28.11.22

MERINGKAS JURNAL PENELITIAN

 

PEMBUANGAN SAMPAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT DI KOTA BAU-BAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA


Windyangreni Mika/19310410047

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

202

 

Topik

 

 

Resiliensi, pemulung, kebutuhan dasar.

 

Sumber

 

Yasir, M; Arsyad, M; Anggraini, D. (2021). Resiliensi pemulung di kelurahan Petoaha kecamatan Nambo kota Kendari. Jurnal ilmu kesejahteraan sosial. Vol. 2, No. 1. Hal. 1-12.

 

Permasalahan

 

Setiap individu manusia menginginkan pekerjaan yang layak agar dapat dengan mudah menunjang kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Akan tetapi, sebagian manusia tidak dapat mencapai keinginan ini disebabkan oleh beberapa hal. Seperti halnya bekerja sebagai pemulung. Pemulung umumnya melakukan pekerjaannya dimulai dari pagi hari hingga sore bahkan malam hari, hal ini harusnya dapat membantu pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan para pemulung menjadi lebih baik lagi. Kenyataannya, dapat dilihat rendahnya kemampuan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan dasar pemulung. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemulung untuk dapat bertahan dan bangkit dalam situasi demikian. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana kondidi kebutuhan dasar pemulung di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari, dan bagaimana resiliensi pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari.

 

 

Tujuan penelitian

 

Untuk mengetahui kondisi kebutuhan dasar pemulung dan untuk mengetahui resiliensi pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari.

 

Isi

 

· Pekerjaan memulung adalah pekerjaan yang memiliki penghasilan tergolong rendah. Sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Tak jarang pemulung hanya mampu memenuhi kebutuhan dasarnya saja, bahkan ada pula yang sama sekali tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

·  Menurut Twikromo (1997) pemulung adalah orang yang mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas. Dalam hal ini, terdapat dua kategori pemulung yaitu pemulung jalanan dan pemulung menetap. Pemulung jalanan adalah pemulung yang hidup di jalanan atau dideskripsikan oleh pemerintah sebagai gelandangan atau pemulung liar. Sedangkan pemulung menetap adalah pemulung yang menyewa sebuah rumah secara bersama-sama disuatu yempat tertentu, pemulung yang tinggal di rumah permanen atau semi permanen yang berlokasi di tempat pembuangan akhir atau sekitarnya atau penduduk kampung yang mempunyai mata pencaharian sebagai pemulung (Twikromo, 1997).

·  Pemulung di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari adalah jenis pemulung yang memiliki tempat tinggal dan bukan termasuk pemulung jalanan. Jam kerja yang digunakan pemulung untuk mengais sampah adalah berbeda-beda, ada yang hanya tujuh jam dalam sehari, ada yang delapan jam dalam sehari dan ada pula yang sepuluh jam dalam sehari. Kondisi kebutuhan dasar pemulung dapat dilihat dari empat jenis kebutuhan yang tergolong didalamnya, yaitu kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, kebutuhan papan, kebutuhan kesehatan dan kebutuhan pendidikan.

·     Resiliensi pemulung, terdiri dari beberapa hal yaitu:

1) Social compentence, pemulung menunjukkan kemampuannya untuk mendapatkan respon positif dari orang lain dengan cara silaturahim ke rumah tetangga dan melalui saling berbagi makanan, hal ini disebut juga dengan istilah responsiviness.

2) Problem solving skill, pemulung menunjukkan kemampuan mencari solusi alternatif terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga dapat juga dikatakan bahwa cara-cara yang dilakukan informan merupakaan strategi yang digunakan untuk bertahan hidup ditengah tekanan kebutuhan dasar yang terus menuntut untuk dipenuhi.

3) Autonomi, pemulung menunjukkan kemampuan untuk memotivasi diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dengan memulung tiap harinya dan mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan berupa cari kerang lalu menjualnya, perhatian dan usaha yang dilakukannya ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

4)   Sanse of purpose, Pemulung menyadari bahwa jika dapat menyekolahkan anaknya dengan baik dan setelah itu mendapatkan pekerjaan yang layak, hal itu akan memudahkan masa-masa tua informan sebagai seorang ibu yang lemah dan tak kuat lagi untuk bekerja.

 

 

Metode

 

Metode penelitian yang dilakukan ddalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dan penentuan informan yang dilakukan dengan teknik purposive sampling. Informan pada penelitian ini yaitu sebanyak 14 orang yang terdiri dari 8 orang, di Kelurahan Petoaha, 3 orang aparat Kelurahan Petoaha, 1 orang pembeli barang bekas, dan 2 orang pegawai dinas sosial. pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.


 

Hasil

  

Hasil penelitian ini menunjukkan betapa rendahnya kemampuan ekonomi pemulung dan betapa sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan rendahnya kemampuan ekonomi dan tuntutan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, ini menjadi tantangan tersendiri bagi para komunitas pemulung. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada lima jenis kebutuhan pemulung yang dapat digolongkan dalam kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (perumahan atau tempat tinggal), kesehatan dan pendidikan. Sedangkan kemampuan individu pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya atau disebut juga resiliensi pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dapat dilihat dari empat aspek, yaitu:

    - Social compentence yaitu kemampuan sosial pemulung yang ditunjukkan melalui saling berbagi makanan kepada tetangga dan saling bantu mengangkat hasil pulungan.

  - Problem solving skill yaitu kemampuan memecahkan masalah yang ditunjukkan oleh pemulung melalui memperbanyak frekuensi memulung dan mencari kerang serta menjualkan hasil tangkapan nelayan.

   - Autonomy yang dimiliki pemulung terlihat dari kemampuannya untuk mengabaikan pandangan negatif yang datang dari orang lain dan tetap menilai positif pekerjaannya sebagai pemulung.

   - Sense of purpose yang dimiliki pemulung terlihat dari kemampuannya menaruh harapan besar pada anaknya agar mampu menyelesaikan sekolahnya paling rendah hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

    

 

Diskusi

 

·    Kebutuhan dasar pemulung terdiri dari, andang atau pakaian yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan membeli pakaian bekas atau disebut dengan istilah “RB”, pangan atau makanan yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan membeli beras per liter dan memperbanyak konsumsi ubi dan sagu, papan atau perumahan yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan menyisihkan sedikit demi sedikit hasil pulungan untuk membeli papan dan atap, kesehatan yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan mengandalkan kartu BPJS Kesehatan, membeli obat di warung dan berobat ke dukun, dan pendidikan yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan menyekolahkan anak paling rendah hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

·    Resilinsi pemulung terdiri dari empat aspek yaitu, social compentence, problem solving skill, Autonomy, dan sense of purpose.

0 komentar:

Posting Komentar