4.11.22

MERINGKAS ARTIKEL DARI KORAN DAN OPINI SAYA

 Meringkas Artikel dari Koran dan Opini Saya


ESSAY  1

PSIKOLOGI INOVASI 

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

Nama: Langgeng Dwi Hartono (20310410063)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



 

Topik

Kepedulian mengelola bank sampah

Judul

Meilsi Anita Mangsula: Kepedulian Mengelola Bank Sampah

Sumber

Koran Kompas

Tanggal & Tahun Terbit  

27 Oktober 2022

Halaman

Halaman 16

Pengulas

Langgeng Dwi Hartono

Permasalahan

Kota Kupang memiliki permasalahan dengan sampah yang menghiasi pemukiman warga perkotaan. Banyak sekali sampah yang masih berserakan di ruang publik, jalanan, pusat perbelanjaan, dan lingkungan sekolah. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan dari masyarakat Kupang yang habis pakai lalu buang, sehingga jumlah sampah yang diproduksi terus meningkat.

Permasalahan sampah di kota kelahirannya itu, membuat Meilsi Anita tidak tahan. Dengan memberdayakan masyarakat sekitar, dia membuat bank sampah yang bernama bank sampah mutiara timor di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Ringkasan

Meilsi Anita Mangsula lahir pada tangga 30 Mei 1990 di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dia adalah lulusan S-2 jurusan perencanaan pengelolaan lingkungan dan wilayah di Griffith University, Australia pada tahun 2019. Nita memiliki pengalaman mengelola bank sampah di Malang saat menjalani studi S-1 di kota Malang. Pengalaman tersebut mendorong Nita untuk mengelola bank sampah di kota kelahirannya yaitu kota Kupang.

Pada bulan April tahun 2020, Nita memulai usaha pengelolaan bank sampah di kota Kupang yang bernama bank sampah mutiara timor. Lokasi bank sampah miliknya ini masih menumpang di rumah orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh rasa prihatinnya atas keadaan sampah di kota kelahirannya tersebut yang tidak terkelola dengan baik. Pada mulanya Nita hanya fokus pada sampah kantong plastik. Menurutnya, sampah kantong plastik sangat berbahaya bagi lingkungan khususnya bagi ekosistem laut jika sampah tersebut menumpuk di laut. Namun, seiring berjalannya waktu Nita juga mengumpulkan bentuk sampah lainnya seperti kursi, selang air, kantong beras, selang air, botol dan gelas minuman, kaleng susu. Bank sampah yang didirikan olehnya ini juga menerima sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos.

Pengumpulan sampah diumumkan melalui rumah ibadah, iklan media massa, dan spanduk di ruang publik. Lalu, masyarakat setempat mulai berdatangan membawa sampah ke bank sampah milik Nita. Selain itu, Nita juga bekerja sama dengan kantor kelurahan setempat untuk menggerakkan warganya agar mau mengumpulkan sampah dan mengantar ke bank sampah miliknya, terutama sampah yang terbuat dari plastik. Kerja sama ini juga berkembang hingga ke kelurahan tetangga.

Bank sampah milik Nita sekarang ini memiliki 22 orang pekerja, 4 orang diantaranya adalah laki-laki dan 18 orang adalah ibu rumah tangga. Mereka bekerja dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00. Upah yang diberikan kepada pekerja sebesar Rp. 50.000 – RP. 80.000 per hari. Para pekerja memisahkan, merapikan, dan mengepres sampah plastik menjadi padat. Setalah dipadatkan, sampah tersebut dikirim menggunakan kontainer melalui kapal laut menuju Surabaya. Setiap bulan, bank sampah bisa mengirimkan dua kontainer sampah plastik yang telah dipadatkan.  Pada awalnya, bank sampah mengirim sampah sebanyak 2 ton per bulan, kini bank sampah sudah mampu mengirimkan 20 ton per bulan. Di sana sampah yang dikirim didaur ulang menjadi benda-benda yang bermanfaat seperti sandal, keset, sapu, dan selang air.

Opini Saya

Anita adalah sosok wanita yang hebat. Dia adalah seorang S-2 lulusan Griffith University di Australia, tentunya ini membuktikan bahwa Nita adalah orang yang berprestasi. Dia bisa saja mencari pekerjaan yang bagus di kota-kota besar. Akan tetapi, dia memilih untuk kembali ke kota kelahirannya yaitu kota Kupang untuk mengelola sampah dengan cara membuat bank sampah.

Apa yang dilakukan oleh Nita ini sangat menginspirasi bagi generasi melenial. Bahwa untuk menjadi orang sukses tidak harus bekerja di perkantoran atau di tempat yang benefit. Dengan mengelola sampah pun bisa menjadikan seseorang untuk sukses. Terbukti pada bank sampah milik Nita memiliki karyawan 22 orang dan pengiriman sampah hasil pengelolaan bisa mencapai 20 ton. Dengan jumlah pengiriman yang begitu banyak, tentunya akan sebanding dengan pendapatan dari Nita tiap bulannya.  Selain bisa mendapatkan penghasilan, dengan mengelola sampah bisa menyelamatkan kehidupan generasi di masa datang. Karena lingkungan akan tetap terjaga kebersihannya dan tetap asri, sehingga lingkungan tidak akan rusak. Saya berharap, dari generasi melenial banyak yang akan mencontoh dari apa yang dilakukan oleh Nita ini. Sehingga generasi melenial tidak perlu lagi repot-repot melamar pekerjaan, mengingat pada jaman sekarang ini lapangan pekerjaan di negara ini jumlahnya terbatas. Di samping itu, generasi melenial juga ikut berperan dalam menjaga lingkungan, sehingga negara Indonesia akan tetap menjadi negara yang nyaman.

 












0 komentar:

Posting Komentar