LAPORAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
DI TPS RANDU ALAS
Nama : Dhika Putra Utama
Nim : 22310420043
Kelas : Reguler
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA
Kuliah lapangan yang dilaksanakan pada tanggal
28 November 2022, bertempat di TPS 3R Randu
Alas, Dusun Candikarang RT 03/RW 09 Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Kota
Yogyakarta memiliki banyak TPS tetapi yang menerapkan proses 3R hanya ada di
beberapa tempat, salah satunya di TPS Randu Alas. Perlu diketahui terlebih
dahulu apa itu sistem 3R, timbunan sampah dipilah terlebih dahulu, dikategorikan
berdasarkan jenis sampahnya untuk dimanfaatkan kembali (reuse), didaur ulang
(recycle), sehingga mereduksi (reduce) besaran timbulan sampah. Residu yang
terkumpul diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Sebelum
TPS 3R Randu Alas dibentuk, mula-mulanya adalah tempat pembuangan sampah secara
liar yang dilakukan oleh warga setempat. TPS 3R Randu Alas merupakan termasuk
TPS 3R yang sudah beroperasi sekitar 5-6 tahunan yang terletak didusun
Candikarang desa Sardonoharjo kecamatan Ngaglik kabupaten Sleman provinsi
Yogyakarta. Rencana pengguna atau kapasitas yang akan menggunakan jasa
pengelola TPS 3R mampu melayani sekitar 200KK.
Tidak
mudah untuk bekerja dalam bidang sampah, dikarenakan setiap hari harus bergelut
dengan sampah dan tentunya kuman juga bakteri. Salah satu yang terparah ialah
ketika terkena tusuk sate, karena bisa mengakibatkan luka ditambah kebengkakan
pada area yang terkena. Tentunya permasalahan mengenai sampah tidak hanya pada
hal terebut tetapi juga lingkungan yang kurang sadar, misalkan yang terjadi di
TPS Randu Alas, masyarakat yang hanya rajin ketika awal dimulai selebihnya
mereka bertindak seperti biasa. Tindakan tersebut seperti menyepelekan meskipun
masyarakat telah membayar uang sampah tetapi juga harus lebih menghargai agar
sosialisasi yang dilakukan tidak percumah dan dapat berguna. Pekerja yang
bekerja di TPS Randu Alas mendapatkan penghasilan mencapai Rp 1.500.000 dan
bisa lebih dari itu, mendapatkan biaya BPJS yang dicover oleh LH.
Di
TPS tersebut terdapat budidaya Magot, magot yang berasal dari sisa makanan
warga yang tersisa. Magot tersebut dijakan sebagai pengurai sampah organik,
lalu magot tersebut digunakan pakan alternatif untuk Lele, ayam dan unggas
lainnya. Selain magot disini juga bisa memproduksi pupuk kompos dan diolah oleh
mol eco enzym, serta masa pembuatan kompos sekitar 40 hari. Hasil dari
pembuatan tersebut dijual kepada warga sekitar dan juga disetorkan pada Dinas
Lingkungan Hidup sebagai pupuk di taman kota. Ada juga sampah yang belum bisa
tertangani seperti, lampi bohlam, pempers, dan pembalut. Disini pekerja
berharap mendapatkan bantuan dari pihak pemerintahan agar sampah tersebut dapat
teratasi.
0 komentar:
Posting Komentar