9.11.22

 

Peran Wanita dalam Pengelolaan Konflik Lingkungan “Sampah”

ESSAY UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu

:

Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

Nama

:

Zaen Isnaini Sabilla N

NIM

:

22310420038

Fakultas

:

Psikologi

        Daur ulang sampah berbahan dasar alumunium foil diolah menjadi tas laptop yang mampu menembus pasar luar negeri seperti Perancis, Inggris, Swedia serta Belanda telah dibuktikan oleh anggota ibu-ibu dari Bank Sampah Rukun Santoso, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten (https://radarsolo.jawapos.com/features/02/11/2022/tas-laptop-berbahan-daur-ulang-sampah-produksi-klaten-diminati-pasar-eropa/). Keberhasilan ini tidak lepas peran serta dari semua pihak yang terlibat. Salah satunya citizen participation, dimana partisipasi warga tidak hanya sebatas relawan atau sumber daya, tetapi ketika warga berperilaku untuk mengambil bagian memberikan kritik dan saran serta pengambilan keputusan untuk masyarakat. Empowerment telah berhasil dilakukan, proses yang lebih luas yakni mencakup variabel yang dapat menuntun pada partisipasi warga, menjaga selama prosesnya berlangsung, atau hasil dari hal tersebut. Sehingga tidak hanya sebatas perilaku partisipasi saja, namun melibatkan kesadaran individu “critical reflection”, emosi “caring”, motivasi, dan faktor-faktor lainnya. Selanjutnya organizing for community dan social change dimana hal ini melibatkan psychological outcomes dan community quality of life. Kemudian, telah sampai juga pada tahap program evaluation dan program development, dimana evaluasi dan pengembangan untuk program kedepannya, sehingga program mampu berjalan hingga saat ini (Dalton,etc, 2001).

        Pembahasan mengenai peran wanita, lingkungan dan pengembangan berkelanjutan telah muncul sejak dulu. Tahun 1985 bertepatan dengan krisis, Konferensi Wanita Dekade PBB kedua di Nairobi, Kenya, ELC menyelenggarakan serangkaian lokakarya tentang peran wanita seperti diatas. Menurut ELC, wanita menanggung biaya tertinggi dari krisis lingkungan karena multi perannya dalam menyediakan air, makanan dan energi di tingkat keluarga dan masyarakat. Di sisi lain, ternyata wanita juga berpotensi memberikan kontribusi yang besar dalam penyelesaian krisis, justru karena perannya dalam pengelolaan sumber daya primer tersebut. Peningkatan kekuatan perempuan dan pembangunan berkelanjutan terikat secara ekologis. Oleh karena itu sangat penting bahwa perempuan diaktifkan untuk berpartisipasi dan terlibat di semua tingkat perencanaan pembangunan di seluruh dunia industri dan berkembang (Dankelman I, 2003). Banyak penelitian megenai berbagai peran wanita dalam sektor lingkungan tertentu, seperti air, energi, hutan, pemukiman manusia, dan konservasi alam.  Termasuk dalam pengelolaan lingkungan hidup berupa penanganan sampah.

Konflik lingkungan berasal dari konflik sumber daya alam yang dikarenakan penurunan kualitas lingkungan dan daya dukungnya. Hal ini dapat menyebabkan konflik yang berujung pada keamanan lingkungan dalam hal ini konflik karena kerusakan lingkungan. Kelangsungan hidup manusia dapat terganggu terutama kaum wanita akan menjadi korban dari permasalahan lingkungan. Karena kedekatan kaum wanita dengan lingkungan dan penggunaan sumber daya alam, sehingga sering terkena dampak konflik lingkungan, yang arahnya pada penipisan sumber daya serta degradasi lingkungan. Meningkatkan resiko pada kehidupan dan ruang gerak wanita. Meski kaum wanita yang terpinggirkan sebagai kelompok rentan terhadap konflik lingkungan, namun di beberapa tempat telah menjadi “mesin” yang mampu membujuk masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, dimana peran wanita sebagai agen perubahan yang dapat merespon perubahan lingkungan lebih baik daripada laki-laki. Komunikasi lingkungan dan peran wanita, berguna didalam semua tingkatan pencegahan, pembangunan perdamaian dalam pengelolaan konflik dan resolusi konflik lingkungan untuk mendukung upaya pemberdayaan warga melalui lingkungan. Hal ini menjadi modal sosial mewujudkan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan (Asteria, dkk, 2014). Contoh seperti diatas yakni kegiatan pelatihan bagi kelompok ibu-ibu mengenai daur ulang sampah alumunium foil menjadi tas laptop, kebermanfaatan yang di dapatkan berupa materiil dan moril.

Daftar Pustaka:

Asteria, Suyanti, Utari, Wisnu. Model of Environmental Communication with Gender Perspective in Resolving Environmental Conflict in Urban Area­ (pp.553-562). Elsevier. 2014

Dalton, JH, Elias, MJ, Wandersman, A. 2001. Community Psychology. Linking Individuals and Communities. USA:Wadsworth. 2001

Dankelman, I. Gender, Environment, & Sustainable Development: Theoretical Trends, Emerging Issues, and Challenges (pp. 5 7). Review Paper. New York: INSTRAW. 2003.

Angga Purenda. Tas Laptop Berbahan Daur Ulang Sampah Produksi Klaten Diminati Pasar Eropa. https://radarsolo.jawapos.com/features/02/11/2022/tas-laptop-berbahan-daur-ulang-sampah-produksi-klaten-diminati-pasar-eropa/. 2 November 2022 08:00 AM.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar