Nama : Khanifatu Zahro
Nim : 21310410053
Kelas : Psikologi SP
Dosen pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
TPS Randu Alas yang berada di Candi Karang,
Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 mengajukan permohonan kepada
dinas LH dan mulai beroperasi pada bulan 16 Februari 2016 dan mendapat sarana
dan prasarana dari pemerintah untuk mengelola sampah di RW 9 pada saat itu. Sampah
menjadi masalah utama di Yogyakarta, karena banyak TPS yang tutup karena
masalah pembuangan yang ada di warga sekitar. Maka pemerintah berharap masalah
sampah bisa ditangani melalui TPS. Sampah bagi sebagian orang merupakan masalah
tapi bagi TPS merupakan berkah. Tapi tidak semua sampah bisa dikelola secara
tuntas karena banyak residu yang belum bisa di kelola otleh TPS Randu Alas.
Awal berjalannya TPS Randu Alas hanya ada 30
pelanggan karena untuk mengubah pola pikir warga itu susah. Dan mulai
berkembang menjadi 350 pelanggan yang diambil seminggu 2 kali dengan penentuan
zona berdasar hari. Dan sekarang TPS sudah mengelola 5 dukuh dengan sistem 3R
yaitu “Reduce, Reuse, Recycle” merupakan maksud penanganan sampah yang terdiri
dari tiga unsur yaitu, “Mengurangi”, “Menggunakan ulang” dan “Mendaur ulang”
sampah.
Di TPS Randu Alah sampah di pilah menjadi 2
bagian yaitu sampah anorganik nanti dipilah sesuai bahan dan disetorkan untuk
daur ulang, yang organik di olah menjadi kompos, eco enzim, dan poc ( pupuk
organik cair). Dan ada beberapa jenis sampah yamg tidak bisa TPS manfaatkan
seperti sampah d3 (pempers,baterai,lampu dll). Residu sampah yang tidak bisa
digunakan akan dipisahkan dan nanti akan dibuang ke TPA.
TPS
bisa mengurai sekitar 50 % sampah sebelum masuk ke TPA. Selain di sampah TPS
juga mempunyai masalah di SDM, karena banyak yang tidak tertarik dengan kerjaan
dan gajinya kurang dari UMR. Dan jika ada SDM yang sakit tidak ada yang bisa
menganti. Di TPS juga setiap SDM mempunyai jaminan kesehatan yang sudah
terdaftar.
Untuk pengolahan kompos biasa menggunakan mol,
eco enzim, dan eco lidi ( hasil karya mahasiswa UGM yang masih dirahasiakan produk
ini untuk mengurangi bau sampah). Pengompasan menggunakan sistem windrow ( orator
bambu) untuk memecahkan gas metan yang terurai. Dan pembuatan kompos ini
memakan waktu sekitar 1 bulanan. Dan untuk sampah buah akan di fragmentasikan untuk
membuat poc. Proses fragmentasi menggunakan alat sederhana yaitu dengan tong
yang ada saluran pembuangan di bawahnya.
Dan yang menjadi masalah di tps sisa makanan
dan sisa sayuran yang mudah busuk dan tidak ditangani dengan cepat akan menimbulkan
bau, maka TPS membuat inovasi dengan cara sampah organik yang mudah membusuk di
jadikan pakan untuk magot. Karena magot mengandung sumber protein yang tinggi. Magor
bisa untuk banyak hal contohnya pakan ayam, burung, dan campuran untuk pelet.
Untuk pakan burung biasanya magot di keringkan dan dikemasi dan dijual hingga
daya tahannya lama sampai 1 tahun.
Untuk mengembangbiakkan
magot membutuhkan tempat yang tertutup agar tidak ada tikus atau burung yang
akan memangsa magotnya. Pengembangbiakan magot itu dari lalat Black Soldier Fly
( BSF ) yang diletakkan di tempat yang tertutup dengan jaring. Dan memberikan
minum , sehingga bertelur di tempat yang telah di sediakan ( kayu ) dan nantinya
akan dipindah di tempat lain. Lalat BSF setelah bertelur akan mati. Dan setelah
5 hari telur itu akan menetas. Kalau sudah membesar makan akan ditempatkan di tempat
yang berbeda. Dan juga siap untuk menjadi pupa maka mereka akan memisahkan diri.
Jika sudah memisahkan diri pupa akan dipindahkan ke tempat gelap yang menyatu dengan
kandang BSF untuk mencari cahaya.
Umur magot dari telur menjadi pupa
membutuhkan waktu singkat yaitu 40 hari. Dan penjualan magot bisa berupa telur,
pupa dan magot. Magot yang siap panen itu berumur sekitar 15 hari agar keadaan
protein yang dikandung sedang bagus bagusnya. Jika lebih dari itu kualitasnya
akan menurun dan kulit magot akan mengeras. Dan sisa pupa ( cangkang ) bisa dicampurkan
sebagai tambahan pembuatan pelet/ makanan ikan karena mengandung prebiotik.
Makanan yang diberikan juga tidak susah yang
penting sampah organik dan sisa makanan bahkan bangkai yang baru mati. Jika diberi
buah maka bagian kulit ( pisang ) dan biji tidak akan dimakan jika dikasih
bangkai ayam hanya akan tersisa tulang. Magot bisa di sebut sebagai hewan yang
serakah masalah makanan mereka akan cepat dalam menghabiskan makanan dalam porsi
besar. TPS Randu Alas memanfaatkan kotoran dari ayam organik yang
dikembangbiakkan menjadi makanan magot. Untuk kotoran sisa makanan magot gampang
untuk membersihkannya karena magot akan berkumpul serta bersembunyi dan gampang
dalam memisahkan kotoran sisa makananya dengan magotnya. Sekian essay kuliah lapangan ke 2 saya , terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar