KULIAH
LAPANGAN Ke TPS Randu Alas
Oleh:
MARIA EVENTIA CLAUDIA
PONOMBAN
21310420021
Tugas Mata kuliah
Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu Ibu Dr.
Arundati Shinta, MA
Program Studi Psikologi
Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta
Latar Belakang
Kunjungan
Permasalahan mengenai
sampah tidak pernah habis untuk kita bahas, karena sampah belum menjadi masalah
utama bagi setiap warga masyarakat. Sampah belum sepenuhnya menjadi tanggung
jawab tiap orang yang menghasilkan sampah tersebut. Sampah rumah tangga merupakan
sampah utama yang seharusnya dikelolah agar nantinya memudahkan para pengolah
sampah untuk mendaur sampah-sampah yang telah dikumpulkan oleh petugas
kebersihan untuk kemudian di pilah di tempat pengolahan sampah. Kebiasaan-kebiasaan
baik dan mudah untuk dilakukan memang sulit untuk sepenuhnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pentingnya adanya kuliah psikologi lingkungan
untuk melihat kembali permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar
kita.
Tujuan Kunjungan
Kunjungan ini bertujuan agar mahasiswa memperoleh pengetahuan yang
mendalam mengenai TPS dan juga mahasiswa bisa mendapat pengalaman langsung
untuk mengetahui proses pengolahan sampah sehingga nantinya sebagai mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah ini bisa menjadi pelopor untuk peduli terhadap
permasalahan limbah sampah.
Waktu dan Lokasi Kunjungan
Kunjungan diadakan di TPS Randu Alas, pada
hari senin, 28 November 2022. Acara dimulai pukul 10:00 dan diikuti para
mahasiswa yang mengambil kelas psikologi lingkungan.
Hasil Kunjungan ke-TPS
Randu Alas
TPS ini berawal dari tempat
pembuangan sampah liar kemudian di ajukan untuk dijadikan tempat pengolahan
sampah bagi masyarakat sekitar. Saat ini TPS Randu Alas mampu mengolah sampah
yang diperoleh dari kurang lebih 400 keluarga. Selama berdirinya, TPS ini menggunakan
system 3R dalam mengolah sampah yang telah terkumpulkan. Sistem 3R yaitu
reduce, reuse dan recycle merupakan system yang dirasa paling mudah dan
prosesnya cepat dalam mengolah sampah.
Dalam
pengolahan sampah, sampah masyarakat diambil setiap hari namun dibagi per
wilayah. Dalam seminggu hanya dua kali di lakukan pengangkatan sampah ditiap
wilayah cakupan TPS tersebut. Sampah yang telah diangkut dan dikumpulkan di
olah dan dikategorigan berdasarkan system 3R. Jadi pada TPS tersebut telah
dibuatkan sekat-sekat untuk memudahkan para petugas mengurai sampah dari
masyarakat, seperti sampah organic dipisahkan dengan sampah anorganik.
Untuk
sampah organic yang merupakan sisa makanan atau buah-buahan yang nantinya akan
diolah menjadi kompos, ecoenzym, diolah dan dijadikan pellet atau makanan
ternak. Untuk pengolahan kompos dan ecoenzym hampir sama Langkah-langkahnya
dengan apa yang sudah saya dapatkan pada kuliah lapangan sebelumnya. Hasil dari
pengolahan tidak hanya di gunakan oleh TPS melainkan di setor pada dinas
setempat, toko-toko bahkan dibagi-bagikan ke masyarakat. Pada pengolahan sampah
organic yang menarik perhatian saya ada pada budidaya maggot dimana membuat saya
merasa salut kepada para pekerja disana yang mau mengolah itu semua, karena
bagi saya hal itu sesuatu yang sulit untuk saya geluti karena berhadapan dengan
bau dan binatang yang ada disana seperti belatung, larva, lalat dan sebagainya.
Tetapi walaupun saya berada cukup lama di TPS tersebut bau sampah tidak terasa
menyengat karena hasil pengolahan sampahnya dijadikan disinfektan yang di
gunakan diarea TPS.
Untuk
pengolahan sampah anorganik biasanya diberikan kembali pada pengepul-pengepul plastic,
kertas dan lain sebagainya. Biasanya juga untuk galon-galon bekas dikumpulkan
dan di bagikan kepada warga untuk wadah tanaman. Sampah anorganik ternyata
tidak sepenuhnya bisa diolah dan tidak ada pengepul yang ingin mengambilnya. Sehingga
sampah tersebut dibawa ke TPA di Piyungan.
TPS
Randu Alas memiliki pekerja dengan yang digaji dengan ketentuan gaji pokok dan
juga bonus serta memperoleh BPJS. Walaupun tenaga kerja di TPS ini tidak
terlalu banyak tetapi mereka mampu mengolah sampah masyarakat. Walaupun prosesnya
jadi lama karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam memisahkan sampah organic
dan anorganik. Masyarakat walaupun sudah diberikan penyuluhan tetapi tidak
bertahan lama mereka Kembali menggabungkan sampah mereka. Hal tersebut membuat
saya termenung karena sering kali saya melakukan hal yang sama seperti
masyarakat tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar