KULIAH LAPANGAN DI TPST RANDU ALAS
Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A
Oleh: Alfiantika Prastiwi (21310410094)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta 2022/2023
Pada tanggal 28 November 2022 mahasiswa
Psikologi Universitas Proklamasi 45 melaksanakan kunjungan di salah satu TPST
yang ada di Sleman. Kuliah Lapangan dilakukan di TPST (Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu) Randu Alas yang beralamat di Candi Karang, Sardonoharjo, Kec.Nganglik,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. TPST tidak hanya untuk menampung
sampah tetapi TPST tersebut menggunakan metode 3R. Awalnya TPST ini merupakan pembuangan sampah
liar. Akhirnya masyarakat berinisiatif mengajukan ke Dinas Lingkungan Hidup
bahwa masyarakat membutuhkan TPST untuk mengurangi sampah yang ada di
lingkungan masyarakat. Akhirnya dinas lingkungan hidup memberikan bantuan untuk
pembuatan TPST pada tahun 2015 dan launcing pada tahun 2016 pada bulan
Februari. Tempat ini memiliki SDM sebesar enam orang. Tidak semua orang mau
bekerja dalam hal ini. Penarikan iuran dilakukan pada tiga kriteria, yaitu
rumah tangga biasa, ruang usaha, dan ruang usaha. Tenagan kerja mendaptkan gaji
minimal 1,5 juta dan ada jaminan BPJS. TPST ini sebelumnya menampung kapasitas
200 kepala keluarga, tetapi sekarang
sudah mencapai 350 kepala keluarga. TPST ini dikelola oleh KSM (Kelompok
Swadaya Masyarakat) yang memiliki kepedulian tinggi tentang sampah.
Pemilihan sampah dibedakan menjadi dua,
yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik yaitu sampah yang
kebanyakan buatan pabrik, seperti kertas, plastik, logam. Sedangkan organik
seperti daun, dan sisa makanan. Sampah anorganik setelah dipilih akan diambil oleh
juragan rosok dan di serahkan ke pabrik. Sedangkan sampah organik di manfaatkan
untuk membuat kompos dan makanan magot. Pembuatan kompos organik dibagi menjadi
dua, yaitu kompos cair dan padat. Pembuatan kompos padat menggunakan tiga
metode, yaitu takakura, lindor, bata berongga. Tujuannya untuk memecahkan gas
metan pada sampah. Masa fermentasi sekitar 40 hari menggunakan tambahan
bakteri, agar cepat mengurai.
Bakteri itu dibuat dari produk sendiri
seperti, MOL, Ecoenzim, POC, Ekolindi. Pembuatan bakteri MOL menggunakan ragi
tempe, ragi tahu, trasi, molase, bakteri yakult. Masa pembuatan itu sekiatr 20
hari setelah semua bahan dicampurkan. Fungsi dari MOL itu sendiri untuk proses
fermentasi daun agar lebih cepat mengurai dan menjadi pupuk kompos padat. Adapun
fungsi dari ecoenzim yaitu sebagai pupuk, desinfektan, dan bakteri fermentasi.
Bahan yang bagus untuk pembuatan ecoenzim dari sisa-sisa buah dengan takaran
satu tiga sepuluh. (Satu molase, tiga buah, sepuluh air). Dari pembuatan tadi
buah akan dicampur dengan bahan yang lain dan di letakkan di suatu wadah yang
berukuran besar, dan selalu di aduk. Hasilnya tadi bisa digunakan untuk pupuk
cair dari hasil airnya dan ampasnya sebagai pupuk padat. Keduannya memiliki
manfaat yang sama untuk penyuburan. Biokonfersi tadi untuk memberi makan magot.
Dan terdapat pembuatan magot sendiri dari sisa makanan tadi. Hasil magot tadi
bisa digunakan untuk makanan ternak dan dijual. Pembuatan magot menggunakan
lalat khusus yaitu BSF (Black Soldier Fly), karena lalat akan mati dalam 40
hari. Memang sampah menjadi pro kontar ada dampak positif dan negatifnya. Hal
itu tergantung bagaimana cara kita dalam mengelola atau menangani permasalahan
sampah ini. Awalnya sampah-sampah yang disetorkan di TPST ini dipilih dari
sumbernya agar tidak terlalu memberatkan tenaga kerja, tetapi hal ini hanya
berjalan sekitar tiga bulan. Masyarakat berfikir kalau mereka sudah bayar
makanya mereka mengabungkan sampah menjadi satu (sampah kering dan basah). Bisa
dilihat bahwa kepedulian sampah itu datang dari dirinya sendiri, seberapa dia
sadar akan pentingnya pengolahan sampah yang tidak akan membahayakan lingkungan
sekitar.
0 komentar:
Posting Komentar