WANITA SEBAGAI PELOPOR
PENGELOLAAN SAMPAH
Dosen Pengampu: Arundati Shinta
Di Susun Oleh: Ari Kurniawan
NIM: 21310410044
Secara etimologis istilah wanita
sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, vanita yang memiliki arti
"yang diinginkan". Menurut Murad (dalam Ibrahim, 2005), mengatakan
bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang
merupakan dorongan intinkif yang berhubungan erat dengan sejumlah kebutuhan
organik dan fisiologis.ia sangat melindungi dan menyayangi anak-anaknya
terutama yang masih kecil. Dalam kehidupan sekarang ini wanita sangat besar
perannya pada setiap aspek kehidupan. Wanita dalam kehidupan sehari-hari
melaksanakan berbagai tugas sesuai peran dan tanggung jawab mereka seperti
mengurus anak, melayani suami, dan membersihkan sampah yang ada di rumahnya.
Mungkin hal itu terasa sangat sepele
namun dampak apa yang dilakukan wanita saat mengelola sampah yang ada di rumah
ataupun di lingkungan sekitarnya akan membawa manfaat yang sangat besar. Dampak
pengelolaan sampah yang paling mencolok adalah terciptanya kebersihan lingkungan.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok. Beberapa contohnya adalah seperti
pembuatan pupuk kompos, pembuatan kerajinan plastik sampah, pembuatan eco enzim
dan sebagainya.
Pada zaman seperti sekarang ini
banyak wanita yang terjun dalam pengelolaan sampah secara langsung rata-rata
mereka lebih merasa terpanggil untuk melakukan pengelolaan sampah. Dengan tekad
yang kuat mereka tidak merasa jijik, tidak takut bau ataupun merasa gengsi
dalam melaksanakan profesinya sebagai tukang pengelolan sampah. Bagi mereka
pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan yang mulia karena selain dapat menghasilkan
uang untuk keluarga, mereka juga ikut berkontribusi dalam pengelolaan sampah di
daerahnya. Mereka meyakini apa yang mereka lakukan saat ini mungkin hasilnya
belum dapat mereka nikmati secara langsung namun begitu kelak di masa yang akan
datang anak cucu merekalah yang akan menikmati hasil jerih payah mereka.
Wanita saat ini tidak hanya semata-mata
menjadi pelopor tapi mereka juga menjadi role model bagi anak-anak
mereka, keluarga dan lingkungan sekitarnya dalam mempelopori usaha pengelolaan
sampah di daerahnya. Secara tidak langsung wanita telah berhasil mengedukasi dan
menumbuhkan jiwa kepedulian terhadap lingkungannya. Di beberapa tempat seperti
saat saya melakukan observasi dan wawancara di TPA Kalipancur, Purbalingga,
Jawa Tengah. Di sana saya melihat hampir 90% pekerja pengelolaan sampah adalah wanita,
hal ini menunjukkan bahwasanya wanita memang lebih dominan dalam menjadi leader
pengelolaan sampah. Tak berbeda jauh dengan hal di atas saya juga menjumpai ibu
di daerah Minggir, Sleman yang sedang melakukan pembersihan got atau saluran
air di masyarakat. Mereka berpendapat dengan memungut sampah yang ada di got
dan mendaur ulangnya akan mengurangi pencemaran di lingkungan mereka. Selain
itu ada juga seorang ibu di daerah Godean, Sleman yang memanfaatkan daun mangga
untuk dijadikan kompos, selain lebih hemat hal tersebut juga sebagai bentuk
upaya menjaga ekosistem lingkungan agar tetap terjaga.
Mungkin secara naluri wanita memang
lebih peka karena mereka terbiasa menjaga anak-anak mereka di rumah sehingga kepekaan
mereka tersebut terbawa dalam menjaga lingkungan khususnya dengan cara
melakukan pengelolaan sampah. Kepekaan-kepakaan seperti inilah yang harus terus
ditumbuh kembangkan diberbagai lapisan sosial di masyarakat agar tercipta
kesadaran pada masyarakat dalam pengelolaan sampah secara baik dan benar
sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan ikut mensukseskan
program pemerintah dalam menjaga lingkungan.
Keterangan:
1. Foto pertama
Jenis kegiatan: Wanita yang hidup di kubangan sampah
Hari / tanggal: Selasa, 8 November 2022
Pukul: 11.30-12.00 wib
Lokasi: TPA Kalipancur, Bantarbarang, Rembang,
Purbalingga, Jawa Tengah.
2. Foto kedua
Jenis kegiatan:
Pembersihan sampah di saluran got ke rumah warga
Hari / tanggal: Senin, 7 November 2022
Pukul: 15.00-16.00 wib
Lokasi: Daratan III, Sendangarum, Minggir, Sleman
Yogyakarta.
3. Foto ketiga
Jenis kegiatan: Pembuatan kompos memanfaatkan daun mangga.
Hari / tanggal: Selasa, 8 November 2022
Pukul: 17.00-17.30 wib
Lokasi: Sangonan, Sidorejo, Godean, Sleman,
Yogyakarta.
Sumber referensi:
https://www.google.com/urlq=https://www.researchgate.net/publication/343853480_ANALISIS_PERAN_PEREMPUAN_DALAM_PENGELOLAAN_SAMPAH_RUMAH_TANGGA_STUDI_PADA_MASYARAKAT_KOTA_BATU&sa=U&ved=2ahUKEwiyne3TyZ_7AhX0juYKHdm5CHsQFnoECAAQAg&usg=AOvVaw1ikTGoisg10lS0w-Dqajo2
0 komentar:
Posting Komentar