9.11.22

Perempuan Sebagai Pahlawan Lingkungan

 

ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : Dr. Arunati Shinta, MA

Disusun Oleh : Muslimin

NIM : 21310410065

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 




Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021 mencatat volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun. Sampah yang terkelola dengan baik hanya sebanyak 13,2 juta ton/tahun atau 72,95%. Sampah menjadi persoalan yang dihadapi masyarakat global. National Geographic melaporkan masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton setiap tahun. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton. Berdasarkan laporan sebuah penelitian yang diterbitkan di Sciencemag pada Februari 2015 menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup meresahkan. 

Proses terjadinya sampah sangat didominasi oleh adanya kegiatan manusia. pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dengan pola hidup yang pasti akan diikuti dengan produksi sampah. Di semua daerah, sampah selalu menimbulkan masalah yang rumit untuk dipecahkan. Manusia memiliki berbagai aktivitas untuk memenuhi kehidupan hidupnya dengan memproduksi bahan makanan, minuman, barang dan lainnya dari sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain aktivitas tersebut menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, namun di sisi lain aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang tidak diinginkan atau tidak berguna. Makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat hubungannya dengan ketersediaan ruang hidup manusia yang relatif tetap, dan bahan buangan yang dikenal dengan sampah. Bumi seringkali dikenal dengan istilah Ibu Pertiwi, sebab di nusantara, bumi dihargai sebagai tempat bernaung yang memberikan kesuburan sehingga manusia bisa bercocok tanam. Hal ini sesuai dengan cerminan sifat perempuan yang sejatinya menciptakan kehidupan yang nyaman dan tentram dalam keluarga. Perempuan ternyata memiliki keterkaitan yang erat dengan lingkungan, namun ironisnya menjadi kelompok yang rentan terkena dampak kerusakan lingkungan. Faktanya, sekitar 50% sampah berasal dari rumah tangga. Dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga, perempuan umumnya lebih dekat dengan urusan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, menyediakan makanan, mengelola keuangan, dan sebagainya.

Perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga saja, tetapi pada zaman sekarang ini banyak perempuan yang terjun dalam mengelola sampah secara langsung rata-rata mereka lebih merasa terpanggil untuk melakukan pengelolaan sampah. Dengan tekad yang kuat mereka tidak merasa jijik, tidak takut bau ataupun merasa gengsi dalam melaksanakan profesinya sebagai tukang sampah. Bagi mereka pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan yang mulia karena selain dapat menghasilkan uang untuk keluarga, mereka juga ikut berkontribusi dalam membersihkan sampah di daerahnya. Mereka meyakini apa yang mereka lakukan saat ini mungkin hasilnya belum dapat di nikmati secara langsung namun begitu kelak di masa yang akan datang anak cucu merekalah yang akan menikmati hasil jerih payah mereka.

Wanita layak dianggap sebagai pahlawan lingkungan. Para wanita ini tidak hanya membuktikan bahwa perempuan mampu mengukir jasa bagi masyarakat namun mereka juga membuktikan bahwa perempuan pun layak memberikan darma baktinya bagi lingkungan hidup.

Ketiga foto  perempuan di atas dapat kita jadikan inspirasi dalam upaya kita untuk memberdayakan alam dan mengelola sampah.  Sudah saatnya kita untuk tidak lagi hanya berpikir tentang membuang sampah di tempatnya, namun kita juga harus mulai berpikir tentang bagaimana mengelola dan mengurangi sampah agar lingkungan terasa bersih dan nyaman.

Daftar Pustaka

Twikromo, Y. Argo. 1999. Pemulung Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Media Pressindo.

Masitoh, D. (2006). Tingkat Kedisiplinan Masyarakat Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih Terhadap Lingkungannya. Studi Kasus Pada Masyarakat Banaran, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati Semarang, Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang.

0 komentar:

Posting Komentar