ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dosen Pengampu : Dr. Arunati
Shinta, MA
Disusun Oleh : Muslimin
NIM : 21310410065
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021 mencatat volume
sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai
18,2 juta ton/tahun. Sampah yang terkelola dengan baik hanya sebanyak 13,2 juta
ton/tahun atau 72,95%. Sampah
menjadi persoalan yang dihadapi masyarakat global. National Geographic
melaporkan masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan sampah hingga
1,3 miliar ton setiap tahun. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025,
jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton. Berdasarkan laporan sebuah
penelitian yang diterbitkan di Sciencemag pada Februari 2015 menyebutkan bahwa
Indonesia berada di peringkat kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut
setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup
meresahkan.
Proses
terjadinya sampah sangat didominasi oleh adanya kegiatan manusia. pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat dengan pola hidup yang pasti akan diikuti dengan
produksi sampah. Di semua daerah, sampah selalu menimbulkan masalah yang rumit
untuk dipecahkan. Manusia memiliki berbagai aktivitas untuk memenuhi kehidupan
hidupnya dengan memproduksi bahan makanan, minuman, barang dan lainnya dari
sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain aktivitas tersebut menghasilkan
barang-barang yang akan dikonsumsi, namun di sisi lain aktivitas tersebut juga
menghasilkan bahan buangan yang tidak diinginkan atau tidak berguna. Makin hari
makin bertambah banyak, hal ini erat hubungannya dengan ketersediaan ruang
hidup manusia yang relatif tetap, dan bahan buangan yang dikenal dengan sampah.
Bumi seringkali dikenal dengan istilah Ibu Pertiwi, sebab di nusantara, bumi
dihargai sebagai tempat bernaung yang memberikan kesuburan sehingga manusia
bisa bercocok tanam. Hal ini sesuai dengan cerminan sifat perempuan yang
sejatinya menciptakan kehidupan yang nyaman dan tentram dalam keluarga.
Perempuan ternyata memiliki keterkaitan yang erat dengan lingkungan, namun
ironisnya menjadi kelompok yang rentan terkena dampak kerusakan lingkungan.
Faktanya, sekitar 50% sampah berasal dari rumah tangga. Dalam perannya sebagai
pengelola rumah tangga, perempuan umumnya lebih dekat dengan urusan pekerjaan
rumah seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, menyediakan makanan,
mengelola keuangan, dan sebagainya.
Perempuan
tidak hanya mengurus rumah tangga saja, tetapi pada zaman sekarang ini banyak
perempuan yang terjun dalam mengelola sampah secara langsung rata-rata mereka
lebih merasa terpanggil untuk melakukan pengelolaan sampah. Dengan tekad yang
kuat mereka tidak merasa jijik, tidak takut bau ataupun merasa gengsi dalam
melaksanakan profesinya sebagai tukang sampah. Bagi mereka pekerjaan ini adalah
suatu pekerjaan yang mulia karena selain dapat menghasilkan uang untuk
keluarga, mereka juga ikut berkontribusi dalam membersihkan sampah di daerahnya.
Mereka meyakini apa yang mereka lakukan saat ini mungkin hasilnya belum dapat di nikmati secara langsung namun begitu kelak di masa yang akan datang anak cucu
merekalah yang akan menikmati hasil jerih payah mereka.
Wanita
layak dianggap sebagai pahlawan lingkungan. Para wanita ini tidak hanya
membuktikan bahwa perempuan mampu mengukir jasa bagi masyarakat namun mereka
juga membuktikan bahwa perempuan pun layak memberikan darma baktinya bagi
lingkungan hidup.
Ketiga
foto perempuan di atas dapat kita
jadikan inspirasi dalam upaya kita untuk memberdayakan alam dan mengelola
sampah. Sudah saatnya kita untuk tidak
lagi hanya berpikir tentang membuang sampah di tempatnya, namun kita juga harus
mulai berpikir tentang bagaimana mengelola dan mengurangi sampah agar lingkungan
terasa bersih dan nyaman.
Daftar
Pustaka
Twikromo,
Y. Argo. 1999. Pemulung Jalanan
Yogyakarta. Yogyakarta: Media Pressindo.
Masitoh,
D. (2006). Tingkat Kedisiplinan
Masyarakat Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih Terhadap Lingkungannya. Studi
Kasus Pada Masyarakat Banaran, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati
Semarang, Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar