9.11.22

SUDUT PANDANG PERANAN PEREMPUAN DALAM MENGOLAH SAMPAH; DIPANDANG RENDAH?






ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER

DOSEN PENGAMPU

Dra. ARUNDATI SHINTA, M.A


OLEH

ARNOLDINA LEKI 21310410050


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2022


Mengamati butiran seni kehidupan banyak peristiwa jauh mengalir di belakang. Bagaimana sebuah inspirasi lahir dari perut-perut kelaparan,  menjadikannya hal tak kasat yang memberi sedikit janji kehidupan bagi mereka yang latah menyeret langkah di lorong jalanan. Hal yang tampaknya tidak bernilai membawa perubahan bagi pundak-pundak yang meringkuk lemah di bawah terik demi meraih sisa-sisa sampah.

Peradaban kian melahirkan inspirasi dari yang enggan dilirik menjadi bongkahan bernilai hingga terus dikembangkan, seperti halnya sampah. Sebuah material sisa yang sekiranya tidak lagi diinginkan yang nyata luas dipandang begitu. Sebagai pedoman, sampah merupakan suatu bahan terbuang atau sengaja dibuang karena fungsi dan kegunaannya sudah tidak lagi melekat. "Toh, hanya sebuah sampah untuk apa repot-repot!" Tunggu dulu! setelah mengetahui dampak dari perilaku tidak bertanggung terhadap sampah sekiranya tidak terucap kata-kata seperti itu di antara penduduk bumi ini! Merusak pemandangan sekitar bukan hanya satu-satunya dampak buruk yang terjadi, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya penyakit, hingga terjadinya banjir dari level rendah hingga yang tertinggi merupakan fakta dari dampak yang dijumpai. Bergeser dari sana sampah kian menjadi masalah yang sukar menemui proses peneyelesaian. 

Banyak tangan terulur membantu namun beberapa individu memang diciptakan untuk memandang rendah orang lain yang mau mengolah sampah sebagai bentuk campur tangan tidak bernilai mereka. Lalu apa hal itu patut didengar? Tidak masalah, menunduk sebentar untuk memungut sebongkah sampah tidak menurunkan nilai diri kita, selama hal itu positif dan membawa perubahan ke arah yang baik maka satu langkah mereka adalah sepuluh langkah diri kita yang jauh di depan mereka.

Pada 3 ilustrasi di atas tampak 3 orang perempuan berada dalam situasi berbeda yang mana dalam potret pertama tampak situasi pengolahan sampah, dan yang kedua pencarian sampah. Dari sana muncul persepsi-persepsi dangkal yang mana perempuan itu harus merawat diri bukan bersila di bawah rongsokan kumuh yang tidak bernilai! Benar, begitu? Satu atau dua orang benar-benar menyuarakan hal itu pada tingkat kesadaran mereka, dan memandang pengolahan sampah seolah-olah suatu hal yang tidak layak dilirik.

Demikian untuk tetap mengamalkan nilai-nilai positif dari pengolahan sampah, cukup mendengar bagaimana pandangan mereka lalu mencoba disaring pola pikir tersebut. Menjadi perempuan yang inspirasi dimulai dengan langkah ringan yang tidak membawa kerugian bagi orang lain namun menciptakan manfaat yang kehadirannya bisa dirasakan khalayak. Sehingga tidak ada salahnya perempuan berada di bawah terik, menjunjung perenan sebagai perempuan inspirasi dalam pengolahan sampah. Untuk bagaimana menempatkan tanggapan-tanggapan itu mari merubah cara pandang yang ada. 








0 komentar:

Posting Komentar