ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI
LINGKUNGAN
Nama : Deriska Indah Asokawati
Nim : 21310410010
Prodi : Psikologi SJ
Dosen Pengampu : Dr. Dra Arundati
Shinta, MA
Perempuan
merupakan agen perubahan untuk sekitarnya. Salah satunya yakni dalam pengelolaan
sampah. Namun karena masih melekatnya kultur patriarki dalam masyarakat Indonesia,
membuat peran perempuan sedikit banyak menjadi terpinggirkan. Padahal perempuan
memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan hidup. Untuk itu perempuan perlu dibekali dengan keterampilan
mengolah sampah dengan metode yang efisien dan bisa dikerjakan kapan saja.
Perempuan memang sering menjadi sasaran bagi penyelesaian masalah sampah karena
perempuan dipandang lebih telaten untuk mengolah sesuatu termasuk sampah.
Masalah sampah
tidak pernah habis kita bahas karena sampah dihasilkan setiap hari. Jumlah sampah
akan terus meningkat seiring dengan laju jumlah penduduk dan aktivitas sosial
ekonomi dan budaya yang dilakukan. Akan tetapi masalah tidak akan selesai jika hanya
sekedar memahami bagaimana cara mengelola sampah tetapi harus juga disertakan
dengan Tindakan perilaku masyarakat. Dalam hal ini dibutuhkan juga peran
perempuan dalam mengatasi persoalan sampah anak-anak juga bisa diajak untuk
mengolah sampah dan juga bisa mengikuti kegiatan di Bank Sampah maka anak-anak
juga bisa mengelola sampah yang ada dan bisa menjadi salah satu kegiatan yang
positif, bisa menambah kreatifiitas pada anak.
Proses pengelolaan
sampah yang sederhana ke depannya dapat memotivasi munculnya kreativitas dan
produktivitas perempuan dalam keluarga yang dapat berdampak terhadap kewirausahaan
dan pendapat perempuann dalam keluarga. Para perempuan bisa menjadikan ini
sebagai usaha mereka. Barang hasil mengolah sampah bisa mereka jual dan
mendapatkan harga jual yang tinggi.
Pengelolaan sampah
bisa menggunakan metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle), merupakan salah satu caara
terbaik dalam mengelola dan menangani sampah. Sebagian dari para perempuan ini
menyulap sampah anorganik (plastic) menjadi biji plastic (scrap) dan produk
kerajianan tangan (handycraft). Dari metode yang ini mereka bisa membuat pot
dari plastic, tas dari bungkus jajanan, bisa juga dibikin dompet dan tempat pensil.
Sebagian yang lain mengubah sampah organik dengan bantuan mikro organisme dan
manggot lalat tentara hitam (BSF) menjadi pupuk organic, produk berbasis
fermentasi serta pakan ternak dan ikan.
Para perempuan
pejuang tata Kelola sampah yang gigih ini memulai kegiatan ini dengan
menumbuhkan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat untuk memilih, memilah,
dan mengelola sampah. Mereka bisa menjadi contoh untuk kita bagaimana cara
mengelola sampah dengan baik.
Apa yang
tergambarkan ini hanyalah sebagian kecil dari isu gender yang akan sering kita
temui dalam pengelolaan sampah. Sering kali isu ini kurang kita sadari dan
berpengaruh terhadap tujuan akhir dari pengelolaan sampah ini. Untuk itu, mari bersama
sama kita tingkatkan kinerja pengelolaan sampah.
Kegiatan pengelolaan
sampah yang bersifat responsive gender tidak saja membangun keadilan dan
kesetaraan atara laki-laki dan perempuan terhadap akses, control, kesepakatan
berpartisipasi dan manfaat dari kegitaan ini. Semua warga baik perempuan, laki-laki,
anak-anak, juga orang tua harus ikut andil dalam kegiatan ini agar tumpukan
sampah yang ada disekitar kita tidak mengganggu kesehatan maupun fisik kita.
0 komentar:
Posting Komentar