28.11.22

MERINGKAS JURNAL PENELITIAN

ORIENTASI MASA DEPAN REMAJA PEMULUNG




Beatrice Angelique / 19310410040

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

2022


 

Topik

 

 

Orientasi masa depan; pemuda pemulung; optimisme

 

 

 

 

Sumber

 

 

Kamaratih, D., & Alamanda, K. P. (2019). Orientasi masa depan remaja pemulung di samarinda. PERSONIFIKASI, 1, 54-70.

 

 

Permasalahan

 

 

Pekerjaan memulung tidak hanya dilakukan orang dewasa, namun anak-anak pun dapat melakukan pekerjaan serupa. Seharusnya yang merupakan tanggung jawab orang tua dalam tanggungan kebutuhan, namun yang terjadi justru anak-anak juga harus ikut bekerja keras untuk membantu pendapatan. Seperti remaja di TPA Bukit Pinang yang saat ini berfokus pada pemenuhan kebutuhan dirinya dan keluarganya tampa mempertimbangkan masa masa depannya secara sungguh-sungguh. Hal ini memunculkan permasalahan mengenai bagaimana remaja TPA Bukit Pinang memandang dan merumuskan orientasi masa depannya?

 

 

Tujuan penelitian

 

 

Untuk mengidentifikasi orientasi masa depan remaja pemulung di TPA Bukit Pinang; menganalisa faktor yang mempengaruhi; dan merumuskan model intervensi guna meningkatkan orientasi masa depan remaja pemulung.

 

 

Isi

 


- Fenomena anak jalanan dan pemulung dengan usia remaja bukanlah hal tabu saat ini. Hasil survey Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014) bahwa 1,7 juta anak bekerja sebagai pemulung dan anak jalanan yang berjualan koran.

- Menurut Kementerian Sosial RI (2012), pemulung merupakan salah satu jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu orang-orang melakukan suatu pekerjaan dengan cara mengumpulkan barang-barang bekas dari berbagai tempat seperti pemukiman, pertokoan, atau pasar dengan tujuan untuk dijual atau didaurulang sehingga dapat menambah nilai ekonomis

- Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufik pada komunitas pemulung di TPA Bukit Pinang, Samarinda di tahun 2013 menyatakan bahwa pemulung berusia remaja secara umum memiliki visi terhadap pendidikan tergolong baik, namun keterbatasan modal dan keterampilan yang membuat mereka tidak dapat bersaing untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik sehingga membuat mereka menjalankan pekerjaan pemulung.

- Menurut Hurlock usia remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Oleh sebab itu remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarahkan pada kesiapannya dalam memenuhi tuntutan peran sebagai orang dewasa. Maka remaja perlu memikirkan masa depannya secara sungguh-sungguh. Remaja harus mulai memberikan perhatian terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusia dewasa di masa mendatang.

- Remaja di TPA Bukit Pinang fokus terhadap pemenuhan kebutuhan dirinya dan keluarga hanya untuk saat ini tanpa mempertimbangkan masa depannya secara sungguh-sungguh.

 

 

Metode

 

 

- Rancangan desain penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif, dimana data kuantitatif diperoleh dari kuesioner orientasi masa depan. Kemudian dilanjutkan dengan data kualitatif yaitu wawancara semi terstruktur untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan remaja pemulung.

- Subjek penelitian adalah 4 remaja perempuan dengan kisaran usia 15-18 tahun dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

- Menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih subjek yang menjadi sample penelitian. Pemilihan dilakukan dengan menyebarkan skala orientasi masa depan. Pada saat penyebaran skala orientasi masa depan diberikan pula lembar kesediaan untuk terlibat dalam penelitian (informed consent).

- Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada lima tahapan, terdiri dari organisasi data; membaca dan menandai data; deskripsi, klarifikasi, dan inpretasi data menjadi kode dan tema; interpretasi data keseluruhan; menyajikan kembali dan menampilkan data hasil analisis.

 

 

Hasil

 

 

- Diketahui bahwa orientasi masa depan remaja pemulung di TPA Bukit Pinang berada pada kategori sedang. Sedangkan secara detail, 2 subjek atau 50% memiliki orientasi masa depan tinggi, dan 2 subjek (50%) memiliki orientasi masa depan sedang.

- Berdasarkan hasil kuesioner bahwa aspek perencanaan merupakan aspek dengan penilaian tertinggi, artinya secara umum remaja TPA Bukit Pinang telah melakukan proses merancang tujuan yang ia rencanakan di masa depan. Selanjutnya aspek motivasi berada di peringkat kedua, yaitu penetapan tujuan atas dasar membandingkan antara motif umum dan penilaian atas pengetahuan yang ia miliki. Aspek di peringkat terakhir yaitu evaluasi, dimana adanya proses memikirkan kembali kemungkinan tercapaianya tujuan yang telah direncanakan dengan mengamati dan menilai tingkah laku yang telah dilakukan.

- Walaupun tingkat orientasi masa depan remaja TPA Bukit Pinang tergolong cukup, namun dalam proses merencanakan masa depan para remaja tersebut langsung dengan merencanakan apa yang diinginkan untuk dicapai, kemudian barulah mempertimbangkan kesesuaian diri dan pengetahuan yang dimiliki. tahapan tersebut kurang tepat serta tidak didasarkan atas pertimbangan yang matang. Kemudian tahapan evaluasi tidak dilakukan atau bahkan tidak dipahami sebagai hal yang dibutuhkan dalam merencanakan masa depan.

- Sebagian besar subjek sudash memiliki cita-cita di masa depan namun belum yakin bahwa cita-cita itu akan tercapai. Terdapat pula satu orang subjek yang belum memiliki cita-cita dan gambaran akan masa depannya. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa optimisme terhadap cita-cita merupakan hal yang mempengaruhi orientasi masa depan.

- Sebagian besar subjek tidak memiliki prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Hanya satu orang subjek yang memiliki prestasi ketika duduk di bangku SD, namun ternyata prestasi tersebut tidak selaras dengan cita-cita yang ia inginkan.

- Dukungan orang tua dan teman diperoleh subjek, baik berupa moril maupun material, namun terkadang subjek tidak memanfaatkan dengan baik. Masing-masing subjek memiliki hambatan yang berbeda namun sebagian besar merupakan hambatan dari dalam diri subjek sendiri, yakni tidak memiliki cita-cita serta motivasi yang rendah, mudah lelah secara fisik, kurangnya keterampilan berbicara, serta kurang percaya diri dengan kondisi saat ini. Selain itu, ada hambatan eksternal yaitu kondisi ekonomi keluarga yang tergolong menengah ke bawah.

- Masing-masing subjek memiliki kesiapan yang berbeda-beda dalam meraih cita-cita. Ada subjek yang berusaha mewujudkan cita-citanya namun langkah yang diambil tidak sejalan dengan cita-cita tersebut. Ada juga subjek yang mempersiapkan secara matang untuk mewujudkan cita-citanya.

- Berdasarkan dari kesimpulan pernyataan wawancara mengatakan nbahwa remaja memiliki tingkaat regulasi emosi yang berbeda-beda tergantung dari kesiapan dan kekuatan internal masing-masing subjek.

 

 

Diskusi

 

 

- Orientasi masa depan remaja pemulung di TPA Bukit Pinang secara umum berada pada kategori rata-rata (sedang).

- Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan terdiri dari faktor optimisme (keyakinan) terhadap cita-cita, pencapaian prestasi, dukungan dan hambatan, kesiapan meraih cita-cita, serta regulasi emosi.

- Intervensi atau penangangan yang dibutuhkan untuk meningkatkan orientasi masa depan remaja pemulung adalah sebuah rekonstruksi kognitif yang bertujuan untuk mengubah cara berpikir dari yang tidak mendukung menjadi mendukung melalui proses latihan keterampilan yang diakukan secara sistematis.

 


0 komentar:

Posting Komentar