1.12.22

KULIAH LAPANGAN DI TPST RANDU ALAS

 

KULIAH LAPANGAN DI TPST RANDU ALAS

Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Oleh: Alfiantika Prastiwi (21310410094)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta 2022/2023



Pada tanggal 28 November 2022 mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45 melaksanakan kunjungan di salah satu TPST yang ada di Sleman. Kuliah Lapangan dilakukan di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Randu Alas yang beralamat di Candi Karang, Sardonoharjo, Kec.Nganglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. TPST tidak hanya untuk menampung sampah tetapi TPST tersebut menggunakan metode 3R.  Awalnya TPST ini merupakan pembuangan sampah liar. Akhirnya masyarakat berinisiatif mengajukan ke Dinas Lingkungan Hidup bahwa masyarakat membutuhkan TPST untuk mengurangi sampah yang ada di lingkungan masyarakat. Akhirnya dinas lingkungan hidup memberikan bantuan untuk pembuatan TPST pada tahun 2015 dan launcing pada tahun 2016 pada bulan Februari. Tempat ini memiliki SDM sebesar enam orang. Tidak semua orang mau bekerja dalam hal ini. Penarikan iuran dilakukan pada tiga kriteria, yaitu rumah tangga biasa, ruang usaha, dan ruang usaha. Tenagan kerja mendaptkan gaji minimal 1,5 juta dan ada jaminan BPJS. TPST ini sebelumnya menampung kapasitas 200 kepala keluarga, tetapi sekarang  sudah mencapai 350 kepala keluarga. TPST ini dikelola oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang memiliki kepedulian tinggi tentang sampah.

Pemilihan sampah dibedakan menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik yaitu sampah yang kebanyakan buatan pabrik, seperti kertas, plastik, logam. Sedangkan organik seperti daun, dan sisa makanan. Sampah anorganik setelah dipilih akan diambil oleh juragan rosok dan di serahkan ke pabrik. Sedangkan sampah organik di manfaatkan untuk membuat kompos dan makanan magot. Pembuatan kompos organik dibagi menjadi dua, yaitu kompos cair dan padat. Pembuatan kompos padat menggunakan tiga metode, yaitu takakura, lindor, bata berongga. Tujuannya untuk memecahkan gas metan pada sampah. Masa fermentasi sekitar 40 hari menggunakan tambahan bakteri, agar cepat mengurai.


Bakteri itu dibuat dari produk sendiri seperti, MOL, Ecoenzim, POC, Ekolindi. Pembuatan bakteri MOL menggunakan ragi tempe, ragi tahu, trasi, molase, bakteri yakult. Masa pembuatan itu sekiatr 20 hari setelah semua bahan dicampurkan. Fungsi dari MOL itu sendiri untuk proses fermentasi daun agar lebih cepat mengurai dan menjadi pupuk kompos padat. Adapun fungsi dari ecoenzim yaitu sebagai pupuk, desinfektan, dan bakteri fermentasi. Bahan yang bagus untuk pembuatan ecoenzim dari sisa-sisa buah dengan takaran satu tiga sepuluh. (Satu molase, tiga buah, sepuluh air). Dari pembuatan tadi buah akan dicampur dengan bahan yang lain dan di letakkan di suatu wadah yang berukuran besar, dan selalu di aduk. Hasilnya tadi bisa digunakan untuk pupuk cair dari hasil airnya dan ampasnya sebagai pupuk padat. Keduannya memiliki manfaat yang sama untuk penyuburan. Biokonfersi tadi untuk memberi makan magot. Dan terdapat pembuatan magot sendiri dari sisa makanan tadi. Hasil magot tadi bisa digunakan untuk makanan ternak dan dijual. Pembuatan magot menggunakan lalat khusus yaitu BSF (Black Soldier Fly), karena lalat akan mati dalam 40 hari. Memang sampah menjadi pro kontar ada dampak positif dan negatifnya. Hal itu tergantung bagaimana cara kita dalam mengelola atau menangani permasalahan sampah ini. Awalnya sampah-sampah yang disetorkan di TPST ini dipilih dari sumbernya agar tidak terlalu memberatkan tenaga kerja, tetapi hal ini hanya berjalan sekitar tiga bulan. Masyarakat berfikir kalau mereka sudah bayar makanya mereka mengabungkan sampah menjadi satu (sampah kering dan basah). Bisa dilihat bahwa kepedulian sampah itu datang dari dirinya sendiri, seberapa dia sadar akan pentingnya pengolahan sampah yang tidak akan membahayakan lingkungan sekitar.

0 komentar:

Posting Komentar