti halnya TPST 3R Randu Alas, yang dikelola oleh KSM (kelompok suadaya masyarakat) dengan tujuan untuk mengatasi persoalan sampah. TPST bukan hanya menjadi harapan untuk mengelola sampah tetapi juga mengedukasi masyarakat di beberapa wilayah. Sampah yang dihasilkan harus dikelola karena jika tidak dikelola sampah akan menjadi bencana.

Keseharian TPST Randu Alas adalah mengambil sampah sampah warga 5x dalam seminggu kemudian sampah yang diambil dipilah menjadi dua kategori yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik merupakan sampah buatan pabrik yang bisa diolah kembali seperti kertas, plastik, logam dll. Sedangkan sampah organik merupakan sampah seperti daun dan sisa makanan. Setelah dipilah kemudian sampah anorganik yang bisa diolah kembali akan diambil okeh juragan rosok untuk disetor ke pabrik daur ulang.

Di TPST Randu Alas pengelola menggunakan sistem 3 r (reduce reuse recycle) yaitu tiga pendekatan dasar untuk pengelolaan sampah yang bertanggung jawab yakni dengan mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Contoh dari penerapan sistem ini adalah menggunakan botol bekas untuk pot taman dan mengelola kompos padat. Dalam pembuatan kompos padat terdapat 3 teknik yaitu teknik windraw, takakura, dan bata berongga. 3 teknik tersebut bertujuan untuk memecah gas metan yang terbentuk sehingga tidak akan mencemari linguangan.

Pembuatan kompos (fragmentasi kompos) membutuhkan waktu 40 hari dengan menggunakan bantuan bakteri agar lebih cepat membusuk. Contoh bakteri yang ada di pasaran seperti EM4 akan tetapi TPS memiliki produk bakteri sendiri yaitu mol, Eco-eynzme, POC, dan ekolindi. Bakteri tersebut merupakan inovasi dari TPST untuk memfermentasi kompos. Dengan membuat bakteri sendiri dinilai lebih murah dibanding membeli di pasaran.

1. Bakteri mol: dari bahan utama yaitu ragi tempe, ragi tape, terasi, molase dan bakteri. Kelima bahan tersebut dilarutkan dan didiamkan selama 20 hari. Fungsi dari bakteri ini adalah untuk membuat pupuk kompos.

2. Eco-eynzme: memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai bakteri fermantasi, pupuk, desinfektan, maupun penghilang bau. Takaran pembuatan eco enzyme adalah 1(molasenya): 3 (buah): 10 (air), dengan masa fremantasi selama 3 bulan baru bisa dipanen.

3. POC (Pupuk Organik Cair): merupakan campuran buah busuk yang difermentasi dalam wadah, kemudian diambil cairannya saja dan ampasnya dijadikan pupuk organik padat.

Pada saat ini ada beberapa sampah anorganik yang belum bisa diolah pihak TPST, yaitu sampah B3. Sampah B3 seperti lampu bohlam, lampu tl, baterai, pempers, dan pembalut seharusnya ditangani secara khusus namun dari pihak LH (Lingukungan Hidup) belum ada tindakan terkait pengatasan limbah B3. Dengan demikian, kami harap untuk para akademisi membuat inovasi menegenai bagaimana cara mengatasi hal yang belum bisa terkelola dengan baik di TPST.

Selain itu, TPST Randu Alas juga mengelola budidaya maggot. Dalam budidaya tersebut sampah organik sisa-sisa makanan yang didapat dari warung makan di sekitar TPST digunakan sebagai pakan maggot. Sampah dari sisa makanan jika tidak segera dikelola maka akan membentuk amoniak dan menimbulkan bau yang sangat menyengat dan menjadi masalah baru. Hasil dari budidaya maggot tersebut bisa dijadikan pelet, untuk pakan ternak lele, untuk pakan unggas, dan maggot kering dikemas untuk dititipkan ke toko pakan.

Ketika sampah yang dihasilkan mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka sampah yang dihasilkan tersebut bisa menjadi berkah. Akan tetapi, jika sampah tersebut tidak terkelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang luar biasa, bahkan bia mengakibatkan bencana. Dengan demikian, sampah adalah masalah yang serius dan menjadi tanggung jawab kita semua sebagai manusia penduduk bumi. Dan sebagai generasi muda PR kita adalah harus bisa berinovasi terkait pengelolaan dan memanfaatan sampah yang ada saat ini.

 


0 komentar:

Posting Komentar