11.11.22

 

Peran Wanita sebagai Pendidik

ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu

:

Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

Nama

:

Zaen Isnaini Sabilla N

NIM

:

22310420038

Fakultas

:

Psikologi

                                
                                    UNIVERSITAS UPROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

                       

        Sejak lahir, anak perempuan (hingga menjadi wanita) diharapkan bertindak dengan cara yang berbeda, memikul tanggungjawab yang berbeda, dan bersikap yang berbeda dari pada anak laki-laki (hingga menjadi pria). Alasan tersebut menjelaskan atas perbedaan-perbedaan tindakan dan pengalaman pria dan wanita di dalam suatu lingkungan dibangun dan bagaimana bersikap terhadapnya berbeda. Perbedaan orientasi dasar serta dalam keterlibatan dengan lingkungan antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil dari sosialisasi, melalui pengembangan jati diri, pembagian kerja. Sejak usia dini, perempuan didorong untuk kurang eksplorasi, lebih takut, kurang aktif secara fisik daripada laki-laki. Lebih luas, para wanita baik di dalam dan di luar lebih sering melakukan kegiatan rumah tangga dan perawatan anak, sehingga hanya memiliki sedikit waktu dalam melakukan perjalanan yang diskresioner. Kecenderungan untuk ditemani oleh orang lain ketika berada diluar rumah, termasuk anak-anak kecil, dan keterlibatan dalam tanggung jawab kegiatan-kegiatan rumah tangga (Bechtel & Churchman, 2002). Penemuan membenarkan terhadap stereotype pada wanita, kurang agresif secar fisik, lebih bisa mengasuh, lebih sensitif secara sosial. Keterikatan wanita lebih tinggi, dimana wanita lebih memberikan prioritas untuk mendekati hubungan yang intim disbanding pria. Anak perempuan cenderung memilih kelompok lebih kecil, seringkali berbicara pada seorang teman, bercerita secara lebih akrab dan bermain lebih sedikit agresif. Kemudian, wanita cenderung menerima lebih banyak bantuan, mengalami lebih banyak hubungan yang berkaitan dengan emosi, lebih membiasakan diri dengan hubungan yang dimiliki orang lain. Orientasi tugas lebih pada hubungan personal. Di dalam suatu kelompok wanita membagi lebih banyak kehidupan mereka dan menawarkan lebih banyak dukungan. Coping terhadap stress, wanita yang berada dibawah tekanan lebih sering “nursing dan mengajak berteman”, membutuhkan teman dan keluarga untuk mendapatkan dukungan. Dalam hal pekerjaan wanita cenderung tertarik pada pekerjaan yang tidakmemiliki banyak variasi (pembela umum, pekerjaan periklanan bagi kegiatan sosial). Kemudian, wanita lebih tinggi pada kebutuhan akan memanfaatkan waktu, dengan baik, relasi personal, dan kesempatan untuk menolong orang lain. Wanita cenderung memiliki minat pekerjaan seperti pekrja sosial, guru, perawat, dimana pekerjaannya lebih berhubungan kepada manusia dan kurang berhubungan dengan benda (Myers, 2012).

        Terlepas dari strength and weakness stereotype pada wanita. Perlu disadari wanita memiliki peranan penting di dalam pendidikan. Dalam level microsystem, anak mendapatkan pendidikan pertama  yaitu di tingkat keluarga. Wanita menjalankan peran dan tanggung jawab penting tuntuk keadaan jasmani, psikologis serta pendidikan anak-anaknya. Dimana harus seimbang antara kesibukan pribadi (wanita karier) dan peran sebagai pendidik di tingkat keluarga, seperti mendidik, melindungi, pemeliharaan sebagai dasar pendidikan anak (Farin, SE, 2021). Peran wanita sebagai edukator di tingkat Community. Kegiatan PKK, wanita sebagai edukator, mengedukasi anggota mengenai kesehatan jiwa dan raga keluarga agar sejahtera, seperti Keluarga Berencana, pencegahan DBD, ketrampilan UMKM, dsb. Kegiatan Posyandu, wanita mengedukasi ibu dengan balita mengenai pentingnya kelengkapan imunisasi balita, mencegah stunting pada anak, deteksi dini balita, serta gizi buruk, dsb. Dalam kegiatan kajian islami wanita, wanita sebagai edukator bagi ibu-ibu dalam membangun dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Kemudian, pada jenjang formal peran wanita sebagai pendidik dalam profesi guru “digugu dan ditiru”, segala tindak tanduk guru akan ditirukan para murid. Tidak hanya mengajar supaya pintar, seperti calistung (baca tulis hitung), tetapi juga mendidik supaya baik “empati, simpati, berbagi, kasih sayang”. Saling asah, asih, dan asuh dimana intelektualitas, loving and caring, mengayomi menciptakan harmonisasi hidup merupakan tujuan utama pendidikan ideal. Didalam mewujudkannya tentunya membutuhkan Kerjasama dan keterlibatan semua pihak terkait.

Daftar Pustaka:

Bechtel, Robert B & Chruchman, Arza. 2002. Handbook of Environmental Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Farin, Syifa Evania. 2021. Peran Perempuan dalam Pendidikan di Indonesia pada Zaman Modern. Seri Publikasi Pembelajaran, Vol 1 No. 2 : Ilmu Politik. Banjarmasin.

Myers, David G. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar