PEMBUANGAN SAMPAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT DI KOTA BAU-BAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Windyangreni Mika/19310410047
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
202
Topik |
Resiliensi, pemulung, kebutuhan dasar. |
Sumber |
Yasir, M; Arsyad, M; Anggraini, D. (2021). Resiliensi pemulung di kelurahan Petoaha kecamatan Nambo kota Kendari. Jurnal ilmu kesejahteraan sosial. Vol. 2, No. 1. Hal. 1-12. |
Permasalahan |
Setiap individu manusia menginginkan pekerjaan yang layak agar dapat dengan mudah menunjang kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Akan tetapi, sebagian manusia tidak dapat mencapai keinginan ini disebabkan oleh beberapa hal. Seperti halnya bekerja sebagai pemulung. Pemulung umumnya melakukan pekerjaannya dimulai dari pagi hari hingga sore bahkan malam hari, hal ini harusnya dapat membantu pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan para pemulung menjadi lebih baik lagi. Kenyataannya, dapat dilihat rendahnya kemampuan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan dasar pemulung. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemulung untuk dapat bertahan dan bangkit dalam situasi demikian. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana kondidi kebutuhan dasar pemulung di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari, dan bagaimana resiliensi pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari. |
Tujuan
penelitian |
Untuk mengetahui kondisi kebutuhan dasar pemulung dan untuk mengetahui resiliensi pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari. |
Isi |
· Pekerjaan
memulung adalah pekerjaan yang memiliki penghasilan tergolong rendah.
Sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Tak
jarang pemulung hanya mampu memenuhi kebutuhan dasarnya saja, bahkan ada pula
yang sama sekali tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. · Menurut Twikromo (1997) pemulung adalah orang yang mendapatkan
penghasilan dari mengumpulkan barang bekas. Dalam hal ini, terdapat dua
kategori pemulung yaitu pemulung jalanan dan pemulung menetap. Pemulung
jalanan adalah pemulung yang hidup di jalanan atau dideskripsikan oleh
pemerintah sebagai gelandangan atau pemulung liar. Sedangkan pemulung menetap
adalah pemulung yang menyewa sebuah rumah secara bersama-sama disuatu yempat
tertentu, pemulung yang tinggal di rumah permanen atau semi permanen yang
berlokasi di tempat pembuangan akhir atau sekitarnya atau penduduk kampung
yang mempunyai mata pencaharian sebagai pemulung (Twikromo, 1997). · Pemulung di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari adalah jenis
pemulung yang memiliki tempat tinggal dan bukan termasuk pemulung jalanan. Jam
kerja yang digunakan pemulung untuk mengais sampah adalah berbeda-beda, ada
yang hanya tujuh jam dalam sehari, ada yang delapan jam dalam sehari dan ada
pula yang sepuluh jam dalam sehari. Kondisi kebutuhan dasar pemulung dapat
dilihat dari empat jenis kebutuhan yang tergolong didalamnya, yaitu kebutuhan
sandang, kebutuhan pangan, kebutuhan papan, kebutuhan kesehatan dan kebutuhan
pendidikan. · Resiliensi pemulung, terdiri dari beberapa hal yaitu: 1) Social compentence, pemulung menunjukkan kemampuannya untuk mendapatkan respon positif
dari orang lain dengan cara silaturahim ke rumah tetangga dan melalui saling
berbagi makanan, hal ini disebut juga dengan istilah responsiviness. 2) Problem solving skill, pemulung
menunjukkan kemampuan mencari solusi alternatif terhadap pemenuhan kebutuhan
dasarnya, sehingga dapat juga dikatakan bahwa cara-cara yang dilakukan
informan merupakaan strategi yang digunakan untuk bertahan hidup ditengah
tekanan kebutuhan dasar yang terus menuntut untuk dipenuhi. 3) Autonomi, pemulung menunjukkan
kemampuan untuk memotivasi diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dengan
memulung tiap harinya dan mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan
berupa cari kerang lalu menjualnya, perhatian dan usaha yang dilakukannya ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. 4) Sanse of purpose, Pemulung menyadari
bahwa jika dapat menyekolahkan anaknya dengan baik dan setelah itu
mendapatkan pekerjaan yang layak, hal itu akan memudahkan masa-masa tua
informan sebagai seorang ibu yang lemah dan tak kuat lagi untuk bekerja. |
Metode |
Metode penelitian yang dilakukan ddalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dan penentuan informan yang dilakukan dengan teknik purposive sampling. Informan pada penelitian ini yaitu sebanyak 14 orang yang terdiri dari 8 orang, di Kelurahan Petoaha, 3 orang aparat Kelurahan Petoaha, 1 orang pembeli barang bekas, dan 2 orang pegawai dinas sosial. pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. |
Hasil
|
Hasil penelitian ini menunjukkan
betapa rendahnya kemampuan ekonomi pemulung dan betapa sulit bagi mereka
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan rendahnya kemampuan ekonomi dan
tuntutan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, ini menjadi tantangan
tersendiri bagi para komunitas pemulung. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
ada lima jenis kebutuhan pemulung yang dapat digolongkan dalam kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (perumahan
atau tempat tinggal), kesehatan dan pendidikan. Sedangkan kemampuan individu
pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya atau disebut juga resiliensi
pemulung dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dapat dilihat dari empat aspek,
yaitu: - Social compentence yaitu kemampuan
sosial pemulung yang ditunjukkan melalui saling berbagi makanan kepada tetangga
dan saling bantu mengangkat hasil pulungan. - Problem
solving skill yaitu kemampuan
memecahkan masalah yang ditunjukkan oleh pemulung melalui memperbanyak
frekuensi memulung dan mencari kerang serta menjualkan hasil tangkapan nelayan. - Autonomy yang dimiliki pemulung terlihat dari kemampuannya untuk
mengabaikan pandangan negatif yang datang dari orang lain dan tetap menilai
positif pekerjaannya sebagai pemulung.
- Sense of purpose yang dimiliki pemulung terlihat dari kemampuannya menaruh harapan besar
pada anaknya agar mampu menyelesaikan sekolahnya paling rendah hingga jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA).
|
Diskusi |
· Kebutuhan dasar pemulung terdiri dari, andang atau pakaian yang
berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan membeli pakaian bekas atau disebut
dengan istilah “RB”, pangan atau makanan yang berusaha dipenuhi oleh pemulung
dengan membeli beras per liter dan memperbanyak konsumsi ubi dan sagu, papan
atau perumahan yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan menyisihkan
sedikit demi sedikit hasil pulungan untuk membeli papan dan atap, kesehatan
yang berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan mengandalkan kartu BPJS
Kesehatan, membeli obat di warung dan berobat ke dukun, dan pendidikan yang
berusaha dipenuhi oleh pemulung dengan menyekolahkan anak paling rendah hingga
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). · Resilinsi pemulung terdiri dari empat aspek yaitu, social
compentence, problem solving skill, Autonomy, dan sense of purpose. |
0 komentar:
Posting Komentar