6.11.22

MERINGKAS ARTIKEL KORAN DAN OPINI

MERINGKAS ARTIKEL KORAN DAN OPINI SAYA

 MENGUBAH PARADIGMA TENTANG KELOLA SAMPAH 

 ESSAY 1 PSIKOLOGI LINGKUNGAN 



DOSEN PENGAMPU:

Dr. ARUNDATI SHINTA. M.A


OLEH:

ARNOLDINA LEKI 214134010050



PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2022




 TOPIK

Mengubah Paradigma tentang Kelola Sampah


SUMBER 

MENGAPOLITAN, Selasa, 11 Oktober 2022, Halaman 8


RINGKASAN 

Peninjauan fasilitas pengolahan sampah landfill mining dan RDF plant oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di TPST Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Pengolahan tersebut ditargetkan selesai Desember 2022. Adapun paradigma mengenai pengolahan sampah perlu diubah sebagaimana menjadi tanggung jawab setiap masyarakat bukan hanya melibatkan pemerintah ujar Anies Baswedan dalam kunjungannya.

Sehingga perubahan tersebut dapat diserap masyarakat luas. Dengan adanya fasilitas ini harapan mengenai manfaat pembelajaran bagi anak-anak kita dapat mengetahui sampah yang dibuang akan menjadi apa. Mempelajari semua prosesinya, agar pengolahan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. 

Untuk pembangunannya sudah mencapai 83% dan diharapkan pada akhir tahun ini sudah dituntaskan. Sehingga tahun depan dapat dilakukan pemanfaatan dan pembelajaran. Penambangan sampah (landfill mining) dan pembakaran sampah (RDF plant) mampu mengolah sampah dengan kapasitas terpasang 3.000 ton. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menyebutkan dua perusahaan swasta yang menaruh minat untuk membeli dari hasil pengolahan sampah tersebut.


PERMASALAHAN

Mengubah paradigma mengenai pengolahan sampah menjadi tanggung jawab bersama yang mana tidak hanya melibatkan pemerintah melainkan setiap masyarakat yang juga turut serta dalam pengolahannya dengan pembelajaran melalui landfill mining dan RDF plant dapat memberikan peluang bagi anak-anak untuk mengetahui proses dan manfaat penerapan dari pengolahan sampah.


OPINI SAYA 

Pengolahan sampah menjadi hal yang tidak lagi asing, pernah kah hal itu dicoba? Sering kali yang dijumpai justru sebaliknya. Siapa yang mau bertindak sejauh itu untuk memulai? Manusia cenderung memiliki rasa tidak peduli yang menempati posisi teratas bahkan melebihi panjang usia mereka di bumi. Hal tersebut lantaran rendahnya tingkat kesadaran yang dimiliki, lalu bagaimana cara mengubah paradigma lama yang kini sudah mengakar pada rongga kepala manusia tersebut? Apa sebaiknya yang diubah bukan dalil itu melainkan sistem saraf pusat manusia yang menyokong erat pendapat tersebut? Tentu saja, tidak mudah lantaran hal itu berada di luar kendali.

Sering kali pendapat-pendapat ini lahir dari kepala seorang pemimpin dalam mengamalkan tugas mereka layaknya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dalam kunjungannya mengatakan bahwa paradigma mengenai pengolahan sampah perlu diubah bukan pemerintah saja yang dilibatkan sendiri, menariknya yang menjadi target tertuju adalah setiap masyarakat. Tidak masalah jika pendapat tersebut hanya ujaran semata yang kemudian tidak lagi menarik hingga terlupakan. Jangankan paradigma yang dialihkan, upaya untuk meningkatkan rasa peduli terhadap lingkungan saja sudah terseok sebelum beranjak.

Lantas bagaimana? Saat pribadi seperti Saya dan Anda setelah memahami penuturan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengenai hal tersebut pasti sekedar melintang buyar di kepala. "Tidak masalah, manusia bukan hanya saya. Lagipula, masyarakat sudah dibebani uang sampah pada setiap bulannya. Toh, jelas saja sampah-sampah itu urusan pemerintah." Kurang lebih begitu pendapat orang-orang sekitar yang tidak melirik sampah sebagai urusannya. Lalu bagaimana? Apa sebaiknya yang diubah benar-benar sistem saraf pusat mereka? 

Dalam kunjungannya terhadap peninjauan fasilitas pengolahan sampah landfill mining dan RDF plant di TPST Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Anies menaruh harapan agar manfaat yang diperoleh dapat tersalurkan kepada masyarakat luas, namun hal itu kembali kepada individu masing-masing bagaimana mereka menyikapi saran itu. Apabila hanya 1 atau 2 orang yang mau mengubah paradigma ke arah tersebut, tidak masalah jika Anies tidak memperhitungkan jumlah maka hal ini bukanlah tantangan, setuju? Namun tidak, karena tujuan utamanya menyalurkan perubahan tersebut kepada setiap masyarakat, yang mana sebagai pembelajaran agar masyarakat tidak melirik dari balik bahu saja tetapi mau melihat sepenuhnya agar memahami pentingnya mengolah sampah bersama.  

Dapat dikesimpulan bahwa saran Anies Baswedan memang ada benarnya, mencapai satu tujuan secara bersama adalah yang terbaik dalam menuntaskan masalah namun hal itu belum sepenuhnya mampu membangun nurani manusia untuk mengubah paradigma mengenai pengolahan sampah yang mana diperlukan campur tangan masyarakat, lantaran mengubah paradigma masyarakat tidak semudah berpaling layaknya seperti menuang air di tengah teriknya gurun, hal tersebut tidak cukup menyadarkan. Masyarakat mau bertindak namun cenderung mempertimbangkan keuntungkan yang diperoleh dalam skala yang berbeda.



0 komentar:

Posting Komentar